Selama kehamilan, salah satu tantangan terbesar yang akan dilalui adalah mencari posisi yang paling nyaman dan tepat untuk tidur. Pasalnya, posisi tidur favorit Mums sejak dulu ternyata belum tentu menjadi posisi tidur yang baik untuk ibu hamil!

 

Yup, perut yang terus membesar, posisi tidur yang kurang tepat, serta berbagai alasan lainnya bisa menjadi faktor penyebab Mums kesulitan tidur. Padahal, American Academy of Sleep Medicine (AASM) mengatakan bahwa salah satu cara untuk para ibu hamil memastikan sang Buah Hati sehat dan dapat lancar melahirkan adalah dengan memiliki kualitas tidur yang baik.

 

Jodi A. Mindell, PhD., profesor psikologi di St. Joseph’s University, Philadelphia, mengungkapkan kalau kebanyakan ibu hamil mengalami masalah tidur, bahkan sejak trimester awal hingga trimester akhir.

 

“Terima kasih kepada sang Biang Keladi, yakni hormon yang tidak stabil, gangguan tidur sudah dimulai sejak awal kehamilan. Ini berarti banyak wanita yang mengalami masalah tidur selama 9 bulan penuh,” ungkap Dr. Mindell.

 

Biasanya, kebanyakan simpati yang ibu hamil terima dari keluarga dan teman-teman ialah komentar tidak sedap, seperti, “Tunggu saja sampai si Kecil lahir, maka Kamu baru tahu apa arti dari kurang tidur yang sesungguhnya.”

 

Wanita yang juga menjabat sebagai associate director of the Sleep Center di Children’s Hospital of Philadelphia ini cukup menyayangkan hal tersebut. Menurutnya, tidak mendapatkan tidur yang cukup dapat memengaruhi segala aspek kehidupan wanita, termasuk ketika sedang hamil.

 

Apalagi bila Mums memiliki kondisi tertentu, misalnya plasenta previa. Suka tidak suka, posisi tidur ibu hamil dengan plasenta previa harus benar-benar diperhatikan demi terciptanya kehamilan dan persalinan yang lancar!

  

Fakta terkait Kurang Tidur selama Hamil

Banyak studi telah menunjukkan bahwa kurang tidur mampu berdampak pada mood, kemampuan pola asuh orang tua, dan kesehatan. Tidak hanya sampai di situ, ada sejumlah risiko berbahaya yang bisa menyerang ibu hamil kala kurang tidur.

 

“Selama trimester pertama, ibu hamil kerap terbangun di malam hari. Umumnya, ini disebabkan oleh keinginan untuk terus buang air kecil maupun rasa mual. Sedangkan selama trimester kedua dan ketiga, membesarnya ukuran perut menyulitkan untuk bisa menemukan posisi tidur yang baik untuk ibu hamil. Belum lagi dengan munculnya masalah heartburn, sakit punggung, dan kram pada kaki,” ujar Dr. Mindell.

 

Masalah tidur kemungkinan juga akan berkembang atau memburuk selama menjalani kehamilan. Di antaranya insomnia, restless legs syndrome atau sindrom kaki gelisah, dan obstructive sleep apnea (OSA). OSA yang merupakan gangguan tidur paling serius, jelas Dr. Mindell, sebab mampu meningkatkan risiko pre-eklampsia dan hipertensi saat hamil.

 

Selain itu, ibu hamil yang kurang tidur cenderung mengalami depresi serta masalah ingatan dan perhatian, mengantuk berlebihan di siang hari, jatuh di malam hari, dan mengonsumsi obat tidur. Semuanya itu tentu dapat memengaruhi perkembangan kesehatan pada bayi.

 

Sebagai tambahan, studi-studi terbaru mengasosiasikan kekurangan tidur dengan masalah kesehatan serius, seperti meningkatkan risiko obesitas, masalah kardiovaskular, maupun diabetes.

 

Penelitian yang dipresentasikan di SLEEP 2007 sendiri menunjukkan fakta bahwa ibu hamil merupakan kelompok yang paling mendominasi dalam kasus sindrom kaki gelisah di masyarakat.

 

Posisi Tidur yang Baik untuk Ibu Hamil

Ada sejumlah gangguan selama hamil yang bisa membuat tidur Mums menjadi kurang nyenyak. Namun, ada beberapa posisi tidur yang baik untuk ibu hamil serta tips agar tidur lebih nyaman sekaligus berkualitas.

 

Apa posisi tidur yang baik untuk ibu hamil dan tentunya paling aman? Saat mencapai usia kandungan 5 bulan, tidur telentang tentu menjadi pilihan yang kurang bijak. Para ahli merekomendasikan untuk menghindari posisi tidur ini, terutama di kehamilan trimester kedua dan ketiga.

 

Mengapa? Karena posisi tidur telentang akan menyandarkan seluruh bobot tubuh janin pada bagian belakang tubuh, usus, dan inferior vena cava, pembuluh darah yang berperan penting mengalirkan darah ke janin serta membawa darah kembali ke jantung setelah dialirkan ke kaki.

 

Tekanan ini mampu memperparah sakit punggung dan wasir, mengganggu kerja pencernaan, memperlambat sirkulasi darah di dalam tubuh Mums dan si Kecil, serta berisiko menyebabkan hipotension (tekanan darah rendah) yang dapat membuat Mums pusing.

 

Sirkulasi darah yang terhambat juga menyebabkan si Kecil di dalam kandungan mendapatkan oksigen dan nutrisi yang tidak optimal. Selain itu, tidur dengan posisi telentang mengakibatkan perut menekan saluran pencernaan, sehingga dapat menyebabkan masalah pada perut. Dan bagi Mums yang mengalami apnea tidur (sleep apnea), tidak disarankan pula untuk tidur dengan posisi telentang selama hamil.

 

Lalu bagaimana dengan tengkurap? Apakah ini posisi tidur yang baik untuk ibu hamil? Ternyata ini juga tidak direkomendasikan, terutama bila perut Mums sudah mulai membesar. Ketika Mums tidur dengan posisi tengkurap, perut akan menekan bagian rahim. Payudara yang bengkak pun akan tertekan, sehingga dapat menimbulkan nyeri.

 

Dan ternyata, posisi tidur yang baik untuk ibu hamil adalah berbaring miring, Mums! Namun, para ahli sangat menganjurkan Mums untuk berbaring miring ke arah kiri karena dapat meningkatkan sirkulasi darah. Alhasil, ini akan mempermudah darah membawa nutrisi dari jantung menuju plasenta untuk diserap oleh tubuh bayi.

 

Posisi tidur ini juga tidak membuat bobot tubuh yang bertambah banyak menekan hati terlalu keras. Fungsi ginjal pun bekerja lebih mudah, sehingga lebih baik pula mengeliminasi zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh serta meredakan bengkak pada kaki dan tangan. Jadi manfaatnya tidak hanya untuk janin, melainkan juga untuk Mums!

 

Bagaimana Posisi Tidur untuk Ibu Hamil dengan Plasenta Previa yang Tepat?

Plasenta previa atau low-lying placenta merupakan kondisi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh serviks (leher rahim) selama fase akhir kehamilan. Kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan berat sebelum atau selama proses melahirkan berlangsung.

 

Plasenta berkembang di dalam rahim wanita saat kehamilan. Organ yang menyerupai kantong ini membantu perkembangan janin dengan menyalurkan makanan dan oksigen. Ini juga membantu menghilangkan zat-zat sisa dari darah janin.

 

Selama hamil, plasenta akan menyesuaikan rahim yang terus meregang dan membesar. Di awal-awal, plasenta normalnya berada di bawah rahim. Kemudian, ini akan bergerak naik ke atas rahim. Ketika memasuki trimester ketiga, plasenta haruslah berada di puncak rahim. Dengan begitu, jalur lahir tidak tertutup dan siap dilalui oleh bayi.

 

Kebanyakan wanita yang mengalami kondisi ini disarankan untuk melakukan bed rest. Lalu bagaimana posisi tidur untuk ibu hamil dengan plasenta previa? Jawabannya tergantung pada situasi dan komplikasi melalui pemeriksaan dokter kandungan.

 

Dalam kebanyakan kasus, dokter akan meminta Mums berbaring miring ke kiri dengan lutut ditekuk atau menaruh bantal di antara lutut. Jika ingin berbaring dengan posisi telentang, Mums disarankan untuk menyangga punggung menggunakan bantal atau menekuk kaki ataupun pinggul lebih tinggi dari pundak.

 

Apabila Mums tidur dan tanpa sengaja berganti posisi, maka jangan panik. Sah-sah saja mencoba posisi tidur lain yang dirasa nyaman untuk sementara waktu. Hanya saja, sebaiknya jangan lama-lama, ya! (AS)

 

Referensi

American Pregnancy Association: Sleeping Positions During Pregnancy

American Academy of Sleep Medicine: Pregnant Women: Good Sleep is One of the Best Ways to Assure a Healthy Baby

American Pregnancy Association: Bed Rest

Sleep Advisor: How Can I Sleep Better During the First Trimester of Pregnancy?

What To Expect: Sleeping Positions During Pregnancy

WebMD: Positioning While Sleeping

Healthline: Low-Lying Placenta (Placenta Previa)