Beberapa waktu lalu, berita tentang ratusan anak masuk Rumah Sakit Jiwa karena kecanduan gadget cukup mengagetkan kita. Rentang usia anak yang dirawat di RS juga masih sangat muda, yaitu  7-15 tahun. Apa yang salah dengan gadget?

 

Gadget diciptakan pada awalnya untuk memberikan kemudahan dan membantu pekerjaan kita sehari-hari. Namun seiring waktu, konten gadget makin berkembang dan cenderung digunakan secara berlebihan.

 

Anak-anak yang hidup di era digital tentu sudah akrab dengan gadget. Sehari-hari, mereka melihat orang-orang di sekitar menggunakan gadget. Mereka pun kemudian tertarik untuk mencoba dan ikut menggunakannya.

 

Tanpa disadari, sering sekali gadget menjadi salah satu jalan pintas orang tua untuk memberikan hiburan bagi anak. Dengan berbagai fitur dan aplikasi yang menarik, gadget dipakai untuk menemani anak agar orang tua dapat menjalankan aktivitas dengan tenang. Mereka pun tidak lagi khawatir anak akan keluyuran, bermain kotor, memberantaki rumah, ataupun rewel.

 

Penggunaan gadget secara berlebihan ternyata dapat berdampak negatif bagi kesehatan dan perkembangan jiwa seseorang. Seseorang bisa mengalami kecanduan gadget, yakni sangat susah melepaskan gadget. Kecanduan gadget dikategorikan dalam golongan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK).

 

Anak-anak umumnya menggunakan gadget untuk bermain game online, menonton YouTube, chatting, ataupun bermain media sosial seperti Instagram. Dalam banyak kasus, anak-anak yang kecanduan tidak mau mengubah kebiasaan mereka dan akan mengalami serangan panik jika berjauhan dari gadget.

 

Kapan seorang anak dibolehkan menggunakan gadget? World Health Organization (WHO) melarang penggunaan gadget pada anak di bawah usia 2 tahun. Anak di atas usia 2 tahun pun hanya boleh menghabiskan waktu bermain gadget maksimal 1 jam per harinya.

 

Orang tua dan orang terdekat dengan anak tentu mempunyai peran penting untuk mengawasi penggunaan gadget pada anak. Orang tua perlu untuk mengenali gejala kecanduan gadget pada anak sedini mungkin agar bisa mencegahnya berkembang menjadi masalah kejiwaan.

 

Seorang anak bisa kecanduan gadget ternyata tidak bergantung dari lamanya rentang waktu gadget dimainkan saja, melainkan juga konten apa yang dinikmati. Konten di dalam gadget dapat memengaruhi emosional anak.

 

 

Tanda-tanda Anak Kecanduan Gadget

Beberapa studi menemukan bahwa gadget bisa memengaruhi otak anak di bagian korteks frontalis dan meningkatkan level dopamin. Meningkatnya dopamin menimbulkan efek kesenangan pada anak, sehingga susah lepas dari gadget. Berikut tanda-tanda yang perlu diwaspadai:

 

1. Lupa waktu

Anak dengan kecanduan gadget cenderung lupa waktu. Setiap bangun tidur, yang diingat pertama kali adalah mengambil gadget, kemudian asyik di depan layar gadget untuk membuka aplikasi atau bermain.

 

2. Menunjukkan perilaku tidak nyaman saat tidak menggunakan gadget

Anak yang kecanduan gadget akan merasa tidak nyaman saat gadget tidak berada di tangannya. Anak tampak cemas, merasa kesepian, merasa bersalah, sakit kepala, bahkan susah tidur. Beberapa anak bahkan marah dan mengamuk saat gadgetnya diambil.

 

3. Tidak tertarik berinteraksi dengan sekitarnya

Anak yang kecanduan gadget merasa gadget adalah teman sejatinya. Jadi, ia merasa tidak memerlukan teman di dunia nyata. Anak tidak tertarik berinteraksi langsung dengan orang-orang di sekitar mereka. Dan, mungkin saja Mums dan Dads tidak dipedulikan saat mengajaknya mengobrol.

 

4. Rutinitas terganggu

Saat sudah asyik bermain gadget, seorang anak bisa lupa makan, mandi, belajar, mengerjakan PR, dan rutinitas sehari-harinya.

 

5. Berbohong tentang lama pengunaan gadget

Anak yang kecanduan gadget cenderung terus meningkatkan waktu untuk bermain gadget. Untuk mendapatkan hal tersebut, ia kemudian berbohong tentang penggunaan waktu bermain gadget. Anak juga bisa sembunyi-sembunyi menggunakan gadget tanpa sepengetahuan Mums dan Dads.

 

6. Menjadikan gadget sebagai alasan untuk mengalihkan perasaan

Karena gadget bisa memberikan kesenangan, anak yang kecanduan gadget bisa berlaku berpura-pura sedih, menangis, atau mengambek demi diperbolehkan bermain gadget. Akhirnya, orang tua tidak tega dan memberikan izin.

 

Nah, sebagai orang tua, gejala-gejala di atas bisa menjadi tanda si Kecil mulai kecanduan gadget. Tidak ada kata terlambat untuk mencegah atau memberi penanganan lebih lanjut. Tentu kita tidak ingin anak-anak di masa depan memiliki masalah kejiwaan, bukan?  

 

Orang tua harus bisa memberikan pemahaman, menerapkan aturan yang jelas untuk bermain gadget, serta melakukan aktivitas lain bersama anak agar ia tidak selalu bermain gadget. Jika membutuhkan penanganan lebih lanjut, orang tua bisa berkonsultasi kepada para ahli. (AS)

 

Referensi

1. Aric Sigman. Screen Dependency Disorders: a new challenge for child neurology. Journal of the International Child Neurology Association. 2017.

2. Dunckley Victoria. Electronic Screen Syndrome: An Unrecognized Disorder? https://www.psychologytoday.co

3. Puji A.C. Pengaruh Media Gadget pada Perkembangan Karakter Anak. Psikologi. Vol. 17. No. 2. 2017.