Dukungan untuk Gubernur non-aktif Jakarta, Ahok, tidak hanya bergulir di media sosial dengan hashtag #Ahok dan #SaveAhok. Beberapa minggu terakhir sejak tidak terpilihnya pasangan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok dan Djarot dalam pilkada Jakarta, balai Kota 'dibanjiri' dengan ribuan karangan bunga. Sekarang, dengan Ahok yang divonis penjara selama 2 tahun, kiriman karangan bunga terus datang ke Rukan Cipinang. Tidak terlalu jelas siapa sebenarnya yang memulai gerakan ini dan juga apa motifnya. Yang jelas, hingga saat ini, diperkirakan sudah ada sekitar 5.000 lebih karangan bunga.

 

Menanggapi fenomena ini, psikolog sosial dari Ikatan Psikolog Sosial Wahyu Cahyono, S.Psi, M.Si, dikutip dari Detik.com, mengatakan bahwa pada dasarnya setiap manusia selalu mencari makna selama hidupnya. Nah, makna ini yang kemudian diwujudkan dengan simbol dalam arti yang luas, misalnya budaya atau bahasa. Wahyu menjelaskan jika fenomena mengirim bunga ini dipersepsikan sebagai bentuk penghormatan masyarakat terhadap sosok Ahok dan juga Djarot. Konteksnya pun juga beragam, bisa dalam konteks bahagia atau pun kedukaan. Penghormatan ini bisa merupakan ungkapan perhatian, terima kasih, atau kepedulian. Menurut Wahyu, hal ini sama dengan ketika seorang pria mengirimkan bunga kepada kekasihnya. Atau ketika seorang mengirim bunga pada acara pernikahan atau peresmian toko. Semua hal tersebut dilakukan sebagi bentuk penghormatan dari yang memberikan terhadap yang diberikan.

 

Namun, Wahyu juga menjelaskan jika karangan bunga yang dikirimkan ke balai kota dapat dikatakan lebih kepada ekspresi pernghormatan, dibanding kekecewaan atau kedukaan. Hal ini terlihat dari ucapan-ucapan yang tertera pada karangan bunga. Kebanyakan ucapan yang tertulis bersifat lucu dan juga menghibur. Bahkan ucapan yang ditulis tidak hanya sekedar 'template' seperti terima kasih atau thank you saja. Hal ini semakin menunjukkan bahwa fenomena mengirim bunga ini tidak hanya formalitas dan tanpa keterlibatan emosional pengirimnya, melainkan sebagai bentuk kreativitas yang seru. Dan bisa jadi, si Pengirim menginginkan sesuatu yang personal dan berbeda dengan orang lain.

 

Fenomena ini semakin unik karena melibatkan konteks sosial politik. Secara sosial oleh sebagian orang, hal ini adalah sesuatu yang dianggap 'baik' atau keren dan juga asik, sehingga sangat mudah menjadi viral. Maka ketika sekelompok orang mengirimkan karangan bunga dan hal tersebut mendapat perhatian masyarakat luas serta media, maka efek dominonya akan terasa sangat cepat menyebar.