Tidak hanya pria, kerontokan rambut juga bisa dialami oleh wanita. Bahkan, ada kasus rambut rontok secara ekstrem, sehingga penderitanya nyaris botak. Padahal, berbagai cara untuk merawat rambut sudah dilakukan. Kondisi ini dinamakan alopecia. Gara-gara inilah banyak penderita yang akhirnya memakai wig untuk mengatasi krisis kepercayaan diri.

 

Namun, sebenarnya apa saja sih, masalah yang ada di balik rambut yang sering rontok? Apalagi, ada yang rontoknya sampai melebihi 100 helai rambut sehari. Makanya, jangan heran bila ini sangat mengkhawatirkan.

 

Beberapa Alasan Rambut Sering Rontok

Sudah seberapa banyak usaha untuk membuat rambut tetap sehat? Padahal sudah keramas secara teratur dengan sampo anti-rambut rontok, tetapi kok tidak berhasil? Inilah beberapa alasan yang mungkin menyebabkan rambutmu sering rontok!

 

  1. Genetik

Hmm, sulit juga bila gen keluarga berperan dalam menyebabkan kerontokan rambut. Normalnya, wanita mulai mengalami kerontokan rambut pada usia 30 hingga 40 tahun ke atas. Ini akibat mulai berubahnya hormon estrogen di dalam tubuh. Bila terjadi lebih dini, kemungkinan besar gen dalam keluarga yang ikut andil menjadi penyebabnya.

 

  1. Stres

Banyak hal yang bisa menyebabkan seseorang stres, baik trauma fisik maupun psikis. Menurut dr. Marc Glashofer, MD., dokter kulit di New York City, jenis trauma apa pun dapat menyebabkan gangguan pada siklus rambut. Rambut akan mengalami kerontokan selama 3-6 bulan sesudah trauma terjadi.

 

  1. Kondisi medis

Ada beberapa kondisi medis yang menyebabkan kerontokan rambut secara tidak langsung, misalnya sedang kemoterapi, menderita anemia, menderita penyakit autoimun, punya infeksi pada kulit kepala, dan perubahan hormon. Poin yang terakhir terkait juga dengan nomor 1, yaitu perubahan hormon estrogen pada wanita.

 

  1. Sedang hamil

Perubahan hormon selama kehamilan juga menyebabkan rambut rontok parah. Namun, menurut dr. Glashofer, hal ini hanya berlangsung sementara. Enam bulan sesudah melahirkan, kondisi kesehatan rambut bisa kembali normal, terutama bila ditunjang dengan pola makan yang sehat.

 

  1. Gaya hidup

Faktor gaya hidup juga berpengaruh besar terhadap kondisi kesehatan rambut. Bila kekurangan protein dan vitamin B3 kompleks, rambut akan mengalami kerontokan karena tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup. Selain itu, jangan lupa juga berolahraga secara teratur untuk melancarkan peredaran darah. Rambut akan tetap sehat dan kuat bila gaya hidup sehat.

 

Kekurangan zat besi tidak hanya menyebabkan anemia, melainkan juga kerontokan rambut yang parah. Satu dari sepuluh wanita berusia 20-49 tahun menderita anemia, sehingga kemungkinan mengalami kerontokan rambut.

 

Jangan mendiagnosis diri sendiri dulu meskipun Kamu merasa lemas, pusing, serta kaki dan tangan yang terasa dingin. Lakukan tes darah dengan petugas kesehatan yang berpengalaman. Jika terbukti anemia, biasanya dokter akan meresepkan suplemen penambah darah.

 

  1. Kebiasaan menata rambut

Nah, lho. Kok, bisa? Percaya atau tidak, kebiasaan menata rambut yang salah juga rentan menyebabkan kerontokan, apalagi untuk wanita. Misalnya, menyisir rambut terlalu keras saat masih basah, mengikat rambut terlalu ketat sehingga rambut nyaris tertarik dari akarnya, hingga terlalu sering mengandalkan belahan rambut yang sama.

 

Agar tidak sampai rontok lagi, mulailah mengurangi kebiasaan buruk di atas. Sisirlah rambut dengan lembut saat masih basah atau tunggu hingga kering. Biarkan rambut beristirahat dengan leluasa setelah dikuncir seharian. Selain itu, variasikan gaya rambut agar tidak mengandalkan belahan yang sama.

 

Ini hanyalah 7 dari banyak masalah di balik rambut yang sering rontok. Nah, kira-kira apa yang sering menyebabkan rambutmu rontok? Yuk, cegah kerontokan rambutmu mulai sekarang dengan perawatan rambut berikut yang bisa Kamu peroleh di sini. (AS)

 

Sumber

CNN Indonesia: 5 Alasan Utama Penyebab Rambut Rontok

Cosmopolitan Indonesia: 7 Penyebab Rambut Rontok dan Cara Mengatasinya

MedicineNet: Hair Loss in Men and Women (Alopecia)

Health: 21 Causes of Hair Loss—And What You Can Do About It