Mungkin Mums pernah bertanya-tanya, apakah janin 2 bulan keguguran harus dikuret? Menjawabnya tentu tidak boleh sembarangan. Sebab ada prosedur tertentu sebelum seseorang dikuret setelah janinnya keguguran. Yuk, baca informasi lengkapnya di bawah ini!

 

Beberapa Hal yang Terjadi pada Janin 2 Bulan

Ada banyak proses yang dialami ketika usia janin masuk 2 bulan. Perut Mums mungkin belum terlihat besar, tetapi bukan berarti bayi di dalam kandungan tidak mengalami perkembangan berarti.

 

Janin 2 bulan sudah mengalami penyempurnaan sistem pernapasan. Organ-organ sistem pencernaan pun demikian, sudah berkembang dan mulai bekerja. Itulah sebabnya pada usia tersebut sirkulasi darah sudah berjalan di dalam tubuh janin. Jantung yang dimilikinya pun sudah mulai aktif dan terbentuk dengan sempurna. Jadi ketika Mums melakukan pemeriksaan, detak jantung janin bisa didengar.

 

Sistem otak janin juga sudah semakin rumit. Saraf-sarafnya terus mengalami penyempurnaan. Inilah mengapa Mums harus memperhatikan asupan gizi makanan yang masuk ke dalam tubuh. 

 

Ukuran serta Bentuk Janin

Mums mungkin juga pernah memikirkan janin 2 bulan ukurannya sebesar apa, ya? Umumnya, janin berusia 2 bulan memiliki panjang 1,6 cm atau boleh disamakan dengan ukuran biji kacang tanah. Meski ukurannya masih sangat kecil, tulang bakal bayi sudah tumbuh. Jari tangan dan kakinya bahkan sudah mulai terbentuk meski belum sempurna.

 

Wajahnya sudah memiliki hidung. Kelopak matanya sudah mulai tampak. Daun telinganya terus berkembang. Tungkainya juga mulai terlihat. Namun, jenis kelaminnya belum sempurna. Oleh sebab itu, dokter belum bisa menjawab pertanyaan Mums tentang jenis kelamin si Kecil.

 

Keharusan Melakukan Kuret Jika Keguguran

Kuret atau tidak dikuret saat seseorang mengalami keguguran sangat tergantung pada kondisi rahim. Tindakan kuret dilakukan jika plasenta masih tertinggal di dalam rahim. Untuk memastikan ini, biasanya dokter melakukan USG serta pemeriksaan fisik secara akurat. Jadi, kuret tidak serta merta dilakukan pada perempuan yang mengalami keguguran.

 

Jika janin sudah luruh dan plasenta sama sekali tidak ada yang tertinggal di dalam rahim, tindakan kuret tidak perlu dilakukan. Dalam dunia kesehatan, keguguran semacam ini sering disebut dengan abortus komplit.

 

Tindakan kuret paling umum dilakukan saat keguguran terjadi pada usia kandungan lebih dari 10 minggu. Sebab pada usia ini, plasenta janin sudah menempel kuat pada dinding rahim. Ini yang lantas menyebabkan plasenta sukar untuk luruh bersama janin. Dan untuk itu, kuret menjadi salah satu cara agar rahim Mums kembali bersih.

 

Meski demikian, kadang-kadang dokter menyarankan untuk menunggu pasca-keguguran sebelum melakukan tindakan kuret. Mengapa? Karena secara alamiah plasenta akan luruh dan keluar dari rahim 1-2 minggu pasca-keguguran. Jika setelah masa itu selesai tetapi plasenta belum luruh, biasanya dokter akan memberikan obat yang diperlukan.

 

Jika obat sudah diberikan dan rahim belum bersih, maka tindakan terakhir adalah kuret. Namun, yang menjadi catatan adalah kemungkinan untuk kuret setelah keguguran hanya terjadi pada 50% perempuan saja. Kemungkinan kuret tersebut semakin kecil seiring semakin muda usia janin. Sebaliknya, jika usia janin sudah besar, kemungkinan diharuskan kuret akan semakin tinggi.

 

Bagaimana jika kuret tidak dilakukan? Mums memiliki risiko besar terkena infeksi. Selain itu, Mums bisa pula mengalami perdarahan terus menerus. Risiko paling fatal jika tidak dilakukan kuret adalah pengangkatan rahim akibat infeksi yang terjadi sangat parah. Demikian ulasan ini dari saya. Semoga Mums selalu diberikan yang terbaik, termasuk dalam hal momongan. (AS)