Si Kecil yang tadinya senang setiap kali ke kelas, kini tiba-tiba mogok sekolah? Padahal dia tidak sakit, hanya tampak murung, jadi lebih pendiam, dan sesekali terlihat marah atau ingin menangis tanpa sebab. Wah, ada apa ya, Mums? Mungkinkah si Kecil mengalami perundungan di sekolah? Bagaimana mengatasi bullying di sekolah?

 

Orang Tua Kerap Tidak Sadar Anaknya Di-bully

Bullying (perundungan atau perisakan) adalah tindakan disengaja satu pihak untuk berulang kali menyakiti pihak lain, baik secara fisik, mental, hingga psikologis. Caranya secara fisik bisa macam-macam, mulai dari mendorong, mencubit, memukul, dan masih banyak lagi. Sedangkan cara yang lain bisa dengan meledek, memberi julukan yang menyinggung, merebut mainan, sampai meminta uang secara paksa.

 

Ada juga pelaku bullying yang menyebarkan gosip agar korban dimusuhi dan diasingkan, sehingga tidak lagi punya teman. Tujuannya tentu saja agar korban tidak merasa nyaman dan sakit hati, sehingga kehidupan sehari-hari menjadi terganggu. Tidak hanya remaja dan orang dewasa, anak-anak pun juga bisa melakukan bullying pada sesamanya.

 

Sayangnya, masih banyak orang dewasa, terutama orang tua sendiri, yang belum menanggapi bullying di sekolah sebagai persoalan serius. Apalagi bila yang jadi sasaran bullying adalah anak laki-laki. Ada yang beranggapan anak laki-laki harus kuat dan tidak boleh cengeng. Jadi, sang Anak hanya diminta untuk bertahan dengan harapan bullying akan berhenti dengan sendirinya.

 

Alasan Anak Menjadi Pelaku Bullying

Banyak alasan bagi siapa pun untuk menjadi pelaku bullying, terutama anak-anak. Salah satunya adalah untuk membuat mereka merasa lebih besar, hebat, kuat, dan semacamnya. Alasan lainnya adalah kemungkinan anak pernah diperlakukan serupa, baik di rumah ataupun di tempat lain. Anak yang tumbuh dengan keluarga yang sarat dengan kekerasan rumah tangga juga bisa berpotensi menjadi salah satu dari dua kemungkinan ini: pelaku atau korban bullying.

 

Anak bisa pula meniru perilaku kekerasan lewat tayangan di televisi. Bila tidak melakukan bullying secara fisik, pelaku bisa mengganggu korbannya lewat kata-kata kasar, julukan yang menyinggung, tidak mengajaknya bermain bersama karena korban dianggap lemah, tidak keren, atau tidak berbakat, merebut mainan atau meminta uang, dan masih banyak lagi.

 

Tanda-tanda Anak Mengalami Bullying di Sekolah

Bila anak termasuk pribadi yang terbuka, biasanya dia akan bercerita dan masalah akan cepat teratasi. Bila bullying dilakukan secara fisik, anak akan pulang dengan bekas-bekas memar dan luka lain di tubuhnya.

 

Namun, bagaimana bila anak berkepribadian tertutup dan memilih diam? Mums bisa melihat beberapa gelagat lain. Misalnya, anak kelihatan gelisah, susah tidur, kehilangan selera makan, hingga mulai enggan melakukan berbagai kegiatan yang biasa disukainya. Bahkan, anak mulai tampak sering uring-uringan dan sangat emosional.

 

Cara Mengatasi Bullying di Sekolah

Bila anak belum siap bercerita, Mums bisa berusaha memancingnya dengan cara-cara halus. Misalnya, saat melihat adegan bullying di TV, Mums bisa bertanya kepada si Kecil mengenai adegan tersebut dan bagaimana perasaannya. Mums bisa menanyakan, "Anak itu sedang apa sama anak satunya? Kira-kira boleh enggak berbuat begitu sama anak lain? Menurut kamu gimana?" 

 

Bila dia menjawab tidak atau menggeleng, lanjutkan diskusi dengan bertanya, “Kira-kira kalo enggak boleh, anak itu harusnya berbuat apa?” atau “Kamu pernah melihat anak di sekolah seperti ini?” Namun, bila si Kecil mengangguk, Mums bisa menanyakan, “Kamu pernah mengalaminya, enggak?”

 

Yakinkan anak untuk berani bercerita bila dirinya – atau anak lain di sekolah – mengalami bullying. Anak boleh bercerita kepada guru, orang tua, atau kakak bila ada. Tidak perlu takut dianggap mengadu karena memang anak harus mengadu.

 

Saat Anak Bercerita

Sebagai orang tua, wajar bila Mums dan Dads akan merasa emosi saat mendengar si Kecil menceritakan pengalamannya menjadi korban bullying di sekolah. Namun, sebaiknya tahan dulu emosi Mums dan dengarkan si Kecil dengan tenang hingga dia selesai bercerita. Anak biasanya enggan bercerita karena malu, takut, atau khawatir akan mengecewakan dan membuat marah Mums serta Dads.

 

Anak juga mungkin akan merasa bersalah, meskipun mereka lah korban bullying. Apalagi bila ia anak laki-laki, mengingat masih banyak yang beranggapan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani, tidak boleh cengeng, serta mengadu. Makanya, anak justru takut Mums atau Dads malah akan memaksanya melawan balik, padahal ia sangat ketakutan dan kekerasan bukan selalu menjadi solusi sebuah masalah.

 

Ada juga yang takut orang tua akan mempermasalahkannya dengan pihak sekolah maupun orang tua si Pelaku Bullying. Sebaiknya, Mums dan Dads puji keberanian si Kecil untuk bercerita, bukan malah kecewa dan menyebutnya pengadu. Saat ini, ia sedang sangat butuh dukungan Mums dan Dads.

 

Yakinkan si Kecil bahwa dia tidak sendirian dan banyak anak lain yang juga mengalaminya. Semua itu terjadi bukan karena kesalahannya, tetapi karena si Pelaku yang bermasalah. Sesudah itu, diskusikan masalah ini dengan wali kelas si Kecil, guru-guru lain, dan kepala sekolah.

 

Libatkan orang tua pelaku bullying bila diperlukan. Ingat, tangani dengan kepala dingin ya, Mums, agar tidak berakibat drama pertengkaran antar orang tua. Untuk amannya, bila perlu berbicara dengan orang tua pelaku bullying, pastikan mediator sekolah seperti konselor hadir saat pembahasan.

 

Apa Saran yang Harus Diberikan kepada si Kecil Sebagai Korban Bullying di Sekolah?

Sebisa mungkin, hindari konfrontasi langsung dengan pelaku bullying, meskipun pelaku berusaha memancing reaksi korban. Si Kecil bisa melakukan beberapa hal di bawah ini:

 

1. Bergabung dengan teman-teman lain yang baik sesering mungkin.

Pelaku bullying biasanya hanya berani meneror saat korban sedang sendirian. Ajak si Kecil untuk bergabung dengan teman-temannya di kelas saat waktu istirahat, ke toilet, atau saat keluar dari sekolah pada jam pulang. Dengan cara itu, pelaku tidak akan berani menghampiri. Pilih juga teman-teman si Kecil yang baik, yang bisa membuatnya kembali percaya diri dan berani. Misalnya, teman yang mengajak anak ikut bermain, berolahraga, dan lain-lain.

 

2. Bersikap tegas dan menjauhi si Pelaku

Bila anak sudah cukup berani, dia bisa menegur si Pelaku Bullying untuk berhenti dan menjauh saja. Bersikap cuek akan membuat pelaku kehilangan kekuatan dan kekuasaan. Namun, bila pelaku justru bersikap semakin kasar dan membahayakan, anak wajib melapor kepada guru, Mums, dan Dads.

 

3. Tetap berusaha fokus dengan bagian terbaik kegiatannya di sekolah.

Agar pelaku bullying tidak sampai merusak hari-hari si Kecil di sekolah, ajaklah ia untuk bercerita mengenai kegiatan yang menyenangkan di sekolah. Misalnya, guru di kelasnya suka mendongeng dan mengajak anak-anak bernyanyi atau teman-temannya yang selalu mengajaknya bermain.

 

Inilah cara-cara mengatasi bullying di sekolah. Semoga si Kecil terbebas dari pelaku bullying ya, Mums. Jangan sampai juga anak malah ikutan menjadi pelaku bullying. (AS)

 

Referensi

https://kidshealth.org/en/parents/bullies.html

https://www.stopbullying.gov/resources/kids

https://www.parents.com/kids/problems/bullying/bully-proof-your-child-how-to-deal-with-bullies/