Penggunaan
Testosterone adalah hormon yang memiliki peran penting di dalam tubuh wanita maupun pria. Dalam bentuk obat, testosterone digunakan pada orang yang memiliki kekurangan hormon tersebut. Selain itu, testoteron juga digunakan untuk mengobati kanker payudara pada wanita yang telah menyebar ke bagian tubuh lain.
Cara Kerja Obat
Testosterone digunakan untuk dengan cara meningkatkan jumlah hormon ini dalam tubuh.
Efek Samping
Selain memiliki efek yang diinginkan, setiap obat pasti memiliki efek samping yang tidak diinginkan. Untuk testosteron, reaksi efek samping yang tidak diinginkan merupakan iritasi mulut dan gusi. Untuk efek samping yang jarang terjadi, diantaranya gusi berdarah, ketidaknyamanan pada lidah, nyeri payudara, batuk, perasaan ingin menangis, diare, kebingungan, mulut kering, ketakutan, gelisah, perbesaran payudara, perasaan bahagia atau euforia, perasaan sedih dan sendirian, suara serak, perasaan tidak nyaman di atas perut. Selain itu, obat ini juga bisa menyebabkan kulit gatal, kehilangan nafsu makan dan mood, mual, nyeri punggung, nafas terdengar, susah buang air kecil, lebih emosional, perubahan mood secara cepat, detak jantung lebih cepat atau lambat, pedih pada bibir, hidung dan gusi bengkak, susah konsentrasi, kelelahan, sakit gigi, sulit tidur, dan muntah.
Pemakaian Obat
Gunakan testosterone sesuai dengan instruksi dokter. Jangan gunakan terlalu banyak atau berhenti menggunakannya jika tidak memperoleh izin dokter. Pasalnya, penggunaan berlebihan dari obat ini dapat meningkatkan risiko efek samping dan masalah lainnya. Dalam bentuk injeksi, testosteron biasanya disuntikkan ke dalam otot, biasanya diberikan setiap 2 - 4 per minggu. Sebagi info penting, obat ini tidak boleh disalahgunakan untuk memperelas atletik.
Untuk wanita hamil maupun menyusui, diharus kan berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan oat ini. Untuk batas usianya, testosterone tidak boleh digunakan pada anak berusia kurang dari 18 tahu. Jangan lupa untuk menyimpan testosterone topikal di dalam suhu kamar, jauh dari lembab, dan paparan panas. dan berhati-hati apabila terjadi kontak dengan testosteron bentuk krim.
Dosis
Dosis testosterone pada setiap pasien bisa berbeda-beda. Ikuti instruksi dokter dan label obat. Informasi berikut menjelaskan tentang dosis rata-rata dari obat ini. Kalau dosis yang sudah diberikan dokter kepada Kamu berbeda, jangan mengubahnya kecuali jika dokter yang memerintahkan.
Jumlah dosis terbuatline yang diberikan tergantung dari kekuatan obat. Selain itu, jumlah dosis yang Kamu gunakan setiap hari, jarak waktu antara konsumsi obat, dan seberapa lama obat harus digunakan tergantung dari masalah medis yang dialami.
Dalam bentuk intramuskular:
1) Untuk mengobati kekurangan testosteron (hipogonadisme) : Untuk testosteron udekanoat, dosisnya 750 miligram (3mL), diikuti dengan 750 miligram (3mL), setelah 4 minggu setiap 10 minggu setelahnya. Untuk testosteron enanthate dan cypionate, dosisnya 50-400 miligram setiap 2-4 minggu.
2) Untuk mengatas kanker payudara stadium lanjut: untuk testosteron enanthate, dosisnya 200-400 miligram setiap 2-4 minggu.
3) Untuk mengatasi pubertas terlambat: testosteron enanthate dosisnya 50-200 miligram, setiap 2-4 minggu selama 4-6 bulan.
Dalam bentuk implan:
1) Untuk mengatasi kekurangan testosteron (hipogonadisme) : 2-6 pellet @75 miligram setiap 3-6 bulan.
2) Pubertas terlambat : 2 pellet @75 mgsetiap 3-6 bulan selama 4-6 bulan.
Dalam bentuk Bukal:
1) Untuk mengatasi kekurangan testosteron (hipogonadisme), dosisnya 30 miligram 2 kali sehari.
Dalam bentul topikal :
1) Untuk mengatasi kondisi kekurangan testosteron (hipogonadisme) : transdermal film: dosisnya 2-6 miligram pada malam hari. Gel : 5 gram 1 kali sehari. Dalam bentuk larutan transdermal, dosisnya 60 miligram.
Interaksi
Interaksi obat dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko efek samping serius. Informasi ini tidak mencakup semua interaksi obat terhadap testosterone. Menggunakan obat ini dengan obat tertentu biasanya tidak direkomendasikan, tetapi bisa saja dibutuhkan pada beberapa kasus. Kalau dokter memberikan dua obat secara bersamaan, biasanya dosis salah satu obat diubah atau frekuensi penggunaannya yang diubah, supaya kedua obat bisa bekerja dengan baik.
1) Penggunaan testosteron dengan warfarin, dikumarol, dan anisindione mempermudah terjadinya pendarahan mudah terjadi.
2) Penggunaan testosteron dengan mipomersen, lomitapide, leflunomide, dan teriflunomide akan meningkatkan risiko gangguan liver (hati).
3) Penggunaan testosteron dengan carfilzomib akan menyebabkan penggumpalan pembuluh darah yang berbahaya.
Sumber:
drugs.com Testosterone