Anemia merupakan masalah kesehatan serius yang dihadapi masyarakat dunia, terutama pada anak-anak. Indonesia masih menduduki posisi ke-4 sebagai negara dengan prevalensi anemia tertinggi di Asia Tenggara. Setidaknya, 1 dari 3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia mengalami anemia.

 

Salah satu faktor penyebab masih tingginya kasus anemia di Indonesia disebabkan karena seringkali anemia terjadi tanpa gejala dan orang tua kurang memahami pentingnya pencegahan anemia sejak dini, sehingga orang tua terkadang menghiraukan risiko atau dampak negatif jika si Kecil menderita anemia.

 

Dampak Anemia Kekurangan Zat Besi

Sebuah survei terbaru menujukkan bahwa 50% ibu tidak menyadari bahwa anemia yang disebabkan defisiensi zat besi pada anak dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan otak, dan 33% lainya tidak mengerti makanan apa saja yang kaya zat besi.

 

Pada masa 5 tahun pertama kehidupannya, anak perlu mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya akan nutrisi penting seperti zat besi untuk mendukung tubuh kembang optimal, baik dari segi fisik maupun kecerdasan kognitif atau otaknya.

 

Melihat kondisi tersebut, peran edukasi sebagai upaya pencegahan sangat penting untuk dilakukan. World Anemia Awareness Day yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 13 Februari bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya tindakan pencegahan anemia dan kekurangan zat besi.

 

Di Indonesia, peringatan World Anemia Awareness Day bisa menjadi momentum untuk bersama-sama memberikan perhatian serius terhadap permasalahan anemia, khususnya anemia pada anak, karena dapat mengancam masa depan mereka sebagai generasi penerus bangsa.

 

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Ulul Albab, Sp.OG., mengatakan, “Perkembangan otak anak sangat tergantung pada asupan nutrisi yang dikonsumsi. Salah satu nutrisi penting yang harus terpenuhi pada masa 5 tahun pertama kehidupan anak untuk mendukung mengoptimalkan perkembangan otaknya adalah zat besi. Sebab, jika anak kekurangan asupan harian zat besi, maka bisa menyebabkan anemia defisiensi besi yang dapat menimbulkan dampak negatif permanen, terutama pada perkembangan kognitif atau otak anak.”

 

Untuk pencegahan anemia defisiensi besi pada anak di bawah lima tahun, dapat dilakukan dengan memberikan asupan gizi seimbang yang banyak bersumber dari protein hewani yang kaya zat besi. Selain itu, untuk memaksimalkan penyerapan zat besi dalam tubuh hingga 2 kali lipat, juga dibutuhkan kombinasi antara zat besi dan vitamin C.

 

Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak, bisa juga dipertimbangkan untuk memberikan sumber nutrisi yang difortifikasi, seperti susu pertumbuhan yang tinggi zat besi dan dikombinasikan dengan vitamin C. Sebab, susu pertumbuhan diketahui sebagai minuman protein hewani yang padat gizi dan diperlukan terutama di masa tumbuh kembang. Sehingga, susu pertumbuhan yang terfortifikasi tinggi zat besi yang dikombinasikan dengan vitamin C juga dapat bermanfaat untuk pencegahan anemia,” tambah dr. Ulul Albab, Sp.OG.

 

Masih dalam rangka peringatan World Anemia Awareness Day, Sarihusada menghadirkan platform digital “Pusat Pencegahan Anemia Pada Anak” yang dapat diakses semua ibu di Indoesia melalui website genmaju.info.

 

Tersedia berbagai fitur edukasi di antaranya, skrining risiko anemia pada anak, video edukasi dampak anemia dari pakar kesehatan, resep praktis makanan kaya Zat Besi untuk pencegahan anemia serta artikel-artikel terkait pemenuhan gizi seimbang untuk mencegah anemia. Platform ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para ibu di Indonesia tentang risiko anemia pada anak dengan melakukan skrining digital tahap awal, serta pentingnya mengonsumsi makanan tinggi zat besi dan vitamin C yang berasal dari protein hewani,” jelas Corporate Communications Director Sarihusada, Arif Mujahidin.