Waktu terus berjalan, keluarga pun terlihat gelisah.

 

“Apa benar dok ini harus dilakukan operasi?” tanya ibu sang Anak dengan air muka yang tidak tenang, “Apakah tidak bisa menunggu?”

 

Saya sudah menjelaskan beberapa saat sebelumnya tentang persiapan operasi sang Anak tetapi sepertinya hal itu belum cukup untuk si Ibu. “Iya, Bu,” kata saya sambil melirik sang Anak yang tidak nyaman karena rasa sakit. “Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika sudah perforasi (luka di usus), sebaiknya dibuka karena cairan usus bisa keluar, Bu.” Saya kembali mencoba menjelaskan secara perlahan. Memang hal seperti ini sulit untuk diterima oleh orang tua pasien. Apalagi jika mendengar kata operasi.

 

Kembali ke sore pada satu hari sebelumnya, sang Anak hanya datang dengan keluhan muntah berkali-kali. Karena keadaannya masih baik, akhirnya diputuskan untuk rawat jalan saja dan diberikan obat anti-muntah. Namun setelah mengonsumsi obat tersebut, keluhan muntah masih ada dan tidak bisa mengonsumsi makanan dan minuman. Alhasil, pasien dianjurkan rawat inap untuk diobservasi.

 

Keluhan muntah dan nyeri perut pun tak kunjung hilang, sehingga dokter memutuskan untuk melakukan pemeriksaan tambahan berupa ultrasonography (USG) perut. Hasil menunjukkan adanya luka bolong (perforasi), yang dicurigai berasal dari usus buntu pasien. Oleh karena itu, sang Anak dianjurkan untuk dioperasi secepatnya.

 

Kenapa sih bisa terjadi usus buntu?

Usus buntu merupakan bagian peralihan usus halus ke usus besar yang berukuran kecil, dan dapat menjadi jalan buntu bagi makanan atau kotoran yang lewat ke usus tersebut. Usus buntu memiliki ukuran kecil, yang berfungsi untuk menghasilkan salah satu cairan usus.

 

Jika ada yang menghambat kelancaran usus buntu, hal ini dapat menyebabkan radang akibat cairan yang berkumpul di ruang sempit tersebut. Di saat meradang, usus buntu dapat menekan bagian perut lainnya, sehingga memberikan rasa nyeri, khususnya nyeri di perut bagian kanan bawah. Jika dibiarkan terlalu lama, usus buntu dapat pecah dan menyebabkan radang di seluruh selaput perut.

 

Gejala apa saja sih yang menjadi tanda-tanda usus buntu?

Gejala yang paling sering dialami adalah nyeri perut kanan bawah. Nyeri ini biasanya didahului dengan nyeri perut di sekitar ulu hati, yang kerap dianggap sebagai sakit maag biasa. Namun pada anak-anak, biasanya mereka sulit untuk mengatakan dengan jelas di mana letak nyeri perut tersebut. Gejala dapat disertai dengan keluhan muntah, tidak mau makan dan minum, serta demam. Jika mengalami gejala yang mengarah ke tanda-tnda di atas, segera berobat ke dokter untuk dievaluasi lebih lanjut, ya!

 

Apakah usus buntu harus dioperasi?

Cara paling tuntas untuk mengatasi radang usus buntu adalah membuang bagian yang meradang. Oleh karena itu, operasi menjadi pilihan terapinya. Banyak orang mengatakan ada obat untuk menyembuhkan usus buntu. Namun, sebenarnya beberapa kasus bisa ‘seolah-olah’ hilang karena pertahanan tubuh membentuk jaringan di sekitar usus buntu yang meradang, sehingga pasien merasakan gejalanya menghilang.

 

Pada keadaan ini, biasanya pasien menolak untuk dilakukan operasi karena tidak merasa nyeri. Namun, sebenarnya keadaan usus buntu yang sudah terbungkus jaringan pun disarankan untuk tetap dioperasi 4 minggu setelah gejala terjadi. Ini berguna untuk menghindari keluhan yang sama karena nyeri perut bisa muncul lagi ketika kembali terjadi peradangan. Semoga bermanfaat!