Jika Geng Sehat mendengar berita yang sedang cukup hangat akhir-akhir ini, Mums pasti tidak akan melewatkan berita yang menggambarkan pembunuhan seorang anak. Pembunuhan ini dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri kepada si Anak yang baru berusia 5 tahun.

 

Menurut kesaksian ibunya, ia nekat untuk melakukan ini karena anaknya tak kunjung berhenti menangis dan sering mengompol. Karena sudah tak tahan lagi, ia membekap anaknya dengan plastik. Sungguh tragis, bukan?

 

Mengompol sendiri merupakan hal yang wajar dilakukan oleh anak-anak. Ini bisa terjadi pada malam maupun siang hari. Nah, sampai umur berapa sih anak-anak wajar mengompol? Dan bila gejala mengompol ini berlanjut, perlu enggak sih diperiksa?

 

Ternyata, mengompol ini memang wajar terjadi pada sampai anak berusia 5 tahun. Jadi, yang perlu dikhawatirkan adalah apabila anak sudah berusia 5 tahun atau lebih, masih terus mengompol di ranjang atau pakaian, terjadi 2 kali seminggu dalam 3 bulan berturut-turut, dan sudah mengganggu secara sosial dan fungsional.

 

Biasanya, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak mengompol. Hal ini bisa disebabkan oleh gangguan genetik, kurangnya hormon tertentu di dalam tubuh, diabetes insipidus, sampai hal simpel seperti minum terlalu banyak dan konstipasi.

 

Bahkan kondisi psikologis, seperti adanya saudara baru di dalam keluaga, perceraian orang tua, kekerasan pada anak, dan anggota keluarga yang meninggal, dapat menjadi penyebab mengompol pada anak. Jadi jika anak mengompol dengan ciri-ciri di atas, Mums bisa mencatat kejadian ini dan mengamati keseharian anak.

 

Apa sih yang paling penting dilakukan ketika anak mengompol? Yang paling penting jangan memarahinya, ya! Ia akan merasa malu dengan hal ini dan dapat memperburuk gejala. Sebaliknya, sebaiknya Mums mengajak anak bicara dan melakukan beberapa hal yang nanti akan dijelaskan di bawah.

 

Jika Mums memutuskan untuk membawa anak ke dokter, biasanya akan dilakukan pemeriksaan. Urinalisis atau pemeriksaan urine adalah salah satu pemeriksaan yang esensial, untuk melihat adanya infeksi saluran kencing pada anak.

 

Selain itu, dapat juga diperiksa apakah ada gula di dalam urinenya, untuk melihat kemungkinan adanya diabetes. Pada beberapa keadaan, dokter akan menyarankan pemeriksaan USG pada anak, untuk melihat kemungkinan adanya sumbatan dan gangguan kandung kemih lainnya. Masih ada beberapa pemeriksaan lain yang dianjurkan, namun pada umumnya 2 hal itu merupakan jenis pemeriksaan yang mudah dan tidak invasif.

 

Jadi, apa sih yang harus dilakukan jika anak mengompol terus-menerus?

Hal pertama yang dapat dilakukan adalah membatasi konsumsi air minum sejak jam 7 malam. Dengan membatasi minum, diharapkan tidak perlu ada urine yang dibuang pada malam hari. Perlu juga untuk membatasi asupan gula dan kafein sejak pukul 4 sore. Kafein dan gula tidak serta-merta ada di dalam kopi saja, namun dapat ditemukan pada beberapa jenis minuman, khususnya minuman bersoda.

 

Selain itu, Mums bisa membiasakan diri dengan memberikan hadiah kepadanya jika tidak mengompol pada hari tersebut. Misalnya, Mums bisa menempelkan bintang pada hari bebas mengompol, dan mendukungnya untuk terus mempertahankan hal tersebut. Yes, reward type, not a punishment one!

 

Pada keadaan tertentu yang dinilai perlu, dokter dapat meresepkan jenis obat yang dapat membantu menghilangkan gejala ngompol ini. Biasanya obat akan dikonsumsi selama beberapa bulan dan dievaluasi keberhasilannya.