Apakah Kamu hobi upload foto di Instagram? Kalau iya sebaiknya hati-hati, ya. Baru-baru ini sebuah survei mengungkapkan bahwa Instagram adalah media sosial paling buruk bagi kesehatan mental dan fisik. Instagram sebenarnya berfungsi untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan identitas diri. Namun, media sosial yang diluncurkan pada 2010 ini ternyata diasosiasikan dengan meningginya tingkat kecemasan, depresi, bully, dan FOMO (Fear of Missing Out) seseorang.

 

Dari 5 media sosial yang disertakan dalam survei, YouTube menerima skor tertinggi sebagai media sosial yang bermanfaat bagi kesehatan dan kebahagiaan, sekaligus mendapatkan respons positif dari seluruh responden. Twitter berada di urutan kedua, lalu diikuti oleh Facebook dan Snapchat. Sedangkan Instagram berada di posisi buncit.

 

Survei #StatusOfMind yang dipublikasikan oleh United Kingdom's Royal Society for Public Health, menyertakan 1.479 responden berusia 14-24 tahun dari Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Survei dilakukan dari bulan Februari hingga bulan Mei ini. Para responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang perbedaan dampak media sosial terhadap 14 isu yang berkaitan dengan kesehatan mental dan fisik.

 

Ada beberapa manfaat tertentu yang diasosiasikan dengan jejaring sosial. Sebagai contoh, semua media sosial mendapatkan skor positif untuk identitas diri, mengekspresikan diri, membangun komunitas, dan dukungan emosional. YouTube juga meraih skor tertinggi perihal meningkatkan kesadaran tentang kesehatan melalui pengalaman orang lain, memberikan akses informasi yang bisa dipercaya seputar kesehatan, serta menurunkan tingkat depresi, kecemasan, dan kesendirian.

 

Kendati demikian, seluruh media sosial juga dianggap berdampak buruk bagi para responden, khususnya dalam hal kualitas tidur, tindakan bully, bentuk tubuh, dan FOMO. Dan tidak seperti YouTube, 4 jejaring sosial tersebut diasosiasikan dengan peningkatan depresi dan kecemasan.

 

Beberapa studi terdahulu memaparkan bahwa anak-anak muda yang menghabiskan waktu lebih dari 2 jam bermain media sosial cenderung mengalami tekanan psikologis. “Melihat teman-temannya secara konstan liburan atau bersenang-senang membuat mereka merasa terasingkan, sementara yang lainnya terlihat menikmati hidup. Perasaan tersebut dapat meningkatkan rasa putus asa dan membanding-bandingkan dalam diri sendiri,” jelas #StatusOfMind, seperti dikutip melalui TIME.

 

Media sosial juga dapat membuat seseorang berekspektasi terhadap sesuatu yang tidak nyata serta menciptakan perasaan tidak mampu dan rendah diri. Ini menjelaskan mengapa Instagram, yaitu media sosial yang kerap menunjukkan foto personal seseorang, mendapatkan skor terburuk untuk urusan bentuk tubuh dan kecemasan. Salah satu responden menuturkan, “Instagram rentan membuat para wanita merasa tubuh mereka kurang bagus, padahal foto yang disebarkan orang-orang tersebut ditambahkan filter dan disunting terlebih dahulu agar terlihat 'sempurna'.”