Setiap bulan, para wanita dewasa akan mengalami siklus menstruasi. Siklus menstruasi ini biasanya diikuti oleh premenstrual syndrome alias PMS. PMS seringkali dijadikan alasan ketika mood wanita berubah-ubah sebelum siklus menstruasinya dimulai. Benarkah demikian?

 

Gejala PMS

PMS merupakan kondisi di mana keadaan emosi, fisik, dan perilaku wanita terpengaruh sebelum siklus menstruasi. Sebenarnya, penyebab PMS belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa penelitian mengaitkan PMS dengan fluktuasi atau ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron yang dialami oleh wanita sebelum menstruasi.

PMS memiliki berbagai gejala, dan tidak semuanya muncul. Seringkali seorang wanita hanya akan mengalami satu atau beberapa gejala PMS, seperti:

  • Perut terasa kembung (bloating)
  • Payudara terasa nyeri
  • Kenaikan berat badan
  • Sulit berkonsentrasi
  • Sakit kepala
  • Mengidam makanan tertentu
  • Kelelahan
  • Merasa sedih atau ingin menangis
  • Merasa cepat emosi
  • Cemas
  • Perubahan mood atau depresi
  • Muncul jerawat
  • Konstipasi atau diare

PMS merupakan kondisi yang lazim, dan dialami oleh sekitar 85% wanita yang mengalami menstruasi. Hanya 2% hingga 10% saja yang mengalami gejala PMS cukup parah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah gejala yang dirasakan merupakan gejala PMS, yaitu dengan mencatat setiap hal yang Kamu alami di kalender. Apabila gejala selalu muncul di waktu yang sama tiap bulannya, berarti Kamu mengalami PMS.



Penanganan

PMS tidak dapat dihilangkan seluruhnya, karena berhubungan dengan kadar hormon dalam tubuh. Tetapi, gejala ini bisa dikurangi dengan menjaga gaya hidup sehat, seperti:

  1. Penuhi kebutuhan asam folat, vitamin B6, kalsium, dan magnesium untuk mengurangi rasa sakit sebelum menstruasi dan perubahan mood.
  2. Pastikan tidur malam yang cukup, kurang lebih 8 jam tiap malamnya.
  3. Olahraga untuk mengurangi rasa kembung dan menjaga kesehatan mental
  4. Minum obat anti inflamasi yang dijual di toko obat, seperti aspirin, ibuprofen, atau naproxen untuk membantu mengurangi sakit kepala, sakit punggung, nyeri haid, dan nyeri payudara.

 

Gejala PMS dapat berkembang menjadi lebih parah, dan disebut dengan premenstrual dysphoric disorder (PMDD), walaupun jarang terjadi dan hanya dialami oleh 2- 10% wanita. PMDD memiliki gejala meliputi depresi, pikiran untuk bunuh diri, serangan panik, rasa cemas berlebihan, rasa marah, dan perubahan mood ekstrem, menangis, ketidaktertarikan untuk beraktivitas, insomnia, masalah pikiran dan gangguan konsentrasi, keinginan makan yang terlalu besar, rasa nyeri berlebih, dan  kembung.

 

Perlukah ke dokter?

PMS sebenarnya tidak berbahaya dan normal untuk dialami oleh wanita menjelang siklus menstruasinya. Tetapi, jika gejala PMS yang dialami sudah mengganggu kegiatan sehari-hari, seperti rasa nyeri yang berlebih dan perubahan mood yang membuat Kamu menjadi tidak produktif, mungkin dibutuhkan penanganan langsung dari dokter. Kamu juga perlu waspada apabila gejala PMS tidak kunjung berkurang setelah sikus menstruasi dimulai. Untuk membantu mengurangi gejala emosional yang dominan dalam PMS, Kamu bisa coba berkonsultasi ke psikolog ataupun psikiatri. Sedangkan apabila gejala fisik yang terasa lebih mengganggu, Kamu bisa berkonsultasi ke ginekolog.