Penyakit hiperkolesterolemia atau tingginya kadar kolesterol dalam darah, adalah salah satu penyakit dengan angka kejadian yang cukup tinggi di Indonesia. Data yang dilansir oleh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan, di Indonesia terdapat 39,5% penduduk usia di atas 15 tahun yang memiliki kadar kolesterol total di atas normal.

 

Hiperkolesterolemia wajib diwaspadai, karena kondisi ini dapat menjadi trigger alias pemicu dari munculnya penyakit lain, terutama penyakit jantung dan pembuluh darah. Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah yang dapat menyebabkan serangan jantung.

 

Salah satu pengobatannya adalah menjalani terapi hiperkolesterolemia, yang terdiri dari diet seimbang dan rendah kolesterol, olahraga secara teratur, dan pada beberapa pasien diperlukan terapi obat-obatan. 

 

Sebagai seorang apoteker, saya cukup banyak menemui pasien yang mendapatkan terapi obat anti kolesterol. Dan ternyata, ada berbagai mitos tentang penggunaan obat anti kolesterol ini! Hal apakah yang sekadar mitos, dan hal manakah yang benar-benar merupakan fakta tentang obat anti kolesterol? Yuk, kita simak!

 

1. Obat kolesterol yang digunakan tergantung jenis penyakit yang dialami

FAKTA. Ada beberapa kategori penyakit hiperkolesterolemia, tergantung parameter kolesterol apakah yang mengalami abnormalitas. Silakan baca lebih lengkap mengenai perbedaan macam-macam penyakit kolesterol di sini, ya!

Secara umum, obat anti kolesterol digunakan pada kondisi LDL (low density lipoprotein) yang tinggi, dan ada pula yang digunakan pada kondisi tingginya kadar trigliserida. Obat golongan statin seperti simvastatin, atorvastatin, dan rosuvastatin adalah pilihan pada kondisi LDL yang tinggi (dan biasanya diikuti dengan kadar HDL yang rendah). Sedangkan obat yang digunakan untuk kondisi hipertrigliseridemia adalah golongan fibrat seperti fenofibrat dan gemfibrozil.

 

2. Obat anti kolesterol dapat menyembuhkan kondisi hiperkolesterol

MITOS. Obat anti kolesterol bertujuan mengontrol kadar kolesterol di dalam tubuh agar berada dalam batasan yang normal. Obat ini biasanya diinstruksikan dokter untuk dikonsumsi terus menerus. Penghentian terapi seringkali membuat kadar kolesterol kembali naik. Biasanya dokter menghentikan terapi obat kolesterol jika kadar kolesterol dapat terjaga normal selama beberapa waktu dengan diet dan olahraga teratur.

  

3. Tidak perlu menjaga makanan jika sudah mengonsumsi obat antikolesterol

MITOS. Salah kaprah yang sering terjadi adalah jika seseorang sudah minum obat anti kolesterol, maka ia tidak usah mengkhawatirkan lagi asupan kolesterol yang dikonsumsi. Diet yang seimbang dan olahraga teratur tetaplah menjadi hal yang utama dalam memastikan bahwa kadar kolesterol dalam tubuh selalu terjaga dalam batas normal.

 


4. Jika lupa minum obat, dosis dapat didobel

MITOS. Kebanyakan obat anti kolesterol seperti golongan statin dan fibrat diberikan dengan frekuensi satu kali sehari. Usahakan meminum obat pada jam yang sama setiap hari. Jika lupa minum obat dan kamu baru ingat dalam rentang waktu beberapa jam dari jam seharusnya minum obat, segera minum dosis obat untuk hari itu. Namun jika sudah lebih dari setengah hari sejak jam seharusnya, maka lewatkanlah dosis hari itu dan minum obat kembali di jam yang seharusnya pada hari esoknya.

 


5. Obat anti kolesterol harus diminum pada malam hari

MITOS. Tidak semua obat anti kolesterol harus diminum pada malam hari. Hal ini hanya berlaku untuk obat simvastatin, lovastatin, dan fluvastatin. Enzim yang berperan dalam pembentukan kolesterol lebih aktif bekerja pada malam hari. Ketiga obat golongan statin ini memiliki waktu paruh (waktu dari sejak obat diminum hingga obat dieliminasi dari tubuh) yang pendek, sehingga efek penurunan kolesterol akan lebih baik didapat jika obat diminum pada malam hari.

Sedangkan obat golongan statin lainnya yaitu atorvastatin dan rosuvastatin memiliki waktu paruh yang panjang, sehingga penelitian sudah membuktikan bahwa waktu konsumsi obat tidak berpengaruh pada kerjanya menurunkan kolesterol.Demikian pula untuk obat golongan fibrat seperti gemfibrozil dan fenofibrat, waktu konsumsi obat tidak berpengaruh pada kerja obat ini untuk menurunkan trigliserida. Yang perlu diperhatikan adalah sebaiknya obat diminum di waktu yang sama setiap harinya.

 


6. Obat golongan statin dapat menyebabkan nyeri otot

FAKTA. Salah satu efek samping penggunaan obat kolesterol golongan statin yang cukup sering dikeluhkan pasien adalah nyeri otot dan kram. Seringkali hal ini menjadi alasan pasien untuk berhenti mengonsumsi obat. Jika hal ini dirasa cukup menggangu, bicarakanlah dengan dokter. Dokter mungkin akan melakukan adjustment terhadap dosis statin yang kamu konsumsi agar efek samping lebih dapat ditoleransi. Penggunaan suplemen vitamin D dan coenzyme Q-10 juga diduga dapat membantu mengurangi efek samping nyeri otot pada penggunaan statin.

Itu dia beberapa mitos dan fakta terkait penggunaan obat anti kolesterol! Sekarang kamu sudah tahu hal manakah yang hanya mitos belaka, dan hal mana yang memang adalah fakta. Semoga dapat membantumu menggunakan obat anti kolesterol dengan lebih bijak, ya! Salam sehat!