Kesehatan daerah kewanitaan merupakan hal penting yang perlu kita jaga. Sering kali, wanita memiliki beberapa keluhan di sekitar daerah kewanitaan, tetapi terlalu malu untuk mengakuinya.

 

Salah satu masalah yang sering dikeluhkan wanita adalah adanya keputihan. Walaupun akhir-akhir ini banyak wanita yang cukup aware dengan masalah ini, sering kali mereka tidak mengobati keputihan yang dialami.

 

Sebelum membahas keputihan lebih lanjut, sebaiknya kita menyamakan persepsi mengenai keputihan terlebih dahulu. Keputihan merupakan adanya sekresi cairan (sekret) yang keluar dari vagina dengan bau tertentu, rasa tertentu, dan warna tertentu.

 

Cara ini berfungsi sebagai penjaga keseimbangan di daerah kewanitaan, untuk membuang bakteri jahat dan sel mati yang tidak berfungsi di area tersebut. Cairan ini berfungsi untuk menjaga daerah kewanitaan agar tetap bersih dan mencegah infeksi bakteri.

 

Sebagian besar cairan vagina merupakan hal yang normal. Beberapa kali, pasien sering menanyakan mengenai adanya cairan vagina yang berwarna bening, cukup banyak, tanpa bau dan tidak ada rasa gatal maupun nyeri.

 

Ini merupakan salah satu tanda masa subur wanita dan masuk ke klasifikasi keputihan yang tidak patologis. Cairan vagina normal ini juga bisa ditemukan pada saat menyusui dan pada saat hendak berhubungan seksual.

 

Sayangnya, cairan vagina ini juga bisa bersifat tidak normal. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan mikroorganisme di daerah kewanitaan. Keadaan ketidakseimbangan flora normal ini bisa diakibatkan hygiene atau kebersihan area kewanitaan yang kurang baik, serta kondisi organ intim yang lembap, sehingga mendorong pertumbuhan jamur.

 

Selain itu, stres secara psikologis serta adanya keadaaan medis lain, seperti diabetes melitus dan HIV, juga bisa menjadi faktor pendorong mudahnya terjadi infeksi di daerah kewanitaan. Alhasil, infeksi jamur yang terjadi bisa menyebabkan gejala keputihan.

 

Penyebab keputihan utama pada wanita adalah infeksi jamur. Pada infeksi jamur, cairan vagina yang keluar berwana kekuningan, bergumpal, memiliki gambaran seperti keju, dan menimbulkan rasa gatal di daerah kewanitaan.

 

Infeksi jamur pada umumnya disebabkan oleh species Candida Albicans, walaupun jenis jamur lainnya juga bisa menyebabkan infeksi ini. Selain itu, infeksi bakteri seperti Bacterial Vaginosis dan Clamydia Trachomatis juga bisa menyebabkan keputihan yang berwarna keabuan. Selain dari gejala keputihan yang muncul, pemeriksaan cairan vagina secara khusus di laboratorium juga bisa memberikan informasi mengenai penyebab infeksi tersebut.

 

Salah satu pengobatan untuk infeksi jamur adalah dengan menggunakan obat jamur, yang bisa dikonsumsi ataupun diberikan di dalam vagina. Banyak teman-teman pasien yang mengatakan bahwa pemberian via vagina memberikan hasil yang lebih baik dalam mengatasi infeksi jamur.

 

Obat yang diberikan pun bisa merupakan obat anti jamur saja atau campuran dari obat anti jamur dan antibiotik. Pada pemberian obat via vagina, sisa obat akan keluar beberapa jam setelah pemberian obat, sehingga jangan kaget jika melihat ‘keputihan’ seolah-olah menjadi bertambah banyak.

 

Bagaimana cara untuk menghindari keputihan yang tidak sehat ini?

  • Menggunakan celana dalam berbahan katun, memiliki sirkulasi udara yang baik, dan hindari celana yang terlalu ketat.
  • Hindari penggunaan pantyliners. Jika memiliki sekret yang cukup banyak, sebaiknya diatasi dengan mengganti celana dalam beberapa kali setiap hari agar tidak lembap.
  • Hindari menggunakan sabun pembersih vagina yang tidak direkomendasikan oleh dokter karena dapat mengganggu flora normal vagina.