Anjuran untuk memenuhi asupan zat besi setiap harinya ternyata bukan tanpa alasan. Pasalnya, zat besi berperan besar dalam pembentukan hemoglobin, protein di dalam sel darah merah yang membawa oksigen menuju sel-sel lainnya, di dalam tubuh.

 

Zat besi juga merupakan komponen penting dalam pembentukan myoglobin (protein yang menyuplai oksigen ke otot), kolagen (protein dalam tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat), serta enzim lainnya. Dan yang tidak kalah penting, mineral yang satu ini berfungsi menjaga sistem imun di dalam tubuh.

 

Bagi wanita yang sedang melakukan program kehamilan atau sedang hamil, wajib untuk memenuhi asupan zat besi, bahkan jauh lebih banyak daripada biasanya. Bila sebelum hamil zat besi yang dibutuhkan hanya sekitar 18 mg, maka selama hamil bertambah menjadi 27 mg setiap harinya.

 

Banyak wanita yang didiagnosis kekurangan zat besi di awal kehamilannya. Berdasarkan jurnal WHO berjudul Iron Deficiency Anaemia: Assessment, Prevention, and Control pada 2001, 25-30% wanita di negara-negara berkembang kekurangan zat besi.

 

Padahal, jumlah darah dalam tubuh bertambah ketika hamil, yaitu sekitar 50 persen dari yang seharusnya. Oleh sebab itu, wanita membutuhkan zat besi ekstra untuk membuat lebih banyak hemoglobin.

 

Apa yang terjadi jika ibu hamil kekurangan zat besi?

Zat besi diperlukan untuk membentuk plasenta serta membantu tumbuh-kembang janin, terutama di trimester kedua dan ketiga. Apabila kekurangan zat besi, ibu hamil berisiko mengalami anemia defisiensi besi.

 

Anemia defisiensi besi dapat membuat ibu hamil merasa lemas dan tidak berenergi. Ini dapat ditandai dengan beberapa gejala, seperti pusing, sesak napas, mata berkunang-kunang, pucat, sulit berkonsentrasi, merasa lesu, selalu mengantuk, dan kram pada kaki. Tubuh pun juga menjadi sulit untuk melawan infeksi.

 

Masalah ini dapat berisiko besar selama kehamilan, karena diasosiasikan dengan kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, maupun kematian pada bayi. Jika wanita mengalami anemia saat melahirkan, maka ada kemungkinan akan membutuhkan transfusi darah.

 

Anemia defisiensi besi juga berpengaruh terhadap wanita setelah melahirkan. Dilansir melalui Babycenter, beberapa penelitian mengasosiasikan masalah ini dengan kejadian postpartum depression.

 

Sedangkan bagi bayi yang dilahirkan, berisiko pula mengalami anemia di kemudian hari, serta keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan kognitif. WHO mengungkapkan, anemia defisiensi besi secara pasti mengganggu perkembangan psikomotor dan kognitif bayi, terutama di negara Chile, Costa Rica, Guatemala, dan Indonesia.

 

Sumber zat besi yang bisa dikonsumsi selama hamil

Ada dua jenis zat besi, yaitu heme dan non-heme. Zat besi heme dapat ditemukan dalam produk hewan dan lebih mudah diserap oleh tubuh. Sementara itu, zat besi non-heme bisa didapatkan dari tumbuhan, makanan yang diperkaya dengan zat besi, serta suplemen. Daging merah, daging unggas, dan seafood mengandung kedua jenis zat besi ini.

 

Untuk memastikan asupan zat besi terjaga, konsumsilah beragam makanan yang kaya akan zat besi setiap harinya. Daging merah, unggas, serta ikan adalah sumber zat besi terbaik. Hati juga termasuk sumber zat besi yang baik, tetapi tingginya vitamin A di dalamnya kurang baik bila dikonsumsi berlebihan selama kehamilan. Zat besi dapat didapatkan pula pada kentang, bayam, dan kacang-kacangan.

 

Perlukah mengonsumsi suplemen zat besi?

Walaupun tubuh menyerap zat besi secara efisien selama hamil, wanita mungkin tidak mendapatkan cukup asupan mineral ini dalam menu sehari-hari. Pasalnya, seperti yang telah disebutkan di atas, banyak wanita yang tidak memiliki cukup zat besi di dalam tubuhnya sebelum hamil. Alhasil ketika hamil, tubuh membutuhkan lebih banyak zat besi dan makanan saja tidak cukup untuk memenuhinya.

 

Mums bisa memilih suplemen yang mengandung zat besi jenis Iron Polymaltose Complex (IPC). Berdasarkan studi dari OPD of Bangladesh Medical College dan dua klinik di kota Dhaka pada Agustus 2011 hingga September 2013, suplemen yang mengandung IPC aman digunakan selama kehamilan dan harganya terjangkau.

 

Selain itu, efek samping IPC terhadap pencernaan lebih rendah, proses absorpsinya tidak disertai proses oksidasi, aman dari pelepasan radikal bebas, dan penyerapannya tidak dipengaruhi oleh makanan apapun. Yang terakhir, mengonsumsi suplemen yang mengandung IPC tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi.

 

Konsultasikan kepada dokter apakah Mums membutuhkan suplemen zat besi selama kehamilan. Jika iya, maka minta rekomendasi suplemen apa yang terbaik untuk Mums. Jangan mengonsumsi suplemen secara sembarangan tanpa sepengetahuan dokter kandungan Mums, ya. (AS/OCH)

 

Source:

https://www.babycenter.com/0_iron-in-your-pregnancy-diet_1468.bc.

http://www.who.int/nutrition/publications/en/ida_assessment_prevention_control.pdf.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27612899.

Bernard M, et al. Anemian the adult patient. Review of clinical signs. Oct 2004;32-6. www.turner-white.com.

Langstaff RJ, et al. Brit J Clin Res 1993;4:191-8.

Schmidt BJ, et al. A Folha Medica; 1985-90

Medscape General Medicine; 2007;9(1):1.

Jacobs P, et al. S Afr Med J 1979;55:1065-72.

Geiser P. Drug Res 1990;40:754-60