Apa pun bisa terjadi selama persalinan. Namun jangan khawatir Mums, karena kemungkinan buruk saat persalinan dapat dicegah sejak dini. Mungkin Mums pernah dengar salah satunya, NST atau non-Stress test. Biasanya ibu hamil yang disarankan dokter untuk melakukan uji ini didasarkan pada beberapa faktor, seperti kehamilan kembar dan kehamilan dengan risiko preeklamsia yang berkemungkinan untuk lahir lebih cepat.

 

Apa sih non-Stress test itu?

NST merupakan tindakan paling aman dan cepat yang biasa dilakukan dokter untuk mengetahui masalah kehamilan. Jika dilihat dari namanya, non-stress test atau uji tanpa beban ini tentu identik dengan pemikiran jika janin atau ibu hamil mengalami kondisi tidak normal sehingga harus dilakukan tes ini. Namun, ternyata prosedur dan maksud dilakukannya uji ini tidaklah senegatif prasangka tersebut. Jadi, meskipun ibu hamil dengan kondisi normal harus melakukan uji ini, belum mengindikasikan jika Mums mengalami kehamilan yang tidak normal. Justru, dengan dilakukannya uji ini Mums semakin mengetahui kondisi janin sampai pada bagian detailnya, bahkan mengetahui jika Mums akan melahirkan. Dilansir dari Webmd, uji ini dinamakan tanpa beban karena dalam prosedurnya tidak akan mengganggu janin. Dokter maupun ahli medis lainnya tidak akan menggunakan obat-obatan untuk membuat bayi bergerak. Mungkin inilah tujuan dilakukannya tes tanpa beban, yaitu untuk mengetahui kondisi sesungguhnya pada bayi secara normal.

 

Bagaimana prosedur NST?

Alat ini bekerja dengan merekam semua aktivitas janin dalam kandungan, mulai dari gerakan, detak jantung, hingga kontraksi. NST juga dapat mencatat semua irama jantung janin, khususnya saat ia bergerak dari istirahat, maupun selama kontraksi. Seharusnya, hasil yang normal akan menunjukkan hasil yang sama dengan Mums. Maksudnya, jika janin bergerak aktif maka irama jantungnya pun akan lebih cepat. Apabila hasilnya tergolong baik, maka Mums tak perlu khawatir, karena janin mendapat oksigen yang cukup selama di dalam kandungan.

 

Dalam pelaksanannya, uji ini dilakukan dengan memakaikan 2 sabuk pada perut Mums. Kemudian, sabuk tersebut akan dihubungkan dengan monitor. Ibu dapat diperiksa dalam keadaan duduk maupun berbaring di sebuah meja. Setiap sabuk yang dipasangkan ke perut ibu hamil memiliki fungsi masing-masing. Sabuk pertama, berfungsi untuk mengukur detak jantung bayi. Dan, sabuk kedua berfungsi untuk mendeteksi adanya kontraksi khususnya bagi Mums yang siap melahirkan. Saat pemeriksaan, Mums diminta untuk menggenggam sebuah alat dan menekannya ketika bayi melakukan pergerakan. Alat tersebut akan mengeluarkan bunyi “klik” setiap kali ditekan dan berfungsi untuk mengukur setiap kali janin bergerak.

 

Lama pelaksanaan uji tanpa beban ini berlangsung kira-kira 20-30 menit. Hasilnya, apabila janin melakukan banyak pergerakan dan detak jantungnya normal, berarti menandakan jika janin bersifat reaktif. Namun, jangan panik Mums ketika janin terlalu pasif dan tidak melakukan gerakan, karena bisa jadi janin sedang tertidur. Biasanya dokter ataupun perawat akan membangunkan bayi terlebih dulu dengan bantuan alat. Setelah itu, barulah irama jantung janin dapat diukur.

 

Kapan NST harus dilakukan?

Uji tanpa beban baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu, karena janin belum dapat merespon alat-alat yang diberikan saat NST. Ibu hamil dimungkinkan melakukan uji ini setiap sekali atau 2 kali seminggu, khususnya ketika kondisi kehamilan berisiko tinggi. Bahkan, NST juga dapat dilakukan setiap hari jika dokter mengindikasi adanya kondisi tidak normal pada bayi. Biasanya akibat bayi tidak menerima cukup oksigen. Kekurangan oksigen ini pun terjadi akibat adanya masalah pada plasenta atau tali pusar, sehingga memengaruhi asupan oksigen pada janin.

Dalam kondisi saat bayi bergerak pasif pun perlu dicurigai dan dilakukan Non-Stress Test. Selain itu, NST akan direkomendasikan dokter untuk segera dilakukan pada berbagai kondisi berikut.

  • Ibu hamil telah melewati hari perkiraan lahir

  • Tidak merasakan adanya gerakan pada bayi (bayi pasif)

  • Plasenta tidak berfungsi dengan baik

  • Memiliki riwayat keguguran

  • Berisiko tinggi mengalami kondisi medis tertentu

  • Memiliki kemungkinan atau indikasi khusus pada perkembangan janin

  • Apabila ibu hamil mengalami masalah pada rhesus atau kondisi serius yang bisa terjadi pada kehamilan kedua

  • Jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit

  • Memiliki hasil tidak baik pada uji prenatal lain.

 

Setelah Mums melakukan uji tanpa beban ini, lalu bagaimana dengan hasilnya? Apakah dokter hanya memberikan status normal atau tidak pada kehamilan, atau ada arti lain dari status tersebut? Ternyata, bayi yang dianggap reaktif diartikan sebagai kesehatan yang baik pada janin atau kondisi aliran darah dan oksigen ke janin tergolong baik. Sedangkan, jika status bayi non-reaktif maka perlu dilakukan pemeriksaan tambahan, khususnya untuk menentukan apakah ketidaknormalan ini akibat oksigenasi yang buruk atau ada alasan lainnya, seperti pola tidur yang buruk dan penggunaan obat-obatan semasa kehamilan.

 

Nah, apakah Mums mengalami kondisi khusus yang mengindikasikan adanya masalah pada kehamilan? Jika ya, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter terlebih dulu sebelum menganjurkan ke dokter untuk dilakukan uji tanpa beban. Meskipun uji tanpa beban atau NST tergolong ampuh untuk mendeteksi masalah kehamilan, tetapi lebih baik untuk mencegah sejak dini adanya masalah pada kehamilan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berusahalah untuk memiliki waktu tidur yang cukup dan tidak mengonsumsi banyak obat-obatan. Jika pusing atau mengalami gejala flu, sebaiknya jangan langsung minum obat, tetapi cobalah untuk memperbanyak tidur dan menerapkan pola makan sehat. (BD/OCH)

 

Baca juga: 

4 Tips Menjaga Kehamilan yang Harus Diperhatikan Selama Hamil

Jangan Lakukan Hal Ini Saat Hamil untuk Hindari Autisme!