Buang air besar cair, biasa kita sebut dengan diare, menjadi hal yang cukup umum terjadi. Hal ini bisa terjadi pada orang dewasa, lansia, dan anak-anak sekalipun. Kondisi orang dewasa mungkin akan lebih aman ketika mengalami masalah ini tetapi tidak begitu dengan anak-anak, bayi, serta pada lansia. Kadar cairan tubuh mereka terkadang tidak stabil dan fluktuatif sewaktu-waktu.

 

Pada prinsipnya, diare yang terjadi tidak bisa dihentikan begitu saja. Diare yang biasanya disebabkan oleh infeksi di dalam usus pada prinsipnya harus dikeluarkan. Namun saat diare sedang terjadi, asupan oral berupa cairan yang banyak harus tetap dipertahankan, sehingga dapat menggantikan banyaknya cairan yang keluar dari tubuh. Sayangnya, biasanya keadaan ini terkadang disertai dengan mual dan muntah, sehingga proses menggantikan cairan sulit dilakukan.

 

Selama penderita diare masih bisa minum, dianjurkan untuk mengonsumsi oralit untuk menggantikan cairan tubuh yang keluar. Oralit lebih baik daripada air putih biasa karena adanya berbagai komponen elektrolit di dalamnya.

 

Komponen ion dan elektrolit di dalamnya memiliki kandungan yang sama dengan komponen yang terbuang selama diare. Karenanya, ini baik dikonsumsi untuk menggantikan cairan tubuh. Cairan oralit tersedia untuk anak-anak dan orang dewasa.

 

Jika asupan oral sangat terganggu dan tidak bisa minum sama sekali, disarankan untuk memasukan cairan melalui infus. Terdapat berbagai macam jenis infus dengan kandungan yang bermacam-macam dan mendekati komponen cairan yang keluar selama diare. Rawat inap bisa dipertimbangkan jika pasien membutuhkan obat-obatan dari infus dan cairan untuk sementara waktu.

 

Tatalaksana diare pada orang dewasa dan lansia selain pemberian cairan adalah pemberian obat yang mampu membantu memadatkan konsistensi feses. Obat tersebut dapat dikonsumsi setiap setelah diare sebanyak 2 tablet, maksimalnya 6 kali per hari. Tidak disarankan untuk mengonsumsi obat yang dapat menghentikan diare secara cepat karena dapat menyebabkan nyeri perut di kemudian hari dan mengganggu pergerakan usus.

 

Sedangkan pada tatalaksana diare anak, selain pemberian cairan biasanya dapat dilakukan pemberian suplementasi zink selama 10 hari. Suplementasi zink dapat berguna memulihkan usus yang sedang dalam masa perbaikan dan menurunkan kejadian diare di kemudian hari.

 

Pemberian antibiotik dapat diberikan jika diperkirakan penyebab diare adalah bakteri, yang biasanya dikonfirmasi dari pemeriksaan darah dan feses. Gejala yang dapat menunjang ke arah infeksi bakteri antara lain diare yang profuse, mengandung lendir dan darah, berbau busuk, dan berwarna kehijauan.

 

Walaupun diare terdengar sebagai masalah kesehatan yang ringan, keadaan ini dapat berkembang menjadi berat ketika cairan di dalam tubuh tidak tercapai. Tidak jarang saya mendapati pasien dengan diare akut yang cukup banyak frekuensinya, dan mengatakan anaknya masih mau minum sehingga masih mempertimbangkan untuk dirawat.

 

Namun, cairan yang dikonsumsi tidak dapat mengganti komponen ion dan elektrolit yang hilang. Alhasil, terjadi berbagai gangguan metabolik yang pada akhirnya dapat memberatkan keadaan sang Anak. Keasaman gas darah, kandungan natrium, kalium, dan gula darah dapat terganggu selama diare, sehingga pada akhirnya penderita dapat mengalami penurunan kesadaran dan berujung pada kematian. Karenanya, jangan anggap enteng diare. Jika ragu, segera cari pengobatan ke dokter untuk mengevaluasi keadaan Kamu.