Labu bukanlah makanan asing untuk orang Indonesia. Untuk orang Indonesia, labu seringkali diolah menjadi sup ataupun kolak. Namun, bolehkah penderita diabetes makan labu? Mungkin semua penderita diabetes bertanya-tanya tentang hal ini.

 

Sebagai penderita diabetes, Diabestfriends harus mengontrol kadar gula darah untuk mencegah komplikasi, seperti kerusakan saraf, penyakit jantung, infeksi kulit, dan masalah ginjal.

 

Oleh sebab itu, penting bagi Diabestfriends untuk tahu, bolehkah penderita diabetes makan labu? Nah, untuk tahu jawabannya, baca penjelasan di bawah ini,  ya!

 

Baca juga: 5 Minuman yang Aman untuk Orang dengan Diabetes
 

Nutrisi Labu

Sebelum mencari tahu bolehkah penderita diabetes makan labu, kita perlu tahu dulu kandungan nutrisi buah ini. Labu adalah makanan rendah kalori yang kaya akan nutrisi yang baik untuk kesehatan secara keseluruhan, termasuk kadar gula darah.

 

Satu setengah cangkir (120 gram) labu yang dimasak mengandung:

  • Kalori: 50
  • Protein: 2 gram
  • Lemak: 0 gram
  • Karbohidrat: 11 gram
  • Serat: 3 gram
  • Gula: 4 gram
  • Kalsium: 4% dari angka kecukupan gizi (AKG)
  • Zat besi: 4% dari AKG
  • Vitamin C: 8% dari AKG
  • Provitamin A: 280% dari AKG

 

Serat memiliki peran penting dalam mengontrol kadar gula darah. Jadi, mengonsumsi makanan yang kaya serat dapat meningkatkan kontrol kadar gula darah. Satu setengah cangkir (120 gram) labu mengandung 12% dari AKG untuk serat.

 

Baca juga: Inilah Cara Kerja Diet Keto untuk Penderita Diabetes
 

Bolehkah Penderita Diabetes Makan Labu?

Beban glikemik adalah sistem penilaian untuk makanan yang kaya karbohidrat. Beban glikemik menunjukkan indikasi jumlah karbohidrat di dalam satu porsi makanan dan seberapa jauh makanan tersebut dapat meningkatkan kadar gula darah.

 

Nilai beban glikemik di bawah 10 merupakan indikasi bahwa suatu makanan memiliki efek yang kecil terhadap kadar gula darah. Indeks glikemik adalah skala penilaian dari 0-100 yang menunjukkan seberapa jauh suatu makanan bisa meningkatkan kadar gula darah. Semakin tinggi nilai indeks glikemiknya, maka semakin besar peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh makanan tersebut.

 

Namun, indeks glikemik tidak mempertimbangkan kandungan karbohidrat suatu makanan ke dalam penilaiannya. Oleh sebab itu, beban glikemik merupakan sistem penilaian yang lebih baik untuk melihat seberapa jauh suatu makanan dapat memengaruhi kadar gula darah.

 

Labu memiliki nilai indeks glikemik yang cukup tinggi, yaitu 75. Namun, labu memiliki nilai beban glikemik rendah, yaitu 3. Ini artinya, labu tidak akan memengaruhi kadar gula darah secara signifikan selama Diabestfriends mengonsumsinya dalam satu porsi atau dalam porsi normal. Namun, mengonsumsi labu dalam porsi berlebihan bisa meningkatkan kadar gula darah secara drastis.

 

Jadi, bolehkah penderita diabetes makan labu? Tentu boleh. Namun aturannya sama dengan konsumsi makanan lain yang kaya karbohidrat, yaitu konsumsilah dalam porsi terbatas dan terkontrol.

 

Baca juga: Punya Diabetes Masih Merokok? Awas, Kombinasi Berbahaya!
 

Penelitian Tentang Labu dan Diabetes

Penelitian menunjukkan bahwa labu memiliki banyak potensi manfaat untuk penderita diabetes. Satu penelitian pada hewan menemukan bahwa labu bisa menurunkan kebutuhan insulin pada tikus yang diabetes dengan cara mengurangi produksi insulin secara alami.

 

Penelitian pada hewan lainnya menemukan bahwa dua senyawa di dalam labu, yaitu trigonelline dan asam nikotinat, memiliki efek menurunkan kadar gula darah. Namun, meskipun hasil-hasil penelitian tersebut cukup menjanjikan, masih dibutuhkan penelitian pada manusia dan berskala besar untuk mengonsumsi efek labu pada diabetes. (UH)

 

Sumber:

Healthline. Is Pumpkin Good for People with Diabetes?. November 2019.
Orie Yoshinari. Anti-diabetic effects of pumpkin and its components, trigonelline and nicotinic acid, on Goto-Kakizaki rats. Mei 2009.
Hiroki Fujii. Impact of dietary fiber intake on glycemic control, cardiovascular risk factors and chronic kidney disease in Japanese patients with type 2 diabetes mellitus: the Fukuoka Diabetes Registry. 2013.