Saat ini, anak-anak bisa sama sibuknya dengan orang dewasa. Coba saja lihat daftar kegiatan mereka dalam sehari. Mulai dari sekolah, ikutan ekstrakurikuler sepulang sekolah, belum lagi les ini-itu pada sore hari. Sampai rumah pun, mereka masih harus mengerjakan PR. Pokoknya, hampir tidak ada waktu luang untuk bermain.

Akibatnya, mereka cenderung lebih cepat dan mudah kelelahan. Bahkan, hal ini juga mempengaruhi pola makan dan cara mencerna makanan mereka. Entah lebih sering memilih makanan cepat saji dengan alasan lebih mudah hingga mengunyah sedikit sebelum menelan makanan penuh-penuh. Alasannya: terburu-buru.

Demi kesehatan anak jangka panjang, inilah beberapa masalah pola makan dan cara mencerna yang harus diperbaiki:

  1. Hobi memilih-milih makanan.

Selain perkara terburu-buru dan ingin makanan yang cepat dan mudah, masalah selera juga mempengaruhi pilihan menu. Misalnya: si kecil kurang suka sayur atau tidak begitu peduli mengenai pentingnya minum susu murni. Chris Tolcher, MD, dokter anak dan asisten profesor klinis kedokteran anak dari University of Southern California School of Medicine memberikan saran-saran ini:

  • Ajarkan mengenai piramida makanan.

Ini tidak hanya perkara empat sehat lima sempurna seperti zaman dulu. Beberapa pertimbangan lain juga harus diajarkan. Misalnya: bila anak sedang tidak banyak bergerak secara fisik, mengapa sebaiknya jangan banyak makan karbohidrat seperti nasi atau kentang? Banyak aplikasi pengatur gizi yang dapat membantu Mums.

  • Pertimbangkan asupan kalori.

Terkait saran sebelumnya, beginilah kira-kira ukuran asupan kalori per usia anak: usia dua dan tiga tahun butuh sekitar 1000 – 1400 kalori per hari, sementara anak-anak di atas tiga tahun lebih dari itu. Bila anak sudah remaja, remaja putri membutuhkan sekitar 1600 hingga 2200 kalori per hari. Remaja putra membutuhkan sekitar 2200 hingga 2800 kalori per hari.

Tentu saja, perhitungan di atas juga harus dibandingkan lagi dengan seberapa aktif mereka secara fisik.

  • Perhatikan porsi.

Agar anak tidak terkena masalah gangguan pola makan (eating disorder, seperti anoreksia dan bulimia), jangan juga terlalu membatasi pilihan mereka. Sebenarnya mereka masih boleh makan apa saja, berhubung masih dalam masa pertumbuhan.

Tentu saja, agar anak tidak bablas makan terlalu banyak, ada triknya. Misalnya: gunakan piring/mangkok/sendok yang lebih kecil. Tanpa sengaja, anak jadi mengambil jatah sesuai ukuran alat makan yang dipakainya.

  1. Makan terlalu cepat.

Seharusnya, makan menjadi pengalaman menyenangkan sekaligus menenangkan. Bahkan, makan-makan santai bersama keluarga terbukti baik untuk pencernaan, karena didukung kedekatan psikologis dan ketenangan spiritual yang ada.

Jadwal kegiatan boleh padat. Minimal, saat akhir pekan atau liburan dan kalian sedang tidak ke mana-mana, lakukanlah hal-hal ini saat sedang makan:

  • Duduk bersama saat makan.

Kembalikan tradisi duduk bersama saat makan – di meja makan. Kebiasaan makan di mobil atau dalam perjalanan ke sekolah rentan membuat anak lupa bahwa sebenarnya mereka sudah makan. Akibatnya, mereka makan lagi deh, sehingga tanpa sadar porsinya lebih banyak.

  • Singkirkan pengalih perhatian selama makan.

Makan sambil memandang layar ponsel tidak hanya tidak sopan bagi keluarga, teman, atau pasangan yang sedang duduk semeja. Jangan tularkan kebiasaan ini pada anak, karena mereka akan mudah mengikutinya dan sulit menghentikannya.

  • Beri perhatian penuh pada makanan yang dihidangkan.

Saat memberi perhatian penuh pada makanan yang dihidangkan, Mums bisa mengajarkan anak-anak untuk menikmati makanan secara total.

  • Ajarkan anak untuk mendengarkan alarm tubuhnya sendiri.

Ajarkan mereka untuk membedakan antara benar-benar lapar dengan ‘hanya ingin mencecap rasa makanan’. Selain itu, bila perut terasa bergemuruh, jangan langsung ajak mereka makan dulu. Mintalah mereka minum segelas air dulu untuk memastikan mereka hanya haus, bukan lapar sungguhan.

  1. Terlalu banyak makan menu cepat saji.

Agak susah melarang anak untuk tidak makan menu cepat saji sama sekali. Selain aksesnya banyak, ada kalanya mereka juga diajak teman-teman sekolah ke resto cepat saji. Apalagi bila sudah pernah mencobanya dan terlanjur suka.

Satu-satunya cara adalah tidak menyediakan menu serupa di rumah sama sekali. Bolehlah sesekali membiarkan anak makan menu cepat saji. Namun, jangan lupa juga berikan mereka menu yang lebih sehat. Banyak kok, menu sehat tapi enak, seperti: buah ceri, anggur, kacang almond, wortel, dan masih banyak lagi.

  1. Terlalu banyak minum yang serba manis, berkafein dan berkarbonasi tinggi.

Masalah ini juga sama dengan menu cepat saji. Mulai dari soda, jus dengan ekstrak pemanis, susu dalam kemasan, hingga sports drink yang sangat berkarbonasi.

Solusinya? Sama seperti orang dewasa yang suka minum teh dan kopi. Selingi dengan minum air putih...yang lebih banyak daripada asupan minuman-minuman tersebut. Beberapa jenis minuman tersebut mengandung diuretik yang rentan membuat anak cepat dehidrasi setelah berkegiatan seharian penuh.

  1. Kurang banyak berkegiatan fisik.

Dengan adanya hiburan di dalam rumah seperti TV, komputer, ponsel, dan video game, praktis frekuensi anak berkegiatan fisik jadi berkurang. Sudah pola makannya tidak sehat, mereka jarang berolahraga lagi.

Padahal, banyak bergerak tidak hanya menyehatkan, tapi membantu rasa percaya diri mereka. Pencernaan lebih lancar dan imunitas tubuh meningkat. Bahkan menurut Scott Cohen, MD, anak-anak di atas usia dua tahun harus bergerak minimal 60 menit per hari. Misalnya: per dua kali (30 menit per sesi) atau per empat kali (15 menit per sesi).

Ingin pola makan dan cara mencerna makan anak-anak lebih sehat? Semua harus dimulai dari rumah – dan usaha seluruh keluarga.

Sumber:

https://www.webmd.com/children/features/digestive-habits#1

https://www.teachkidshow.com/teach-your-child-about-the-digestive-system/