Data dari Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut pada penduduk Indonesia adalah 57,6%, dengan masalah paling umum adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%) dan masalah gusi (gusi bengkak/abses) sebesar 14%.

 

Masalah karies pada anak juga tinggi, mencapai 92,6% pada 2018. Tingginya angka ini berkaitan dengan kebiasaan menyikat gigi yang kurang benar, meskipun hampir semua penduduk menyikat gigi setiap hari.

 

“Karang gigi dan gigi berlubang masih masalah nomer satu. Penyebabnya bukan karena kurang edukasi tapi lebih ke malas. Padahal kita (dokter gigi) sudah sering mengingatian tentang pentingnya cek ke dokter gigi. Padahal cuma cek saja, kalau tidak ada masalah kan tidak dilakukan apa-apa, baru kalau ada masalah dilakukan perbaikan sedini mungkin,” jelas drg. Adi Pranata selaku Head of Clinic Smart Dental Bintaro, melalui siaran pers.

 

Gigi berkaitan dengan seluruh tubuh

Menurut drg. Adi, semua masalah gigi berawal dari munculnya karang gigi, yang disebabkan malas menjaga kebersihan gigi. Dan jika dibiarkan karang gigi ini akan menyebabkan gigi berlubang.

 

Gigi berlubang dikaitkan dengan berbagai penyakit lain seperti penyakit jantung dan pencernaan, meskipun hubungannya tidak secara langsung.

 

1. Penyakit jantung

Bakteri pada gigi berlubang bisa terbawa melalui aliran darah dan sampai ke jantung menyebabkan radang dan infeksi jantung.

 

2. Masalah pencernaan

Ketika gigi berlubang, maka proses pengunyahan makanan tidak akan maksimal di rongga mulut. Makanan masuk ke lambung dalam kondisi belum terkunyah sempuna sheingga kerja saluran pencernaan lebih keras.

 

Sikat gigi saja tidak cukup 

drg. Adi menambahkan, edukasi untuk mencegah gigi berlubang bukan sekadar dikat gigi dua kali sehari, tapi memastikan sikat gigi dilakukan dengan tepat. “Apakah benar sikat giginya sudah bersih hingga bisa menjangkau semua area gigi?” ujarnya.

 

Hal-hal seperti ini, tambahnya, masih menjadi concern dokter gigi, di mana pencegahan saja masih sulit dilakukan. Belum bicara tentang perawatan gigi yang canggih apalagi estetika.

 

“Fokus kami sebagai dokter gigi adalah pada pencegahan, namun perkembangan estetika gigi hari juga menjadi bagian penting untuk menunjang penampilan, misalnya penggunaan veneer dan crown. Kemudian perihal teknologi, penggunaan scanning 3D sudah menjadi bagian dari penerapan kami untuk mendukung pemeriksaan yang lebih detail. Kami berharap, semakin banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya kesehatan gigi dan rutin melakukan perawatan, sehingga kualitas hidup mereka pun meningkat,” harap drg. Adi.

 

Smart Dental Group belum lama ini membuka cabang ke-6 di Indonesia dan kali ini memperluas cabang nya di Bintaro, Tangerang Selatan. Klinik gigi ini mengusung nama Smart, diambil dari filosofi Science Meets Art and Technology, yang menjadi dasar setiap layanannya.(*)