Baru-baru ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul mengeluarkan hasil uji sampel 27 orang warga Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong positif antraks. Mengapa kasus antraks kembali terjadi ?

 

Antraks merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Antraks termasuk dalam golongan penyakit zoonosis, yang artinya penularan terjadi melalui hewan. Manusia dapat terinfeksi apabila kontak langsung dengan spora antraks yang ada di dalam tanah, pada tanaman, ataupun produk-produk hewan yang terjangkit.

 

Penularan dapat juga terjadi melalui udara yang mengandung spora antraks dan gigitan vektor (pembawa) kuman antraks, seperti lalat piteuk atau tabanus. Masuknya endospora Bacillus anthracis ke dalam tubuh terjadi melalui kulit yang lecet atau luka, inhalasi (terhirup), atau makanan yang terkontaminasi.

 

 

 

Kasus yang terjadi di Gunung Kidul adalah puluhan warga mengonsumsi daging kambing dan sapi yang terkontaminasi kuman antraks. Dari hasil investigasi ditemukan bahwa kasus kematian ternak kambing sudah terjadi sejak 16 Desember 2019 dan kematian sapi pada 18 Desember 2019. Kasus tersebut berlangsung sampai 28 Desember 2019.

 

Masalahnya, kasus kematian mendadak hewan ternak tersebut tidak dilaporkan. Sebagian ternak yang mati malah disembelih dan dagingnya dikonsumsi warga. Kasus antraks di Gunung Kidul bukanlah yang pertama kali. Ini pernah terjadi di bulan April 2019 dan terjadi kembali di Januari 2020.  

 

Ada beberapa faktor risiko mengapa antraks kembali terjadi di daerah Gunung Kidul. Yang pertama adalah faktor alam, di mana kondisi alam di Indonesia mendukung spora untuk bertahan hidup lebih lama.

 

Yang kedua, pengetahuan yang rendah dari para peternak dalam mengenali dan melaporkan dugaan kasus antraks kepada unit veteriner setempat. Biasanya, ternak yang mati sebagian disembelih dan dagingnya dijual untuk mengurangi kerugian.

 

Yang ketiga, darah yang keluar saat penyembelihan hewan terjangkit antraks dapat menjadi sumber pencemaran spora pada tanah. Sementara, upaya pembasmian bakteri dan spora tidak ada karena kasus tidak dilaporkan kepada unit veteriner.

 

Dan yang terakhir, cakupan vaksinasi masih rendah karena belum optimalnya unit pelayanan kesehatan hewan daerah, dalam melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit hewan.

 

Nah Geng Sehat, apa saja gejala-gejala antraks yang perlu kita waspadai? Yuk, kita lihat lebih lanjut! Pada manusia, terdapat 3 tipe antraks, yaitu antraks kulit, antraks inhalasi, dan antraks gastrointestinal.

 

Antraks kulit merupakan infeksi yang paling sering terjadi dan ditandai dengan munculnya benjolan kemerahan di kulit, dengan bagian tengah berwarna kehitaman, terasa gatal, serta perih. Di sekitar kulit yang terinfeksi, terjadi pembengkakan dan nyeri pada kelenjar getah bening. Dapat disertai dengan demam dan nyeri otot.

 


Antraks inhalasi terjadi ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri antraks, sehingga bakteri memasuki paru-paru. Pada fase awal, 1-6 hari setelah masa inkubasi timbul gejala yang tidak khas, berupa demam ringan, lesu, batuk, non-produktif, dan nyeri dada. Penyakit akan masuk pada fase kedua, di mana secara mendadak timbul demam, sesak napas, sulit menelan, sampai batuk darah. Persentase terjadinya antraks inhalasi hanya 1%.

 

Sedangkan antraks pencernaan, gejala biasanya timbul 2-5 hari setelah konsumsi daging yang kurang matang. Gejala yang muncul serupa dengan gangguan perncernaan, seperti mual, muntah, nafsu makan hilang, sakit perut, diare (biasanya disertai darah), dan demam.  

 

Karena gejala-gejala yang mirip dengan penyakit lainnya, maka sesorang dicurigai terkena antraks jika memang ada riwayat terkontaminasi antraks, baik itu masuk melalui luka atau kulit yang lecet, makanan yang dikonsumsi, maupun terhirup udara terkontaminasi. Penyakit antraks yang tidak ditangani segera dapat menyebabkan komplikasi berat, seperti sepsis, meningitis, hingga kematian

 

Untuk memastikan hewan dan seseorang positif antraks atau tidak, dapat dilakukan beberapa tes laboratorium, antara lain pemeriksaan mikroskopis sediaan ulas darah perifer, pembiakan dan identifikasi B. anthracis, Uji Ascoli, Uji Enzyme linked immunosorbent assay (ELIZA), serta uji virulensi dengan polymerase chain reaction (PCR).

 

Bagaimana jika hewan dan manusia sudah terkena antraks? Apakah bisa disembuhkan? Hewan akan sembuh jika diobati secara dini dengan antibiotik penisilin. Begitu pula pada manusia, antibiotik penisilin masih efektif mengobati antraks.

 

Terakhir Gengs, penting untuk melakukan pencegahan agar kasus antraks tidak terjadi lagi. Berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah penularan antraks:

  1. Biasakan pola hidup bersih dan sehat, salah satunya dengan membiasakan mencuci tangan sebelum dan sesudah memasak.
  2. Konsumsi daging yang berasal dari rumah pemotongan hewan yang bersertifikat. Masak daging dengan matang hingga suhu 120°C atau benar-benar matang. Keganasan bakteri dapat dimatikan dengan suhu tinggi karena bakteri tidak tahan dengan suhu tinggi.
  3. Laporkan ke unit veteriner setempat jika menemukan hewan ternak yang mati mendadak. Bekali diri dengan pengetahuan tentang penyakit antraks.
  4. Jika Kamu peternak, lakukan vaksinasi rutin terhadap hewan-hewan ternak

 

Referensi

  1. Herdiman P. Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaan Antraks. Majalah Kedokteran Indonesia. 2005. Vol 55 (1). p.23-29.
  1. Diagnosis dan Pengobatan Antraks.
  1. Departemen Kesehatan. Kenali Antraks dan Cara Pencegahannya. 2017. 
  1. Kementerian Pertanian RI dan Direktorat Jenderal Peternakan Pedoman Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular. Seri Penyakit Antraks. 2016