Infeksi Salurah Kemih (ISK) atau yang sering disebut dengan infeksi pipis merupakah masalah yang cukup sering terdengar, khususnya di antara wanita usia produktif dan pada saat kehamilan. Biasanya, keadaan ini dikaitkan dengan adanya keluhan anyang-anyangan maupun rasa tidak lampias atau tidak selesai saat buang air kecil.

 

Nyeri dan rasa terbakar cukup sering menjadi keluhan utama penderita ISK berobat ke dokter. Pada ISK yang sudah berkepanjangan atau sudah sampai ke ginjal, keluhan bisa disertai dengan demam, mual, dan nyeri pinggang.

 

Salah satu faktor risiko yang mendorong terjadinya ISK adalah kurang minum dan kebiasaan menahan pipis. Tidak pipis secara rutin akan menyebabkan aliran saluran pipis menjadi stagnan dan dapat menyebabkan berkembangnya virus, kuman, dan jamur di area ini.

 

Saya sendiri pernah mengalami ISK saat bertugas di salah satu tempat yang fasilitas toiletnya kurang bersih. Akhirnya, saya berusaha untuk tidak pipis dengan minum sedikit saja. Beberapa hari kemudian keluhan tidak nyaman saat pipis pun muncul.

 

Ternyata ISK tidak hanya terjadi pada orang dewasa, lho! ISK bisa terjadi juga pada anak-anak, bahkan tanpa gejala yang disebutkan di atas. Jadi, bagaimana ya mengenali infeksi pipis pada anak-anak?

 

  • Gejala ISK pada anak tidak selalu ada. Keadaan bisa bervariasi, antara demam, peningkatan berat badan yang kurang baik, muntah, tampak kuning, nyeri perut, kolik, diare, dan nafsu makan yang kurang baik. Beberapa dari ISK tidak terdeteksi karena keluhan yang sangat bervariasi dan mirip dengan gejala masalah kesehatan lain.
  • Gejala ISK pada orang dewasa akan lebih jelas terlihat ketika anak beranjak besar. Mereka sudah bisa mengeluhkan adanya nyeri saat buang air kecil, anyang-anyangan, bahkan mengompol ketika sudah melewati masanya.
  • Beberapa faktor risiko yang bisa mendorong terjadinya ISK adalah adanya fimosis atau kulit yang menutupi alat genital anak laki-laki, sehingga area tersebut menjadi kurang terjaga kebersihannya. Dianjurkan untuk membersihkan area ini dengan saksama. Selain itu, anak-anak yang sedang melakukan potty training berisiko mengalami ISK.
  • Pemeriksaan yang mendukung penegakkan diagnosis sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan yang mungkin dilakukan antara lain pemeriksaan pipis (urinalisis), biakan pipis, dan pemeriksaan darah. Pemeriksaan pipis berfungsi untuk melihat keadaan pipis secara langsung, antara lain apakah ada sel darah putih, darah, maupun penanda infeksi lainnya. Sedangkan pada pemeriksaan yang lebih detail, biakan darah akan dilakukan dan diobservasi apakah ada kuman yang tumbuh dalam pipis. Pemeriksaan biakan ini memakan waktu yang lebih lama, yaitu sekitar 5 sampai dengan 7 hari. Pemeriksaan darah dapat dilakukan dan menujukkan ada atau tidaknya infeksi secara umum.
  • Apabila infeksi pipis terjadi secara berulang, disarankan untuk berkonsultasi lebih lanjut kepada dokter anak maupun dokter anak bagian nefrologi. Mungkin akan dilakukan pemeriksaan USG ginjal dan pada beberapa kasus akan dilakukan pemeriksaan radiologi dengan bantuan kontras, untuk melihat apakah ada aliran balik ke atas (ke arah ginjal).
  • Jika anak mengalami ISK, infeksi tersebut ditatalaksana dengan antibiotik. Jika anak mengalami demam, mual, dan nyeri, akan dibantu dengan obat simptomatik lainnya. Pastikan mengonsumsi berbagai jenis obat-obatan ini dengan benar untuk menghindari adanya resistensi obat.