Beberapa hari lalu, di grup yang saya ikuti, ada seorang ibu baru yang curhat karena tidak boleh menggendong dan menyusui bayinya secara langsung oleh ibu mertuanya karena sang Ibu sedang batuk pilek. Sedih sekali katanya dijauhkan dari anaknya sendiri oleh ibu mertuanya. Terpaksa harus memompa, tapi produksi ASI malah menjadi berkurang. Selain karena memang sedang sakit, tapi juga karena disebabkan oleh pengaruh psikologis. Perasaan yang sedang sedih karena dijauhkan dari anaknya juga dapat menyebabkan produksi ASI berkurang loh. Seperti yang kita ketahui, ketika seorang Ibu merasa bahagia atau nyaman, dirinya akan memproduksi hormon oksitosin. Hormon yang sering juga disebut sebagai hormon cinta ini merupakan salah satu hormon berpengaruh terhadap produksi ASI, selain hormon prolaktin. Saya jadi ingat ketika Elika masih bayi, suami saya tiba-tiba terkena penyakit mata. Matanya merah sekali dan kotoran matanya banyak menutupi matanya. Ibu saya pun menyuruh saya dan anak saya jangan dekat-dekat dengan suami supaya tidak tertular. Namun karena tidak ada lagi yang bisa mengantar suami saya ke dokter mata, jadi harus saya yang mengantar. Dan benarlah. Keesokan harinya saya tertular!

Khawatir Berlebihan Kepada Anak

Awalnya sempat deg-degan kalau-kalau Elika juga nanti tertular. Ibu saya makin mewanti-wanti untuk cuci tangan, sering-sering ganti baju dan seprai, terutama bantal kepala karena takut terkena kotoran mata kami dan nanti menulari Elika. Tentu saja saya menuruti kata-kata Ibu saya. Untung dia tidak membatasi saya untuk berkontak fisik dengan Elika. Alih-alih, ia menyuruh saya untuk sesering mungkin menyusui Elika agar daya tahan tubuh Elika tetap prima dan tidak tertular penyakit mata kami. Selama kami sakit mata, kurang lebih seminggu lamanya sampai benar-benar sembuh total, Elika tetap tidur seperti biasa, bersama kami, satu kasur dan tidur di tengah-tengah kami. Syukurlah, Elika sama sekali tidak tertular.

Baca Juga : Metode Melahirkan Hypnobirthing

Jagalah Kebersihan Agar Anak Tidak Tertular Penyakit

Sejak saat itu, meskipun saya atau suami saya sakit, kami tidak pernah membatasi kontak fisik kami dengan anak kami. Dengan catatan, kami harus rajin-rajin membersihkan tubuh, terutama jika sakit yang kami alami berhubungan dengan virus atau bakteri. Jika kami batuk pilek pun sebisa mungkin tidak batuk atau bersin di sekitar Elika dan tisu bekas membersihkan ingus kami harus segera dibuang ke tempat sampah tertutup, lalu cuci tangan. Kalau perlu, buang ingus di kamar mandi saja. Satu catatan lain yang tak kalah penting, malah paling penting adalah selalu berikan asupan ASI yang cukup untuk si Anak, agar daya tahan tubuhnya tetap prima dan tidak mudah tertular penyakit karena asupan ASI tentu sangat baik untuk membentuk antibodi. Jika anak sudah makan, berikan selalu makanan yang bergizi, terutama buah-buahan dan sayuran agar kondisi tubuhnya tetap fit.

Pentingnya Hypnoparenting Untuk Anak

Sampai saat ini, Elika jarang sekali sakit. Sampai sudah berusia 15 bulan ini, Elika baru sakit 2 kali. Dan itu bukan karena tertular ayah ibunya. Saya percaya, selain menjaga kesehatan fisik keluarga, menjaga kesehatan pikiran kita juga sangat penting. Maksudnya, bukan hanya kita harus menghindari stres, namun juga kita harus membiasakan diri untuk berpikiran positif meskipun ada kejadian kurang baik menimpa keluarga kita. Sebisa mungkin kita jauhkan pikiran-pikiran dan perkataan-perkataan negatif, seperti, "Wah, nanti anak saya bisa tertular kalau dekat-dekat orang itu”, jika kita sedang berada di dekat orang yang sedang sakit atau "Anak saya kok sakit tidak sembuh-sembuh ya?" jika sang Anak sebenarnya hanya kurang enak badan atau demam ringan. Belajar dari ilmu hypnobirthing yang saya dapat ketika hamil dulu, saya akhirnya juga menerapkan ilmu hypnoparenting dalam kehidupan berumahtangga kami. Meskipun saya belum pernah ikut kelas hypnoparenting, namun setidaknya saya tahu ilmu dasarnya, yaitu: pikiran kita yang menentukan kehidupan kita. Semakin sering kita berpikiran positif, kehidupan kita pun akan semakin positif. Begitu pun sebaliknya. Ingat kan? Orang tua kita mungkin sering bilang, 'Perkataan adalah doa'. Maka menjaga perkataan dan pikiran yang sehat memang lebih sulit daripada menjaga kesehatan tubuh, namun jika kita berusaha menerapkan prinsip tersebut dalam keluarga, niscaya keluarga kita juga akan sehat jasmani dan rohani.