Penyakit

Masokisme (Kesenangan Seksual dengan Rasa Sakit)

Deskripsi

Masokisme adalah kesenangan yang berasal dari rasa sakit fisik atau psikologis yang ditimbulkan pada diri sendiri baik oleh diri sendiri atau orang lain. Masokisme mungkin melibatkan pencambukan, pemukulan, perbudakan, dan penyerahan total kepada pasangan seksual yang lebih dominan.

 

Kondisi ini juga disebut masokisme seksual dan diklasifikasikan sebagai parafilia ketika secara sadar dilakukan sebagai bagian dari tindakan seksual atau sebagai prasyarat untuk kepuasan seksual. Masokisme adalah kebalikan dari sadisme, meskipun keduanya cenderung untuk eksis secara berdampingan pada orang yang sama (dalam kondisi yang disebut sadomasokisme).

Pencegahan

Pencegahan perilaku masokis bisa dimulai dari anak-anak. Ajarkan anak-anak perilaku orang dewasa yang tidak pantas, cara menolak bujukan, segera menjauh dari situasi yang tidak nyaman, dan melaporkan kejadian yang tidak menyenangkan tersebut kepada orang dewasa yang tepat.


Penting juga untuk mengajarkan anak-anak bersikap tegas untuk mengatakan “tidak” jika ada orang dewasa yang berbicara atau menyentuh sehingga membuatnya merasa tidak nyaman. 

 

Intevensi untuk orang dewasa, titik beratnya adalah pada pemaparan terhadap ingatan atas trauma tersebut melalui diskusi atmosfer terapeutik yang aman dan suportif. Mempelajari bahwa seksualitas manusia yang sehat tidak bisa menjadi bagian yang memperkuat kepribadian individu seiring berkembangnya kematangan pribadinya.

Gejala

Penderita masokisme akan mengalami kesenangan yang berasal dari rasa sakit fisik atau psikologis yang ditimbulkan pada diri sendiri baik oleh diri sendiri atau orang lain. Masokisme seksual biasanya kerap dilakukan dengan mengikat atau menyakiti diri sendiri ketika berfantasi seks atau masturbasi. Dalam beraktivitas seks pasangan juga diminta untuk membatasi gerak dengan mengikat, menutup mata, mencambuk, bahkan memukul.


Aktivitas masokisme seksual yang paling berbahaya adalah hipoksifilia, dimana partisipan terangsang secara seksual dengan dikurangi konsumsi oksigennya, misalnya dengan menggunakan jerat, kantung plastik, bahan kimia, atau tekanan pada dada. Aktivitas ini tak jarang menimbulkan kematian pada masokis.
Penderita masokis cenderung menghindarkan diri dari kesenangan dan lebih tertarik dengan penderitaan. Mereka lebih senang memancing amarah dan penolakan serta menolak bantuan orang lain

Penyebab

Masokis bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti trauma saat masih anak-anak, keluarga yang tidak harmonis, dan faktor pergaulan. Kelainan seksual ini juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki latar belakang kehidupan yang normal.

 

Penderita menerima rasa sakit yang diberikan dari luar bukan disebabkan paksaan atau harus menerimanya. Penderita masokis cenderung menghindarkan diri dari kesenangan dan lebih tertarik dengan penderitaan. Mereka lebih senang memancing amarah dan penolakan serta menolak bantuan orang lain.

Diagnosis

Secara umum untuk mendiagnosis kondisi gangguan mental, beberapa hal berikut akan dilakukan oleh dokter:
1. Pemeriksaan fisik.
2. Pemerikasaan laboratorium. Hal ini dilakukan untuk melihat adanya efek konsumsi alkohol atau obat-obatan tertentu yang dapat menjadi penyebab.
3. Evaluasi psikologis. Dokter akan mengevaluasi kesehatan psikologis dengan berbincang dengan penderita mengenai gejala yang dirasakan, pikiran penderita, riwayat seksual masa lalu, mood atau hal yang sedang dirasakan, dan sebagainya. Penderita juga akan diminta mengisi kuisioner terkait kondisi yang dialami.

Penanganan

Penanganan terhadap kondisi gangguan mental untuk paraphilia, antara lain:


1. Terapi Psikoanalisis. Terapi yang membuat pasien menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum diri sendiri adalah sekunder akibat perasaan bersalah pada bawah sadar yang berlebihan. Mengenali impuls agresif mereka yang terepressi, yang berasal dari masa anak-anak awal.


2. Orgasmic reorientation, yang bertujuan membuat pasien belajar untuk menjadi lebih terangsang pada stimulus seksual yang konvensional. Dalam prosedur ini pasien dihadapkan pada stimulus perangsang yang konvensional, sementara mereka memberi respons seksual terhadap rangsangan lain yang tidak konvensional. Terdapat pula teknik lain yang umum digunakan, seperti pelatihan social skills.


3. Teknik Kognitif, yang digunakan untuk mengubah pandangan yang terdistorsi pada individu. Diberikan pula pelatihan empati agar individu memahami pengaruh perilaku mereka terhadap orang lain.

 

4. Teknik Biologis, intervensi biologis yang sempat banyak diberikan adalah dengan melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini, penanganan biologis yang dilakukan melibatkan obat-obatan. Beberapa obat yang digunakan adalah medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyptoterone acetate.

 

Kedua obat tersebut menurunkan tingkat testosteron pada laki-laki, untuk menghambat rangsangan seksual. Walaupun demikian, terdapat masalah etis daripenggunaan obat, karena pemakaian waktu yang tidak terbatas serta efek samping yang mungkin muncul dari pemakaian jangka panjang.


5. Pengobatan gangguan paraphilia biasanya berusaha untuk mengurangi dorongan seksual dan perilaku melalui terapi perilaku, digunakan untuk mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan perilaku yang tidak diinginkan dan mengarahkan perilaku mereka dalam cara-cara yang sesuai sosial, dan melalui penggunaan intervensi psychopharmaceutical.

 

Penggunaan antiandrogen, termasuk medroxyprogestrone dan cyproterone, bersama dengan antipsikotik mengurangi reaksi fisik dan gejala psikologis yang berkaitan dengan kelainan seksual.

 

Baca juga: Coba Posisi Seks Terbaru yang Akan Tren pada 2020 Ini, Yuk!

 

Rekomendasi Artikel

Diabetes Dapat Memengaruhi Hubungan Seks?

Diabetes Dapat Memengaruhi Hubungan Seks?

Penyakit memang bisa menjadi salah satu penyebab memengaruhi hubungan seks, namun apa diabetes juga dapat memengaruhinya?

GueSehat

03 May 2018

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...