Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama 1 tahun di Indonesia, membuat masyarakat mengurangi kegiatan di luar rumah. Jika keluar rumah, hanya untuk keperluan yang mendesak. Salah satu aktivitas yang sangat dihindari oleh sebagian masyarakat adalah pergi ke rumah sakit. Mums yang sedang hamil pun membatasi diri untuk kontrol ke dokter.

 

Selain untuk cek kehamilan dan imunisasi bayi atau anak, para Mums memang menjauhi rumah sakit. Bisa dimaklumi, karena saat ini rumah sakit adalah salah satu lokasi yang berisiko untuk penularan Covid-19. Ketakutan masyarakat untuk berobat ke rumah sakit, dikhawatirkan menyebabkan ledakan penyakit kronis usai pandemi. Salah satunya kanker payudara. 

 

Seberapa penting melakukan cek untuk setiap kelainan pada payudara ke dokter? 

 

Baca juga: Hal yang Harus Dilakukan Jika Ada Benjolan di Payudara

 

Periksa Payudara Bisa Temukan Kanker Sejak Dini

Direktur Utama RS Kanker Dharmais, dr. R. Soeko Nindhito. MARS mengatakan, pandemi Covid-19 menurunkan niat masyarakat untuk berobat, dan melakukan deteksi dini kanker ke rumah sakit. Khusus bagi wanita, banyak yang menunda melakukan tes mamografi untuk deteksi dini kanker payudara, dan juga deteksi dini kanker lainnya. 

 

"Hal ini tentu mengkhawatirkan, karena jika pandemi ini berlangsung lama, maka akan semakin banyak kasus kanker payudara yang tidak terdeteksi dan akan terlambat untuk diobati," ujar dr. Soeko dalam kegiatan Eksklusif Mobile Mammografi bersama Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) sebagai rangkaian kegiatan World Cancer Day 2021, di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta, pada Sabtu 20/2/21.

 

Ketua YKPI Linda Agum Gumelar mengungkapkan hal senada. Menurut LInda, semenjak pandemi Covid-19 dan peraturan terkait PSBB diberlakukan, layanan unit mobil mamografi YKPI berjalan kurang maksimal.

 

“Kita tidak maksimal menggerakkan unit mobil mamografi karena ketentuannya tidak membolehkan berkumpul 50 orang, dan dokter-dokter tidak bisa mengerjakan itu di luar rumah sakit,” ujar Linda Agum Gumelar. Dibandingkan tahun-tahun sebelum pandemi, jumlah pemeriksaan mamografi dengan unit mobil keliling ilik YKPI ini sangat jauh menurun. Di tahun 2020, hanya dilakukan 391 pemeriksaan. Padahal biasanya dalam setahun bisa memeriksa sekitar 2000-3000 wanita secara gratis. 

 

Mobil mamografi tersebut hadir di tengah-tengah masyarakat, di puskesmas setiap minggunya berkeliling dari puskesmas satu ke puskesmas lainnya, untuk memeriksa 50 perempuan berumur 40 tahun sampai 65 tahun yang belum pernah didiagnosa kanker payudara dan tidak mempunyai benjolan di payudara lebih besar dari 5 cm.

 

"Secara keseluruhan, sejak 2015 sapai 2020, kami sudah melakukan tes mamografi pada 14.635 wanita, di mana ada 15% ditemukan tumor jinak dan 1,7% atau 248 wanita yang ditemukan tumor ganas," tambah Linda. Angka 1,7% ini tentu berarti sekali. Artinya, ada 248 wanita yang terdeteksi kanker payudara pada tahap dini sehingga kemungkinan diterapi hingga sembuh meningkat, dibandingkan ditemukan saat stadium lanjut. 

 

Linda melanjutkan, tahun 2021 unit mobil mamografi YKPI akhirnya kembali beroperasi, bekerjasama dengan Rumah Sakit Kanker Dharmais. “Kami akan memberikan edukasi tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara dan berharap setelah kegiatan hari ini kami dapat melakukan lagi kegiatan deteksi dini kanker payudara mungkin setiap hari Sabtu, entah itu 2 minggu sekali atau setiap minggu.” 

 

Baca juga: Menstruasi Pertama Lebih Cepat, Salah Satu Faktor Risiko Kanker Payudara

 

Minimal Lakukan SADARI

dr. Bob Andinata, SpB(K)Onk, selaku Kepala Instalasi Deteksi Dini dan Promosi Kesehatan, Rumah Sakit Kanker Dharmais menjelaskan, tujuan melakukan skrining dan deteksi dini kanker payudara pada orang sehat. "Dengan mendeteksi di awal maka angka kesembuhan pasien tersebut bisa di atas 90% dan biaya pengobatan lebih ringan," ujar dr. Bob.



dr. R. Soeko menambahkan, bahwa layanan kanker yang penting buat masyarakat ada tiga, yaitu Knowledge, Wireless dan Courage. "Bagaimana menyebarkan informasi dan pengetahuan tentang kanker melalui kegiatan webinar, media sosial dan media kepada masyarakat. Kemudian diharapkan masyarakat yang sudah tahu ilmunya, akan datang ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan dirinya. Bila hasilnya ternyata terdapat gangguan kesehatan, maka ada keberanian datang ke fasilitas kesehatan untuk melakukan tindakan dan terapi untuk menyembuhkan kanker.”



Jika Mums belum melakukan tes mamografi atau USG payudara ke rumah sakit, mungkin karena usia belum 40 tahun, minimal rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), untuk menemukan keainan pada payudara. Periksa di depan cermin atau saat mandi, apakah ada benjolan keras yang tidak biasa, keluar cairan dari puting saat tidak menyusui, puting tertarik ke dalam, perubahan kulit payudara, dan kelainan lainnya. SADARI sebaiknya dilakukan setelah menstruasi.

 

Saat ini deteksi dini kanker payudara dan kanker lainnya memang belum ditanggung BPJS. Direktur RS Kanker Dharmais dan Linda Agum Gumelar berharap, pemerintah dalam waktu dekat memasukkan program deteksi dini kanker ke dalam BPJS, agar semakin banyak kasus kanker ditemukan dini, dan akan meringankan beban pengbatan. 

 

Baca juga: 5 Kebiasaan Sederhana Ini Bisa Mengurangi Risiko Kanker Payudara