The terrible two's and three's. Yup! Ada yang bilang pada usia 2 hingga 3 tahun anak-anak begitu merepotkan. Namun, tak perlu khawatir, Mums. Semua hal tersebut pasti bisa Mums lalui. Ingatlah bahwa fase tersebut hanyalah bagian dari proses tumbuh kembang si Kecil.

Nah, agar Mums bisa tetap "waras" selama mengurus si Kecil di usia ini, Teman Bumil telah merangkum sejumlah masalah perilaku yang umum pada balita beserta cara menghadapinya. Harapannya tentu saja untuk mengurangi kekhawatiran Mums sekaligus menghindarkan Mums dari stres.

 

 

Baca juga: Biar Tidak Menyesal, Ini 5 Perilaku Buruk Anak yang Tidak Boleh Dibiarkan
 

Masalah Perilaku yang Umum pada Balita

Usia 2 hingga 3 tahun merupakan fase anak-anak mulai dapat memahami dan merasakan banyak hal. Sayangnya, hal tersebut belum didukung dengan kemampuan mereka untuk mengungkapkannya melalui kata-kata. Alhasil, mereka mungkin merasa kewalahan sendiri secara emosional dan akhirnya memunculkan perilaku yang cukup mengganggu, seperti berteriak, memukul, atau marah. Berikut ini beberapa masalah perilaku yang umum pada balita dan cara menghadapinya.

 

 

1. Menjerit

Energi anak pada masa ini sedang berada di puncaknya. Ia pun baru menyadari bahwa dirinya sudah bisa berteriak dan menjerit. Terlebih lagi, ia menyadari bahwa setiap kali dirinya melakukan hal tersebut, orang tuanya akan selalu menghampiri dan meresponsnya.

Bagi seorang anak, berteriak tidak selalu menyiratkan perasaan marah. Ini hanya karena ia belum memahami bahwa berteriak bukanlah hal yang baik.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Situasi akan semakin memburuk jika Mums merespons si Kecil dengan berteriak juga. Jadi alih-alih saling berteriak, lebih baik Mums mengajarkan perbedaan antara suara yang keras dan lembut. Praktikkan suara teriakan yang keras dan minta ia melakukannya. Kemudian turunkan suara Mums dan minta ia melakukannya kembali. Mintalah kepadanya agar saat ia hendak menyampaikan sesuatu, lakukan tanpa berteriak-teriak. Pastikan juga Mums menggunakan suara yang lembut saat menjelaskan hal ini.

 

 

2. Menendang dan menggigit

Pada usia 2 atau 3 tahun, balita akan menunjukkan tanda-tanda agresif dengan menggigit dan menendang semua hal yang ada dalam jangkauannya. Ketahuilah bahwa ini mungkin dilakukannya untuk menarik perhatian orang tuanya.

Kunci dalam menghadapi kondisi seperti ini adalah dengan tidak menanggapi si Kecil setiap kali ia melakukannya. Apabila Mums selalu menanggapinya, hal ini bisa menjadi kebiasaan untuk si Kecil. Meski begitu, seperti kebiasaan-kebiasaan lainnya, hal ini umumnya akan memudar seiring berjalannya waktu.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Jika si Kecil melakukan tindakan agresif ini, pastikan ia menyadari bahwa tindakan tersebut mengundang konsekuensi tertentu. Alih-alih berteriak ketika dia menendang atau menggigit seseorang, lebih baik tetapkan hukuman seperti time out dan buat ia diam di sana sampai tenang.

 

 

3. Tantrum

Antara usia 1 hingga 3 tahun, si Kecil mungkin sudah bisa mengenali berbagai macam emosi. Namun, ia belum bisa mengekspresikannya dengan baik. Hal ini dapat membuat anak merasa frustasi dan menyebabkan tantrum atau mengamuk. Menangis dengan keras, berteriak, dan melempar barang-barang adalah bentuk umum dari tantrum.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Ada cara yang cukup sederhana untuk mengatasi perilaku balita seperti ini, yakni dengan tetap menenangkan diri atau mengabaikannya. Jika Mums berteriak dan melempar barang, keadaan bisa menjadi lebih buruk. Jangan meninggikan suara atau memaksa si Kecil untuk diam.

Cobalah untuk menyamakan pandangan Mums dengan si Kecil. Posisikan tubuh Mums lebih rendah dan samakan dengan tinggi si Kecil, sehingga Mums dapat memandang matanya dengan lurus. Pegang kedua tangannya dan peluklah dengan kasih sayang. Hal ini bisa membantu membuatnya lebih nyaman dan tenang. Ajari anak bahwa menginjak, berteriak, atau menjatuhkan diri ke lantai tidak akan membuatnya mendapatkan apa yang ia inginkan. Penting juga untuk menunjukkan kepadanya cara yang lebih baik dan lebih ekfektif untuk mengekspresikan kebutuhannya.

 

 

 

4. Selalu mengatakan tidak

Pada usia ini, si Kecil mungkin sudah semakin sering terpapar dengan kata "tidak" yang sering Mums ucapkan. Hal ini pun diterapkan dan dipraktikkannya saat menanggapi Mums. Setiap hal yang Mums katakan kepadanya, akan dibalas dengan penolakan dan kata "tidak".

 

 

Bagaiamana menghadapinya?

Saat menangani masalah perilaku balita, Mums harus selalu ingat bahwa si Kecil tetaplah anak kecil. Bereaksi dengan suara keras hanya akan semakin memperburuk situasi. Terlebih lagi, perilaku ini biasanya hanya dilakukan si Kecil dengan tujuan menarik perhatian orang tua. Jadi, tunjukkan hal yang lebih baik kepadanya. Jadilah teladan agar ia melakukan hal baik juga.

 

 

5. Menginterupsi

Ingatan jangka pendek si Kecil belum berkembang, yang berarti ia ingin selalu segera mengungkapkan yang dipikirkannya sebelum terlupa.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Dalam kondisi seperti ini, hal terbaik yang bisa Mums lakukan adalah dengan mengurangi situasi yang membuat si Kecil dapat menginterupsi Mums. Alihkan perhatiannya ketika ia melakukannya. Buat jadwal berkumpul dengan teman-teman Mums di lokasi yang juga menyediakan area bermain untuk anak. Ini akan membuat si Kecil fokus dengan aktivitasnya sendiri dan tidak akan mengganggu atau menginterupsi Mums.

 

 

6. Berbohong

Si Kecil mungkin belum bisa membedakan antara kenyataan dan fantasi sampai ia berusia 3 atau 4 tahun. Konsep berbohong masih belum dipahaminya. Ia juga tidak mengerti apa arti kebenaran dan kejujuran.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Menuduh si Kecil melakukan kebohongan atau tindakan tertentu tidak akan membantu. Sebaliknya, ciptakan situasi atau bukalah percapakan santai, sehingga ia merasa mudah untuk mengakui perbuatannya. Selain itu, jangan terlalu membebani si Kecil dengan daftar perilaku yang tidak boleh dilakukan. Hal ini hanya akan membuat si Kecil kewalahan dan mendorongnya untuk terpaksa berbohong. Ciptakan lingkungan yang penuh dengan kepercayaan.

 

 

Baca juga: Apa yang Membuat Si Kecil Berbohong? Ketahui Alasannya Yuk, Mums!
 

7. Menarik rambut

Mirip dengan menendang dan menggigit, menarik rambut juga merupakan cara untuk si Kecil mengekspresikan perasaannya dan mengendalikan situasi. Anak-anak sangat ingin mendapatkan respons dan perhatian dari orang tua atau saudara mereka, salah satunya dengan menarik rambut orang lain. Namun, ini bisa juga menjadi tanda adanya gangguan kontrol impulsif jika dia menarik rambutnya sendiri.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Tunjukkan kepada si Kecil bahwa menarik rambut tidak akan berhasil membuatnya memperoleh apa yang diinginkannya. Hentikan perilakunya setiap kali Mums melihat ia melakukan hal tersebut dan jelaskan kembali bahwa perilaku tersebut tidak terpuji. Bicaralah dengan si Kecil tentang perilaku ini saat ia tidak melakukannya.

 

 

8. Merengek

Menangis dan merengek mungkin menjadi cara si Kecil untuk menarik perhatian Mums sepenuhnya. Ia selalu merengek untuk disuapi, digantikan baju, dan lain-lain. Ini semua dilakukan si Kecil agar Mums akan memberikan semua hal yang ia butuhkan. Jika terus dibiarkan, perilaku ini akan menjadi kebiasaan yang buruk.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Jika Mums mulai mendengar si Kecil merengek, pandanglah dirinya dan yakinkah bahwa Mums sebenarnya mendengar dan peduli padanya. Tanggapi ketika si Kecil meminta bantuan Mums dengan nada suara normal, bukan berteriak atau menangis. Ini menunjukkan bahwa ia melakukannya dengan cara yang benar.

 

 

9. Takut berada dalam kerumunan

Sebagai anak-anak, si Kecil mungkin akan menjadi sulit diatur ketika berada di antara banyak orang atau kerumunan. Hal ini bisa terjadi di mal, stasiun, atau pesta.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Si Kecil belum terbiasa berhadapan dengan banyak orang, terlebih di tempat yang tidak tampak familier untuknya. Tidak heran jika ia ingin terus menempel dan tidak mau jauh dari Mums. Bahkan, bisa jadi ia memaksa Mums untuk selalu berada di sampingnya.

Jangan abaikan hal ini, Mums. Peluk si Kecil dengan lembut dan genggam tangannya untuk meyakinkan bahwa Mums bersamanya. Secara perlahan, perkenalkan si Kecil dengan orang-orang di sekitar yang dikenalnya. Ini akan membantu menumbuhkan rasa berani dan percaya diri si Kecil.

 

 

10. Menggigit kuku

Menggigiti kuku bisa menjadi kebiasaan yang dilakukan si Kecil secara tidak sadar. Ini terjadi ketika ia merasa bosan atau stres.

 

 

Bagaimana menghadapinya?

Semakin sering Mums memarahi atau menyuruhnya berhenti melakukan kebiasaan tersebut, si Kecil justru akan berlaku sebaliknya. Temukan cara lain untuk mengurangi rasa stres si Kecil. Bantu dirinya menemukan aktivitas yang cocok untuk menghilangkan ketegangan. Jangan memarahinya, apalagi di depan orang lain. Sebagai gantinya, buat kode rahasia yang Mums dan si Kecil pahami, sehingga Mums bisa mengingatkannya untuk berhenti ketika menunjukkan kode tersebut.

 

Masalah perilaku yang terjadi pada balita mungkin memang terasa agak mengganggu ya, Mums. Namun, berteriak atau memarahinya tidak akan membuat situasi membaik. Sebaliknya, cobalah untuk melihat dari sudut pandang si Kecil dan pahami perasaannya. (AS)

 

 

Baca juga: Menggigit Kuku, Kebiasaan atau Gangguan Mental?
 

Cara Orang Tua Milenial Mendidik Anak | GueSehat

 

Referensi

Parenting First Cry. "10 Common Toddler Behaviour Problems and Their Solutions".