Halo. Sekarang usia kandungan saya sudah memasuki minggu ke-35. Sampai saat ini, saya masih belum menemukan dokter kandungan yang sreg di hati. Seperti diketahui, bagi saya memilih dokter kandung itu seperti memilih pasangan hidup. Karena sekalinya tidak cocok, maka selanjutnya saat mau memeriksakan kandungan akan merasa risih dan enggak nyaman. Meskipun dokter tersebut sudah terkenal keahliannya. Sekadar sharing, inilah cerita saya dalam memilih dokter kandungan saat hamil anak pertama dan kedua.

 

Saat hamil anak yang pertama, saya memilih dokter kandungan wanita. Pasalnya, saya sempat berpikir akan merasa risih jika dokter kandungannya pria. Kan dokternya pasti akan melihat organ vital kita. Bahkan, saya beranggapan kalau dokternya wanita pasti lebih enak untuk diajak berkomunikasi dan lebih mengerti kondisi kita.

 

Ternyata realitanya yang saya rasakan enggak sesuai harapan. Dokternya tergolong pelit berbicara. Ia pun belum menikah, meski merupakan dokter terbaik di salah satu rumah sakit ternama di daerah saya. Kondisi janin saya yang baik-baik saja malah harus diberikan obat penguat kandungan, dan membuat saya sakit perut terus-menerus dan sempat mengalami perdarahan sedikit.

 

Akhirnya, saya memutuskan untuk pindah ke dokter lain. Dokter tersebut merupakan rekomendasi dari beberapa teman yang sudah melahirkan dengan beliau. Dokternya tergolong ramah dan enak diajak komunikasi. Hanya saja kalau baru pertama kali kenal, dokternya termasuk irit berbicara. Namun karena memang niat saya mencari dokter yang pro normal dan pro ASI, jadinya saya memantapkan hati buat lahiran bersama dokter yang kedua ini.

 

Sampai akhirnya si Koko lahir dengan selamat dan melalui persalinan normal, saya masih sering cek ke dokter tersebut. Meskipun antreannya tergolong sangat lama setiap mengecek kandungan dengan beliau, untuk pelayanan termasuk the best.

 

Sedangkan saat kehamilan yang kedua, saya sudah pindah ke luar kota. Saya pindah ke kota besar, sehingga saya dan suami buta tentang dokter yang bagus di sana. Jadi setelah tahu saya hamil lewat hasil testpack, malam harinya saya memastikan lagi untuk mengecek apakah saya benar-benar hamil atau tidak.

 

Tapi, memang beda banget dokter kandungan di kota kecil dan kota besar. Meski dokter di tempat saya sekarang ini juga banyak yang mengantre, banyak perkataan-perkataan dari dokter tersebut yang justru tidak mengenakan untuk didengar.

 

Seperti, harus mengecek kondisi kehamilan lagi minggu depan karena takut janinnya tidak berkembang. Terus karena tahu saya pasien baru dan belum pernah cek sama dokter tersebut, malah lebih dicuekin saat bertanya. Alhasil, saya balik ke kampung halaman untuk melahirkan anak kedua, di tempat kelahiran si Koko dulu.

 

Jadi, saya balik ke dokter kandungan yang sebelumnya. Saat itu, usia kandungan saya sudah memasuki 16 minggu. Karena penasaran sama jenis kelamin calon buah hati kami, saya menanyakannya kepada dokter. Tapi malah disuruh cek bulan depan, padahal sudah bisa terlihat.

 

Jadi, saya coba lagi untuk cek ke dokter lain. Saya mencari dokter kandungan yang menggunakan fasilitas USG 4D. Maklumlah namanya juga di daerah, untuk USG 4D sangat jarang kecuali di rumah sakit ternama. Itu pun ongkosnya tergolong mahal sekali.

 

Setelah mencari sana-sini, akhirnya saya mencoba ke dokter yang kedua. Dokternya pria juga, dan masih tergolong muda. Sempat risih, tapi karena beliau menjelaskan dengan detail sekali. Saya pribadi sampai bingung mau tanya apa lagi. Jadi, setiap pulang dari cek kandungan saya merasa sangat puas karena bisa melihat baby dalam kandungan plus tahu kondisi kesehatannya.

 

Sampai usia kandungan saya mencapai minggu ke-32, suami menyuruh saya mencari dokter yang bisa menggunakan BPJS saat melahirkan nanti. Jadi, saya pindah dokter lagi. Dokter yang ketiga ini adalah dokter senior dan cukup terkenal juga di daerah sini. Tapi, jujur saya enggak sreg.

 

Selain hasil USG yang masih menggunakan 2D sehingga tidak bisa melihat bayi, saya dapat penjelasan kalau plasenta saya menutupi jalan lahir (plasenta previa), jadi enggak akan bisa melahirkan secara normal. Padahal, dokternya kata orang-orang termasuk pro normal. Bahkan, beliau tidak bisa memberikan solusi untuk plasenta previa. Saya cuma disuruh kontrol aja 2 minggu lagi. Karena omongan dokter seperti itu, saya menjadi stres.

 

Jadi jika ingin memilih dokter kandungan, pastikan sesuai dengan keinginan hati. Contohnya seperti yang saya mau:
1. Dokter yang pro normal dan pro ASI.
2. Bisa diajak komunikasi mengenai kandungan di luar saat cek kandungan.
3. Perhatian sama pasien-pasiennya.