Secara umum, infertilitas atau ketidaksuburan adalah tidak dapat hamil setelah satu tahun atau lebih rutin berhubungan seks tanpa pengaman. Ini merupakan topik yang sensitif, sehingga perlu sangat hati-hati untuk mengobrol dengan pasangan yang memiliki masalah ini. Salah-salah, bisa menyinggung atau membuat sedih hati yang mengalaminya. Apa yang boleh dan tidak boleh dikatakan kepada pasangan yang infertilitas?

 

Infertilitas Bisa Menyerang Wanita maupun Pria

Jika Mums dan Dads ingin memiliki anak, tetapi belum kunjung dikaruniai satu pun, padahal usia pernikahan sudah lebih dari setahun, pasti rasanya sedih, ya. Ditambah lagi, kadang-kadang ada saja yang menanyakan, “Sudah isi, belum?” atau “Belum punya anak?” ketika bertemu. Mungkin maksudnya hanya ingin basa-basi, sayangnya tetap nyelekit di hati, ya?

 

Jika Mums berusia 35 tahun ke bawah dengan kondisi tubuh yang sehat dan tidak memiliki masalah kesuburan, maka bisa berkonsultasi kepada dokter ketika memasuki usia pernikahan 1 tahun untuk mendeteksi masalah ketidaksuburan.

 

Namun bila Mums berusia 35 tahun ke atas, maka sebaiknya 6 bulan setelah pernikahan bisa langsung berkonsultasi ke dokter. Pasalnya, kesempatan wanita untuk hamil akan menurun setiap tahunnya ketika memasuki usia 30 tahun.

 

Ada pula beberapa masalah kesehatan yang bisa meningkatkan risiko infertilitas. Jadi bila mengalami gejala-gejala di bawah ini, jangan tunda untuk berkonsultasi ke dokter:

  • Periode haid atau menstruasi tidak teratur.
  • Setiap kali haid sangat merasa kesakitan.
  • Menderita endometriosis.
  • Menderita penyakit radang panggul.
  • Pernah lebih dari sekali keguguran.

 

Walaupun ketidaksuburan kerap dianggap sebagai masalah wanita, sebenarnya pria juga bisa mengalami infertilitas, lho. Ketika tidak kunjung punya anak, pria juga akan melakukan tes untuk menganalisis apakah sperma yang dimiliki dalam kondisi prima untuk membuahi sel telur.

 

Yang Boleh dan Tidak Boleh Dikatakan kepada Pasangan yang Infertilitas

Ketika didiagnosis salah satu atau mungkin keduanya tidak subur, tentu ini menjadi pukulan berat bagi pasangan. Meski bisa ditangani, tetap saja mental istri dan suami akan terpengaruh. Apalagi ditambah dengan terpaan pertanyaan dan komentar dari sekitar, rasanya ujian yang dihadapi menjadi lebih berat. Bahkan, kata-kata yang niatnya untuk menghibur malah akan membuat perasaan keduanya semakin terpuruk.

 

Karenanya, orang sekitar harus peka dan tahu apa saja yang boleh dan tidak boleh dibicarakan dengan pasangan yang sedang menghadapi masalah infertilitas agar keduanya tidak semakin stres. Berikut rinciannya!

 

Apa yang Boleh Dikatakan kepada Pasangan yang Infertilitas?

 

  • “Kita ada di sini untuk kalian.”

Tunjukkan dukungan kepada pasangan yang mengalami infertilitas dengan siap mendengarkan keluh kesah mereka. Hindari terlalu banyak memberikan pertanyaan agar keduanya tidak merasa diinterogasi. Mereka hanya butuh tempat untuk bersandar dan didengarkan.

 

  • “Apakah kalian membutuhkan sesuatu?”

Tawarkan mereka bantuan sebagai bentuk dukungan, misalnya mengirimkan makanan favorit mereka, bunga, atau mengajak mereka nonton ke bioskop. Jadi, mereka bisa melupakan kesedihan sejenak. Jika sangat dekat, cobalah berikan tawaran untuk menemani mereka ke rumah sakit.

 

  • “Kita mengerti perasaan kalian.”

Cobalah untuk pengertian dengan situasi mereka. Misalnya, jika ada acara baby shower atau yang melibatkan anak-anak, bila mereka belum siap menghadapi situasi ini, bantulah mereka untuk tidak harus datang atau beri tahu mereka terlebih dahulu. Jika ada yang bertanya tentang anak atau kehamilan, alihkan pembicaraan atau ajak mereka keluar dari situasi tersebut.

 

  • “Kita mendukung apa pun keputusan kalian.”

Terkadang, pada satu waktu akan muncul rasa lelah untuk menjalani penanganan dan membuat pasangan menyerah. Alih-alih memaksa keduanya untuk terus melakukan pengobatan, beri ruang untuk beristirahat dan berduka sejenak.

 

Apa yang Tidak Boleh Dikatakan kepada Pasangan yang Mengalami Infertilitas?

 

  • “Coba aja kalian…”

Hindari berkata seperti ini karena akan dianggap menyudutkan atau menyalahkan. Setiap pasangan yang mengalami masalah infertilitas atau keguguran akan berusaha mencari tahu apa alasan mereka diberikan ujian tersebut sepanjang waktu. Mereka akan berusaha mencari-cari kesalahan satu sama lain. Bila kita melakukannya, mereka akan semakin sedih dan menyalahkan diri sendiri.

 

  • “Coba bayi tabung aja.”

Program bayi tabung kerap diartikan sebagai solusi dari segala masalah infertilitas. Namun, yang perlu diingat, program bayi tabung sangat mahal dan tidak selalu berhasil di kali pertama. Mengutip dari Very Well Family, tingkat kesuksesan penanganan infertilitas akan berkurang seiring usia. Selain itu, prosesnya juga akan menguras mental dan fisik, yang tidak semua orang mampu melaluinya.

 

  • “Bisa adopsi anak, kok.”

Walaupun memang bisa dilakukan, mengadopsi anak bukanlah perkara sederhana. Butuh jalan yang berliku dan pastinya biaya yang tidak sedikit menghadapi prosesnya. Lagipula, adopsi tidak akan menghilangkan perasaan sedih pasangan yang tidak bisa memiliki anak.

 

  • “Ya udah, mungkin kalian memang enggak ditakdirkan punya anak.”

Siapa pun pasti akan merasa sangat tersakiti ketika mendengarkan perkataan ini, terlebih jika ini didengar dari orang terdekatnya. Jadi, hindari mengucapkan hal tersebut kepada pasangan yang mengalami infertilitas, ya.

 

Nah, itulah beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dikatakan kepada pasangan yang sedang mengalami masalah infertilitas. Tetap semangat ya, Mums dan Dads! (AS)

 

 

Referensi

BabyGaga: What To Say (& Not To Say) To Someone Living With Infertility

CDC: Infertility FAQs