Mungkin kadang dengan semakin banyaknya ibu-ibu yang berbagi pengalaman dan pengetahuan via social media, yang juga sering memposting foto-foto kegiatannya dan anaknya setiap hari membuat kita merasa iri dan mungkin rendah diri atau insecure sebagai Ibu. Jangan kahawatir tidak semua Ibu sama karena kita mempunyai karakter yang berbeda-beda, maka tak heran jika setiap Ibu itu berbeda.

 

A photo posted by GueSehat (@guesehat) on

Tidak Ada Ibu Yang Paling Baik, karena setiap Ibu itu Berbeda

Buat saya, tentunya tidak ada patokan untuk menjadi Ibu yang baik, paling benar, paling hebat, paling juara. Ibu yang bekerja maupun Ibu Rumah Tangga tentunya ingin yang terbaik untuk buah hati mereka dan pastinya keputusan untuk menjadi Ibu bekerja atau IRT sudah dipikirkan masak-masak dengan berbagai pertimbangan yang lagi-lagi tidak ada patokan atau alat ukurnya. Bagus, jika seorang Ibu masih bisa bekerja dan menghasilkan uang di rumah sambil mengurus anak. Namun tidak semua Ibu memiliki kesempatan seperti itu. Bagus, jika seorang Ibu memiliki anak yang tidak rewel, tidur cepat, tidak bangun setiap satu dua jam sekali setiap malam untuk mencari payudara Ibunya untuk menyusu sehingga sang Ibu bisa bangun pagi dengan badan segar bugar, memasak, dan masih bisa melakukan aktivitas lainnya, juga produktif menghasilkan sesuatu untuk buah hati dan keluarganya. Namun tidak semua Ibu seberuntung itu. Bagus, jika Ibu memiliki suami yang pengertian dan mau berbagi peran untuk menjaga dan mengurus anak mereka karena tidak harus setiap hari bekerja di kantor. Namun tidak semua suami memiliki kesempatan seperti itu. Lagi-lagi setiap ibu itu berbeda, kesempatan bekerja di rumah, keberuntungan memiliki anak yang tidur lelap sampai pagi tanpa bangun minta menyusu setiap satu jam sekali, dan kebahagiaan memiliki suami yang punya banyak waktu untuk berbagi kewajiban dan tanggung jawab mengurus anak ini dilihat dari kacamata siapa?

Keadaannya Mungkin Saja Berbeda dengan Ibu yang Lain

Bisa jadi Ibu yang bekerja di rumah ternyata merasa bosan dan berharap bisa menjadi wanita kantoran, tetapi ada juga seorang Ibu yang masih memikirkan pentingnya waktu untuk Me Time dirumah, namun tuntutan hidup dan pilihan-pilihan lain mengharuskan ia bekerja dari rumah sambil mengurus buah hatinya tanpa asisten rumah tangga. Bisa jadi Ibu yang memiliki anak yang tidak rewel sehingga bisa mengerjakan segala sesuatu di rumah untuk anaknya sedang khawatir kalau anaknya kurang aktif. Bisa jadi Ibu yang memiliki suami yang memiliki banyak waktu luang karena tidak bekerja di kantor berharap suaminya bisa memiliki pekerjaan dgn penghasilan yang pasti dan lebih banyak untuk kebutuhan keluarganya. Ibu-ibu yang kita lihat sudah (atau tetap) kurus dan cantik dengan rambut curly, juga sepatu hak tingginya sama baiknya dengan ibu-ibu berkantung mata panda, bersendal jepit, dan dengan rambutnya yang selalu digulung ke atas. Intinya, kita harus lebih banyak bersyukur karena bisa jadi, orang lain mengharapkan menjadi seperti kita. Namun sekali lagi, jangan sombong, jangan merasa paling baik, paling benar, paling hebat. Karena di balik setiap postingan Ibu-Ibu yang kita lihat di social media, hanya sepersekian momen dari apa yang Ibu tersebut alami dan rasakan setiap hari, karena setiap wanita mempunyai peran masing-masing yang membuat setiap Ibu itu berbeda. Don't judge and be happy of what we’ve become!