Poligami sepertinya akan selalu menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Banyak perdebatan tentang ini, ada yang setuju, ada pula yang kontra. Terlepas dari kepercayaan tertentu terkait poligami, fakta di lapangan menunjukkan praktik ini ternyata bisa memengaruhi kesehatan wanita jika mereka tidak bersedia melakukannya.

 

Banyak orang mengira poligami adalah ketika seorang pria memiliki lebih dari satu istri. Padahal, istilah tersebut kurang tepat. Poligami merupakan sistem perkawinan yang membolehkan seseorang memiliki istri atau suami lebih dari satu orang. Praktik pernikahan pada pria yang memiliki lebih dari satu istri dalam waktu yang bersamaan disebut dengan poligini. Sementara praktik pernikahan pada wanita yang memiliki beberapa suami dalam waktu yang bersamaan disebut dengan poliandri.

 

Terkait dengan poligami, ada wanita yang merasa ikhlas jika suami mereka memiliki lebih dari satu istri. Namun, tidak semua wanita bisa dan mau seperti itu. Bagaimana dengan yang tidak? Apa dampaknya bagi kesehatan fisik dan mental mereka?

 

Wanita-wanita Dalam Perkawinan Poligami

Sebuah studi dilakukan oleh Alean Al-Krenawi dan dipublikasikan dalam situs Springer. Studi ini melibatkan 126 wanita suku Bedouin di Arab, yang berada dalam perkawinan poligami. Dari jumlah total tersebut, 94 orang adalah istri tua atau istri pertama. Istri muda (biasanya kedua hingga keempat) berjumlah 32 orang.

 

Hasilnya, para istri tua mengaku merasa harga diri mereka menjadi lebih rendah atau jatuh begitu suami mereka menikah lagi. Bahkan, hubungan mereka dengan suami memburuk, sementara hubungan suami dengan istri muda membaik.

 

Latar belakang budaya dan interaksi sosial juga berperan dalam masalah ini. Di masyarakat Bedouin, pernikahan dengan istri pertama biasanya karena pilihan orang tua atau keputusan keluarga, alih-alih keinginan pribadi. Sedangkan pada pernikahan berikutnya, para pria tersebut memilih istri berdasarkan cinta.

 

Ada Banyak Faktornya

Menurut situs Dosen Psikologi, banyak juga faktor yang menyebabkan pria memilih untuk berpoligami. Beberapa alasannya mungkin sudah sering didengar, seperti:

  • Istri pertama sakit keras, sehingga tidak bisa berhubungan intim dengan suami.
  • Istri pertama tidak bisa memiliki keturunan, sementara suami sangat ingin memiliki anak. Ada juga faktor keluarga besar yang mendesak mereka karena ingin punya cucu atau keponakan.
  • Suami memiliki gangguan seksual atau berlibido lebih tinggi, sehingga merasa bahwa satu istri saja tidak cukup.
  • Sama seperti studi penelitian masyarakat Bedouin Arab sebelumnya, pria memilih berpoligami karena sebenarnya mencintai wanita lain.
  • Kondisi darurat, misalnya pada situasi perang, di mana jumlah pria kalah banyak dengan wanita dan banyak janda dengan tanggungan anak sekaligus masalah finansial.

 

Dampak poligami bagi kesehatan wanita yang tidak bersedia cukup serius. Mereka rentan menderita stres dan depresi karena merasa telah gagal menyenangkan suami. Ada juga yang merasa marah. Bahkan, suami pelaku poligami yang tidak bisa adil bisa saja melakukan KDRT (kekerasan di dalam rumah tangga).

 

Satu lagi hal yang perlu diketahui, poligami rentan meningkatkan risiko kanker serviks pada wanita. Berdasarkan keterangan dari dr. Fitriyadi Kusuma, SpOG (K)., konsultan kanker kandungan sekaligus staf pengajar FKUI dari Divisi Onkologi Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi, pria berpotensi menjadi pembawa virus HPV karena memiliki pasangan lebih dari satu.

 

Meskipun ada beberapa kasus kanker penis karena HPV, virus ini biasanya tidak berbahaya bagi pria. Bila salah satu istri menderita kanker serviks, bukan tidak mungkin pria menjadi perantara dan menulari istri lainnya.

 

Pasangan monogami pun berisiko terkena kanker. Namun, risikonya tidak sebesar pada praktik poligami. Jadi, sebaiknya wanita yang sudah aktif secara seksual (baik dalam pernikahan monogami maupun poligami) wajib melakukan screening setiap tahun, seperti IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan pap smear. (AS)

 

Referensi

Dosen Psikologi: 16 Dampak Psikologis Dari Poligami Menurut Psikologi

Detik Health: Dokter Sebut Poligami Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Serviks

Springer: Women of Polygamous Marriages in Primary Health Care Centers