Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang mungkin tidak sepopuler leukemia, namun jumlahnya ternyata tidak sedikit. Setiap tahun, lebih dari 3.000 kasus baru Multiple Myeloma baru didiagnosis di Indonesia dan 176.404 kasus di seluruh dunia.

 

Data Globocan 2022 menunjukkan multiple myeloma menjadi penyebab kematian 1,2% dari semua jenis kanker. Angka kematian cukup tinggi mengingat kanker ini sulit terdeteksi. Bahkan nyaris 100% kanker terdiagnosis di stadium lanjut, saat kerusakan organ telah terjadi.

 

Apa itu Multiple Myeloma?

Multiple Myeloma adalah jenis kanker darah yang berkembang pada sel plasma di sumsum tulang. Sel plasma berfungsi menghasilkan antibodi untuk melindungi tubuh dari virus dan bakteri.

 

Pada kondisi Multiple Myeloma, sumsum tulang memproduksi sel plasma abnormal atau sel mieloma yang tidak lagi berfungsi normal. Sel mieloma tersebut menghasilkan antibodi yang tidak efektif dan tumbuh secara berlebihan hingga menekan produksi sel darah sehat.

 

Pertumbuhan sel mieloma biasanya terjadi di banyak area pada sumsum tulang, sehingga disebut “multiple” myeloma. Penyakit ini juga dikenal dengan nama lain plasma cell myeloma.

 

Gejala: Nyeri Pinggang hingga Anemia

Penyakit ini menyerang area tubuh di mana terdapat sumsum tulang aktif, misalnya tulang belakang, tengkorak, panggul, tulang rusuk, dan sekitar bahu serta pinggul, dan dapat menyebabkan kerusakan tulang yang berujung pada patah tulang maupun kadar kalsium tinggi dalam darah.

 

Hal ini pula yang dialami oleh penyintas Multiple Myeloma Ibu Santyna. Awalnya ia mengalami nyeri punggung dan kelelahan yang terus-menerus, yang awalnya disangka sebagai bagian dari proses penuaan. Berbagai terapi untuk nyeri punggung tidak membuahkan hasil bahkan nyeri datang berulang.

 

Sampai terdiagnosis Multiple Myeloma, Ibu Santyna sudah menjalani berbagai pengobatan dan berganti-ganti dokter. Konsultan Hematologi-Onkologi Medik Prof. dr. Ikhwan Rinaldi, menjelaskan bahwa Multiple Myeloma memang sulit terdeteksi karena di awal tidak bergejala dan gejalanya tidak spesifik.

 

“Selain nyeri tulang punggung akibat masalah pada tulang, gejala lain Multiple Myeloma adalah anemia akibat produksi sel darah terganggu, infeksi berulang, atau perdarahan. Tidak jarang, komplikasi serius juga muncul pada ginjal, disertai melemahnya sistem imun yang membuat pasien semakin rentan terhadap berbagai infeksi.” ujar Prof. Ikhwan dalam edukasi media “Sadari, Pahami & Berdamai dengan Multiple Myeloma” yang diadakan oleh Takeda, Kementerian Kesehatan, dan komunitas Multiple Myeloma Indonesia (MMI) di Jakarta, 10 Sepetember 2025.

 

 

Faktor Risiko

Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena Multiple Myeloma, seperti usia lanjut, riwayat keluarga, jenis kelamin laki-laki, paparan radiasi atau bahan kimia tertentu, berat badan berlebih, serta riwayat kelainan sel plasma.

 

Terapi

Saat ini tersedia berbagai pilihan terapi untuk pasien Multiple Myeloma di Indonesia yang dapat diberikan, baik secara oral maupun infus. Mulai dari kemoterapi, kortikosteroid, imunomodulator, sampai dengan terapi inovatif seperti terapi target, contohnya adalah proteasome inhibitor.

 

“Seiring berkembangnya terapi, semakin besar peluang pasien untuk mempertahankan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu, penting sekali bagi pasien untuk segera bertindak. Kalau seseorang sudah mulai merasakan gejala yang mencurigakan, jangan menunda untuk memeriksakan diri. Semakin cepat Multiple Myeloma didiagnosis, semakin cepat dapat ditatalaksana, dan semakin tepat pengobatan bisa diberikan.” kata Prof. Ikhwan.

 

“Perjalanan pasien kanker darah ini sering kali panjang dan penuh tantangan, dan mereka tidak seharusnya menghadapinya sendirian. Melalui kolaborasi dengan pemerintah, tenaga medis, organisasi pasien, serta dukungan rekan-rekan media, kami ingin memastikan bahwa pasien Multiple Myeloma di Indonesia memiliki akses lebih luas terhadap pengobatan inovatif sekaligus dukungan untuk menjaga kualitas hidup mereka,” kata Andreas Gutknecht, General Manager Takeda

 

dr. Abraham Michael, Sp.KN-TM, Pg.Dipl (HM), FISQua, FIHFAA, Ketua Organisasi Pasien Multiple Myeloma Indonesia (MMI), menggarisbawahi peran organisasi pasien dalam menemani dan mendukung pasien menjalani perjalanan penyakitnya.

 

“Kami melihat langsung bagaimana Multiple Myeloma memengaruhi kehidupan, bukan hanya secara fisik tetapi juga emosional, sosial, dan finansial, tidak hanya bagi pasien tetapi juga keluarga mereka. Banyak pasien datang dalam kondisi yang sudah berat karena terlambat terdiagnosis, sementara informasi tentang penyakit ini masih terbatas di masyarakat,” jelasnya.

 

 

dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengatakan, terbatasnya pilihan pengobatan termasuk obat obatan merupakan tantangan yang besar untuk angka kesintasan penderita kanker.

 

“Makin dini kita mendeteksi stadium awal kanker makin baik angka kesintasan kita terhadap penyakit ini. Bukan hanya itu saja secara pembiayaan akan relatif menjadi lebih murah dibandingkan pengobatan kanker pada stadium lanjut,“ jelasnya.