Bagi orang tua baru, semua hal terkait buah hati pasti mengejutkan. Bahkan, tak jarang akan menimbulkan kekhawatiran. Salah satunya soal buang air besar (BAB). Mums dan Dads mungkin bertanya-tanya, kapan bayi BAB pertama kali, seberapa sering frekuensi ia BAB, serta apa arti dari warna dan tekstur fesesnya. Tenang, Teman Bumil akan memberikan bocorannya untuk Mums dan Dads!

 

Kapan Bayi BAB Pertama Kali?

Sebenarnya kapan bayi BAB untuk pertama kalinya, ya? Ternyata, dalam 24-48 jam pertama setelah dilahirkan! Berdasarkan penelitian, 60% bayi BAB di 8 jam pertama setelah dilahirkan, 91% di 16 jam pertama, 98,5% di 24 jam pertama, dan kebanyakan di 48 jam pertama.

 

Feses pertama bayi akan tampak lengket, tebal, dan berwarna hijau kehitaman, yang disebut dengan mekonium. Mekonium merupakan campuran antara cairan ketuban, empedu, dan sekresi dari kelenjar usus.

 

Bila bayi tidak BAB dalam rentang waktu tersebut, dokter akan melakukan tes untuk mengecek apakah terdapat masalah kesehatan pada bayi. Ada beberapa masalah yang kemungkinan terjadi, mulai dari cacat lahir yang dapat menyebabkan penyumbatan pada usus, obstruksi usus bagian bawah yang disebut meconium plug syndrome, penyakit Hirschsprung, hingga imperforate anus.  

 

Ada pula kemungkinan masalah yang lebih umum, seperti sepsis atau hipotiroidisme. Selain itu, perlu untuk melihat riwayat kesehatan ibu, apakah terdapat komplikasi tidak terduga dari pemberian magnesium sulfat atau penggunaan narkotika.

 

Kapan Bayi BAB Lagi Setelah Mengeluarkan Mekonium?

Setelah mengetahui kapan bayi BAB pertama kali, sekarang Mums dan Dads perlu memperhatikan frekuensi BAB-nya dan seperti apa warna dan tekstur fesesnya, untuk mengetahui apakah bayi dalam kondisi normal atau tidak.

 

Bayi biasanya baru akan BAB lagi beberapa hari setelah ia mengeluarkan mekonium. Namun, Ari Brown, MD., dokter anak dan co-author Baby 411: Clear Answers & Smart Advice for Your Baby’s First Year (Windsor Peak), mengungkapkan bahwa feses bayi tidak sama seperti feses orang dewasa.

 

Pada BAB selanjutnya, konsistensi dan warna feses berbeda dengan mekonium. Frekuensi BAB pun akan berbeda pada setiap bayi. Hal tersebut tergantung pada asupan nutrisi bayi, apakah ia diberikan ASI atau susu formula.

 

Selain itu, di awal-awal, gastrocolic reflex, pemberi sinyal kepada usus besar untuk mengosongkan diri ketika perut dimasukkan makanan, belum sepenuhnya bekerja, sehingga memengaruhi frekuensi BAB bayi baru lahir.

 

BAB Bayi yang Minum ASI

Ada bayi-bayi yang mengonsumsi ASI yang hanya BAB beberapa hari sekali, terutama di 2 minggu pertama kelahirannya, ada pula yang BAB setiap hari setelah sesi meyusui. Kendati demikian, keduanya normal terjadi.

 

“Untuk bayi yang disusui, normal jika ususnya mengalami pergerakan sekali dalam seminggu,” jelas Nanci Pittman, M.D., pediatric gastroenterologist dan asisten profesor dokter anak di Mount Sinai School of Medicine, New York.

 

Karena sulit untuk mengecek kondisi bayi ASI berdasarkan frekuensi BAB-nya, maka Mums bisa memperhatikan bentuk dan warna fesesnya. Untuk bayi yang menyusu ASI, ujar Nanci, fesesnya akan tampak lembut, berbentuk bulat-bulat kecil, dan berwarna mustard (kekuningan).

 

BAB Bayi yang Minum Susu Formula

Bayi yang minum susu formula biasanya akan BAB 1-4 hari sekali. Fesesnya akan berwarna kuning kecokelatan dan lebih padat dibandingkan bayi yang mengonsumsi ASI. Selain itu, secara umum feses bayi yang minum susu formula lebih sedikit dibanding bayi yang minum ASI, tetapi bentuknya lebih besar dan lebih bau. Hal ini disebabkan pergerakan usus pada bayi yang minum susu formula lebih lambat.

 

Kapan Harus Waspada?

Seberapa banyak si Kecil minum susu, sebenarnya normal-normal saja jika frekuensi BAB-nya cukup jarang, khususnya di 6-8 minggu pertama. Seiring waktu, usus dan pencernaannya akan berkembang dan bekerja secara optimal. Jadi, selama berat badannya naik sesuai kurva, tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika si Kecil hanya BAB 1-2 kali dalam seminggu.

 

Hal utama yang harus diperhatikan justru konsistensi dan warna dari feses. Warna feses kuning, hijau, atau cokelat masih masuk dalam kategori normal. Namun bila warnanya merah, hitam, putih, atau bentuknya cair dan berlendir, maka Mums harus waspada dan segera konsultasikan ke dokter anak.

 

Menurut Nanci, warna feses merah dan hitam bisa mengindikasikan adanya perdarahan pada sistem pencernaan. Sedangkan warna feses putih dapat menjadi tanda adanya masalah pada lever atau malabsorpsi nutrisi (nutrisi tidak terserap dengan baik).

 

Apabila feses si Kecil tampak kecil, berair atau berlendir, serta ia BAB lebih sering daripada seharusnya, maka bisa jadi ia mengalami diare. Ini bisa diakibatkan oleh antibiotik, alergi susu, atau gastroenteritis, penyakit yang disebabkan oleh virus. Pastikan tubuhnya tetap terhidrasi dengan baik. Namun jika sudah menunjukkan tanda dehidrasi, misalnya bibirnya kering, matanya cekung, atau ubun-ubunnya cekung, segeralah ke dokter.

 

Meski jarang terjadi, bayi baru lahir juga bisa mengalami konstipasi. Bila mengalami hal ini, feses si Kecil akan tampak keras, ia tidak mau makan, wajahnya tegang, perutnya terasa keras, dan fesesnya sedikit berdarah karena dinding anusnya luka. Dokter akan memeriksa apakah si Kecil mengalami alergi terhadap protein susu.

 

Referensi

Parents: How Often Should a Newborn Poop?

Merck Manuals: First Few Days After Birth

Parents: All About Poop

Parents: The Baby Poop Guide: What's Normal, What's Not