Gwen Jorgensen, seorang atlet triatlon asal Amerika Serikat, tidak berhenti berolahraga meski tengah mengandung 28 minggu. Bahkan, ia berlari lebih banyak dibandingkan saat akan menghadapi Olimpiade! “Saya berlari sekitar 100 mil atau sekitar 160 km lebih dalam waktu 3 minggu, 2 kali lebih banyak dibandingkan waktu saya berlatih untuk Olimpiade.

 

Ini hanya salah satu dari segudang cerita tentang wanita yang tetap aktif berolahraga selama hamil. Di Indonesia sendiri, penyanyi Andien berbagi melalui akun Instagramnya kalau ia rajin melakukan yoga selama kehamilan. Padahal, mitos yang berkembang di masyarakat adalah ibu hamil tidak boleh terlalu banyak bergerak dan berolahraga agar tidak kelelahan dan menjauhi keguguran. Benarkah demikian?

 

Justru Dianjurkan, Lho!

Kehamilan bukan menjadi alasan bagi Kamu untuk tidak berolahraga, ya! Pasalnya, olahraga dapat menjaga kelancaran aliran darah, aktivitas jantung, meningkatkan aliran gizi kepada janin, serta menjaga daya tahan tubuh ketika Kamu hamil tua. Ketahanan stamina Kamu pun akan lebih terjaga selama proses persalinan kelak. “Tetap aktif akan membuat calon ibu dan bayi menjadi sehat. Dengan berolahraga, kita bisa mengurangi risiko diabetes. Saya pun merasa lebih bahagia setelah berolahraga,” ujar Gwen.

 

Menurut dr. Robert Hunan Purwaka, Sp.OG., Spesialis Obstetri dan Ginekologi Fellowship of laparoscopic surgery, dari Singapore National Hospital, Surabaya, selama hamil wanita dianjurkan untuk berolahraga minimal 30 menit sehari. Bila sebelum hamil sudah rutin berolahraga, maka durasinya bisa lebih lama.

 

Namun Sesuaikan dengan Kondisi Tubuh Kamu, Ya.

Kamu sah-sah saja berolahraga sejak trimester pertama hingga trimester akhir, selama tidak ada perdarahan. Kendati demikian, sesuaikan jenis olahraga yang dilakukan dan perhatikan kondisi tubuh Kamu.

 

Gwen menjelaskan bahwa saat trimester pertama ia merasa lelah dan tidak bertenaga. Jadi jika biasanya ia berolahraga 3 kali sehari, selama waktu tersebut ia hanya melakukannya 1 kali saja. Setelah merasa lebih baik dan bertenaga, barulah ia mulai meningkatkan waktu berolahraga, yaitu sekitar dari 2 kali sehari. Sedangkan ketika perutnya mulai besar dan sering buang air kecil, ia memasukkan aktivitas bolak-balik ke kamar mandi sebagai salah satu olahraga juga. Karenanya, ia pun mengurangi frekuensi waktu berolahraga.

 

“Olahraga ringan seperti berjalan kaki, jogging, dan berenang bisa dilakukan oleh ibu hamil. Dan yang sebaiknya dihindari adalah, olahraga body contact maupun yang melibatkan lompatan atau hentakan berlebihan. Pada trimester terakhir ketika beban bayi semakin berat dan sudah mendekati persalinan, maka berenang, yoga, dan peregangan lebih diutamakan. Pokoknya, yang perlu diperhatikan adalah relaksasi dan mengerti batas kemampuan tubuh untuk berolahraga, serta berolahraga secara teratur dan terkontrol,” saran dr. Robert.

 

Perhatikan Ini Sebelum dan Selama Berolahraga!

Ibu hamil dengan penyakit jantung, paru, atau anemia harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter sebelum memulai berolahraga. Ingatlah bahwa Kamu sedang hamil, jadi harus mengetahui batas kemampuan tubuh Kamu. Jika dirasa capai, hentikanlah sesi berolahraga. “Lebih baik dengan porsi kecil namun teratur, dan baru perlahan-lahan tingkatkan,” tutur dr. Robert. Tanda-tanda lain seperti badan terasa lemas, sesak, serta mata berkunang-kunang saat berolahraga, juga tidak boleh disepelekan. Segeralah berhenti berolahraga, istirahat, dan berkonsultasi ke dokter.

 

Nah, bagaimana dengan pengalaman Mums dalam menjalani olahraga ketika hamil? Yuk, berbagi di GueSehat.com agar bisa menginspirasi Geng Sehat yang lainnya! (GS/OCH)