Mums, sekarang media sosial sudah menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Meskipun si kecil belum Mums izinkan untuk punya akun, Mums pasti minimal punya satu atau dua akun media sosial yang Mums pakai sehari-hari. Bila hanya untuk keperluan bisnis, berjejaring sosial, hingga menjaga hubungan relasi dengan yang jauh sih, tidak masalah.

Mums pasti juga tahu kalau sudah banyak pengguna media sosial yang gemar mengomentari atau mengkritik sesama. Bahkan, tidak jarang bukti bahwa istilah ‘netizen julid’ itu memang benar adanya. Apakah Mums termasuk salah satunya? Sebaiknya mulai kurangi kebiasaan ini, Mums, karena ternyata berdampak buruk bagi kesehatan mental. Tidak hanya korban nyinyir, namun juga pelakunya sendiri.

Hmm, seperti apa sih, tanda-tanda kita mulai sering nyinyir di medsos, Mums? Ini dia beberapa contoh kasusnya dan saran untuk mengatasinya:

  1. Suka kesal dan stres melihat orang tua lain posting foto anak-anak mereka yang (sepertinya) tampak sempurna.

Keluarga si A tampaknya nyaris tak bercela. Anak-anaknya tampak manis dan berdandan rapi, ibu mereka tampak harmonis dengan ayah. Entah kenapa, Mums langsung membandingkannya dengan anak-anak Mums yang selalu rewel dan Dads yang tidak selalu pengertian.

Bahkan, Mums sudah gatal ingin berkomentar: “Si A enak sih, di rumahnya ada ART. Jadi nggak lelah dan anak-anak selalu rapi.”

Saran:

Faktanya nih, Mums, banyak orang yang hanya posting momen-momen bagus mereka di media sosial. Bisa saja keluarga si A yang bikin Mums iri dan ingin menyindir sebenarnya sedang ada masalah. Bisa saja anak-anak mereka tidak selalu patuh dan tertib, tapi tentu saja orang tua mereka tidak akan membeberkannya di medsos.

Berhentilah membanding-bandingkan keluarga sendiri dengan keluarga lain, apa pun alasannya. Semua punya dinamika masing-masing. Tidak semua yang terlihat di medsos itu selalu sesuai dengan kenyataan.

  1. Terlalu banyak mengumbar informasi pribadi seputar anak dan menjatuhkan anak orang lain demi ‘perbandingan’.

Tidak mau kalah dengan sesama Mums yang hobi posting anak mereka yang lucu-lucu/berprestasi? Akhirnya Mums pun ikut-ikutan. Meskipun bukan informasi yang memalukan (kegiatan kamar mandi si kecil atau foto anak saat sakit), bahaya sekali bila terlalu mengumbar informasi seputar anak demi “biar tidak kalah” sama anak orang lain.

Saran:

Ingat, Mums. Anak bukan objek. Bolehlah berbangga dengan keberanian si kecil saat anak lain takut disuntik untuk imunisasi. Boleh juga senang saat anak berprestasi di TK. Namun, tidak semua perlu diceritakan di media sosial, apalagi sampai menjatuhkan anak orang lain demi ‘perbandingan’.

Selain itu, waspadalah dengan predator anak. Sekarang mereka sudah semakin lihai memilih calon korban lewat internet, Mums. Hindari mencantumkan nama sekolah si kecil yang bisa dibaca orang lain dengan mudah. Bahkan, orang dalam lingkaran pertemanan Mums di media sosial belum tentu bisa dipercaya.

  1. Hobi posting motivational quotes, tapi dengan niat terselubung – menyindir orang lain.

Sekilas, Mums jadi tampak bijak di media sosial. Daripada posting foto atau update status nggak jelas, Mums lebih memilih posting quotes untuk memotivasi sesama dalam hidup, baik sebagai orang tua maupun personal.

Meskipun belum tentu semua berniat sama, cek lagi niat Mums saat posting quotes tersebut. Yakin, Mums hanya ingin sharing dengan alasan “ingin saling mengingatkan”? Bagaimana kalau ada yang tersinggung? Misalnya: Mums posting motivational quotes tentang pentingnya sabar, hanya beberapa menit sesudah sebelumnya bertengkar dengan ibu lain soal sesuatu.

Saran:

Posting motivational quotes sih, sebenarnya boleh-boleh saja, Mums. Kita juga nggak bisa mencegah reaksi orang atas semua posting kita. Namun, untuk mencegah drama yang nggak perlu, usahakan untuk tidak terlalu banyak atau sering posting quotes dalam sehari. Mungkin tidak perlu menambahnya dengan caption yang bernada menyindir, meskipun #nomention.

Waspadailah bila Mums sudah mulai menunjukkan gejala-gejala gangguan kesehatan mental seperti ini:

  • Semakin merasa kesepian dan meragukan ketulusan sesama manusia.
  • Kurang bersyukur, karena merasa keluarga dan diri sendiri banyak kekurangan.
  • Rentan terserang stres dan depresi.
  • Mengalami gangguan tidur dan masalah penglihatan (akibat screen-time yang berlebihan).

Inilah yang bisa Mums lakukan untuk mengurangi nyinyir di medsos, demi kesehatan mental Mums sekeluarga:

  1. Lebih banyak share konten positif.

Tidak perlu selalu motivational quotes, Mums juga bisa share konten positif lainnya, seperti: artikel tips memasak, ide permainan seru dengan si kecil, hingga tips kesehatan.

  1. Lebih fokus dengan komunitas yang lebih bermanfaat di medsos.

Berkeluarga bukan berarti nggak boleh punya hobi lain, Mums. Banyak grup-grup atau komunitas hobi online yang bisa Mums ikuti untuk menambah teman, skill, hingga pekerjaan sambilan. Misalnya: klub penulis lepas, pencinta hewan peliharaan, dan masih banyak lagi.

  1. Batasi penggunaan medsos dan seimbangkan dengan kegiatan di dunia nyata.

Jangan sampai kecanduan, Mums, sehingga waktu habis untuk berdebat dengan orang lain di medsos. Di dunia nyata masih ada keluarga, termasuk si kecil, yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang Mums. Batasi penggunaan medsos agar tidak sampai kebablasan. Misalnya: hanya dua – tiga kali seminggu dan itu pun hanya sejam maksimal.

Nah, sudah tahu kalau nyinyir di medsos bahaya buat kesehatan mental, Mums? Yuk, mulai kurangi dengan lebih bijak mnggunakan medsos dan lebih produktif di dunia nyata.

Sumber:

https://www.verywellmind.com/social-network-use-and-social-anxiety-disorder-4117143

https://www.sammichespsychmeds.com/8-warning-signs-youre-a-social-media-nightmare/

https://www.independent.co.uk/life-style/health-and-families/social-media-mental-health-negative-effects-depression-anxiety-addiction-memory-a8307196.html