Dengan digalakannya pemberian ASI eksklusif oleh WHO sejak tahun 1990, semakin banyak ibu muda yang memberikan ASI untuk buah hatinya. Hal ini selain karena usaha dari WHO dan Kemenkes RI, juga banyak dipengaruhi oleh public figure yang membagikan kisah pemberian ASI eksklusif di media sosial.

 

Mengingat media sosial menjadi media yang sangat digandrungi kaum milenial, ini memicu para ibu muda untuk juga memenuhi ASI eksklusif untuk bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan. Semakin banyaknya usaha pemberian ASI, kejadian mastitis juga semakin sering terjadi.

 

Apa itu mastitis?

Mastitis adalah radang pada jaringan payudara, yang biasanya paling sering menyerang wanita yang sedang menyusui. Pada ibu yang sedang menyusui, radang mulai muncul beberapa minggu setelah mulai menyusui dan biasanya hanya menyerang 1 sisi payudara. Kejadian mastitis walaupun paling sering menyerang wanita yang sedang menyusui, tidak menutup kemungkinan terjadi pada wanita yang sedang tidak menyusui ataupun pada pria.

 

Penyebab radang pada payudara antara lain:

  • ASI yang terjebak di payudara menjadi media yang baik untuk bakteri atau kuman untuk tumbuh dan memicu infeksi.
  • Pengeluaran ASI tidak sempurna, sehingga salurannya tersumbat dan menyebabkan infeksi.
  • Bakteri dari kulit atau mulut bayi masuk ke kulit yang luka dan tumbuh di dalam saluran payudara.

 

Hal-hal yang memicu terjadinya mastitis adalah:

  • Riwayat radang payudara atau mastitis sebelumnya saat pemberian ASI (mastitis laktasi).
  • Kulit yang terluka di sekitar payudara.
  • Racun dari rokok merusak jaringan payudara dan menganggu aliran ASI.
  • Gangguan sistem imun atau kekebalan tubuh pada Mums.
  • Penggunaan bra yang terlalu ketat atau adanya tekanan kuat pada payudara, sehingga alirannya terganggu.
  • Cara menyusui yang salah, sehingga ASI tidak keluar sempurna.

 

Gejala mastitis adalah nyeri di sekitar payudara saat diraba, payudara tampak bengkak, terasa panas, dan tampak lebih merah. Jika mastitis berat, dapat disertai demam menggigil.

 

Komplikasi mastitis yang sering terjadi:

  • Radang terus-menerus. Jaringan payudara dapat dipenuhi kumpulan nanah, yang biasanya harus dikeluarkan dengan bantuan tindakan bedah.
  • Mums menjadi enggan memberikan ASI kepada bayinya karena gejala yang ditimbulkan sangat mengganggu, yang akhirnya menganggu proses pemberian ASI eksklusif.

 

Pencegahan yang dapat dilakukan oleh Mums yang baru pertama kali memberikan ASI untuk si Kecil adalah:

  • Konsultasi dengan konsultan laktasi.
  • Kosongkan ASI yang ada di payudara karena sisa ASI bisa menjadi media pertumbuhan bakteri.
  • Saat menyusui, ASI di salah satu payudara harus dihabiskan terlebih dahulu, baru pindah ke payudara yang satunya.
  • Ganti posisi saat memberikan ASI.
  • Pelekatan mulut bayi dengan payudara harus baik.
  • Hindari adanya luka pada kulit sekitar payudara.

 

Tatalaksana di rumah:

  • Kompres dengan kain hangat untuk mengurangi nyeri.
  • Minum air putih.
  • Istirahat yang cukup.
  • Jika sangat nyeri dan demam, dapat mengonsumsi obat pereda nyeri. Namun, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter sebelum itu.
  • Lanjutkan pemberian ASI.
  • Pemberian ASI dimulai dari payudara yang nyeri.
  • Kosongkan semua ASI di satu payudara. Jika teraba ada benjolan, dapat dipijat.

 

Kapan Mums harus ke dokter?

  • Jika dalam 1 hari tidak ada tanda perbaikan.
  • Radang payudara terjadi padahal tidak sedang menyusui.
  • Dalam waktu 48 jam setelah minum antibiotic tidak ada tanda-tanda perbaikan. (AS)