Keinginan untuk turun berat badan dengan cepat, membuat sebagian orang melakukan diet ekstrim. Diet ekstrem adalah diet yang hanya mengonsumsi kurang dari 800 kalori per hari. Memang, berat badan akan cepat turun, tetapi ada efek samping yang kerap tidak disadari. Antara lain, diet ekstrem memicu batu empedu. 

 

Menurut dokter spesialis Gizi Klinik, Dr. dr Samuel Oetoro, MS., SpGK(K), “Banyak efek samping diet esktrem yang bisa terjadi. Salah satu yang sering terjadi adalah batu empedu. Selain itu asam urat juga meningkat, fungsi liver terganggu, sering merasa kedinginan, rambut rontok, kekurangan elektrolit, dan efek samping lainnya,” jelas dr. Samuel dalam Instagram Live Bersama Good Doctor dan Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI), Minggu (14/3).

 

Bagaimana diet yang sehat itu sehingga tidak malah menimbulkan dampak bahaya, seperti terbentuknya batu empedu?

 

Baca juga: Hati-hati, Ini 5 Bahaya Mengurangi Asupan Kalori Berlebihan!

 

Mengapa Diet Ekstrem Memicu Batu Empedu?

Dr. Samuel menjelaskan, diet ekstrem di bawah 800 kalori sehari, bahkan ada yang hanya mengonsumsi 400-500 kalori per hari, akan menghasilkan penurunan berat badan lebih dari 1,5 kg/minggu. “Berarti asupan lemaknya sangat sedikit atau bahkan tidak ada. Padahal lemak dibutuhkan tubuh, yaitu lemak yang sehat,” jelasnya.

 

Dr. Samuel melanjutkan, secara fisiologis, saat kita mengonsumsi lemak maka ia akan dipecah oleh cairan empedu dan diproses lagi oleh enzim-enzim pencernaan agar bisa diserap di usus.

 

Begitu ada lemak masuk usus 12 jari, cairan empedu akan memompa cairan ke sana. “Kalau asupan lemak sangat sedikit atau tidak ada, maka tidak ada rangsangan bagi kantung empedu untuk memompa keluar cairan empedu. Akhirnya empedu tersimpan saja di dalam kantong, mengendap, dan lama-lama terbentuklah batu empedu,” papar dr. Samuel.

 

Nah, program diet yang benar tidak menghilangkan lemak. Lemak tetap dikonsumsi, hanya saja jenis lemaknya adalah lemak sehat. Dengan begitu, cairan empedu akan dipompa keluar dari kantong, dan tidak terjadi pembentukan dan endapan batu empedu.

 

Baca juga: Masih Lapar Setelah Makan? Ini Penyebabnya!

 

Diet, Konsultasikan dengan Ahlinya!

Dr. Arti Indira, MGz., SpGK., FINEM dari PDGKI menambahkan, orang yang diet ekstrem juga rentan mengalami defisiensi mikronutrien. Kesalahan umum saat berdiet adalah hanya memerhatikan asupan kalori dan makronutrien. Misalnya sangat membatasi karbohidrat dan lemak. 

 

Akhirnya, banyak yang suka lupa mikronutrien. Mikronutrien ini memang diperlukan hanya dalam jumlah kecil, tapi sangat penting untuk metabolisme tubuh. Contoh mikronutrien adalah vitamin dan mineral yang jenisnya sangat banyak.

 

“Ada orang yang tidak mau makan nasi saat diet. Kita suka lupa, selain sebagai sumber karbohidrat, di dalam nasi juga ada vitamin dan mineral seperti zat besi, fosfor, magnesium, dan mangan. Jangan terlalu restriktif saat menjalankan program diet,”jelas dr. Arti.

 

Mengingat banyak sekali efek berbahaya diet ekstrem, para pembicara sepakat, agar masyarakat berkonsultasi dengan ahli saat akan menjalankan diet penurunan berat badan. Setidaknya, kata dr. Samuel, berkonsultasilah dengan dokter umum. Sedangkan untuk diet khusus, yakni diet untuk penurunan berat badan dalam waktu cepat atau  diet bagi penderita penyakit tertentu, lebih baik berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi.

 

Dr. Adhiatma Gunawan, selaku Head of Medical Management Good Doctor mengatakan, masyarakat bisa mendapatkan informasi tentang diet sehat menurunkan berat badan, melalui aplikasi layanan kesehatan terpadu Good Doctor, dengan berkonsultasi langsung ke Dokter Spesialis Gizi Klinik tanpa harus mengunjungi klinik atau rumah sakit. 

 

“Cara ini jauh lebih mudah dan aman di tengah pandemi Covid-19. Layanan kesehatan telemedis seperti aplikasi kami bisa menjadi solusi bagi masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan, termasuk informasi untuk diet menurunkan berat badan,” jelas dr. Adhiatma.

 

Baca juga: Ini 4 Penyebab Berat Badan Tidak Turun Padahal Sudah Diet