Penyakit

Pembesaran prostat / Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)

Deskripsi

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pembesaran kelenjar prostat adalah kondisi yang umum terjadi seiring bertambahnya usia seorang pria. Pembesaran kelenjar prostat dapat menyebabkan gangguan saat berkemih. Apabila tidak diterapi, pembesaran kelenjar prostat dapat menghambat urinasi dan menyebabkan masalah pada saluran kemih maupun ginjal. Terdapat beberapa terapi pembesaran kelenjar prostat, antara lain dengan obat-obatan dan pembedahan/operasi. Untuk menentukan terapi apa yang cocok dengan pasien, dokter akan menelusuri terlebih dahulu gejala yang terjadi, ukuran prostat, serta kondisi kesehatan pasien sebagai bahan pertimbangan.

 

Baca juga: Cegah Kanker Prostat dengan Espresso

Pencegahan

Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko Anda terkena benign prostatic hyperplasia, yaitu:

  • Usia. Diketahui bahwa pria di bawah 40 tahun jarang mengalami gejala yang disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat, di mana sekitar 1/3 pria mengalami gejala sedang hingga parah di usia 60 tahun, dan sekitar 50% pada usia 80 tahun.
  • Sejarah keluarga. Jika seseorang di keluarga Anda memiliki penyakit ini, Anda memiliki risiko yang lebih besar.
  • Latar belakang etnis. Pria ras kulit putih (kaukasia) dan ras kulit hitam memiliki risiko pembesaran kelenjar prostat yang lebih besar. Pria berkulit hitam dapat mengalami gejala lebih awal dari pria berkulit putih.
  • Kondisi kesehatan. Risiko dapat meningkat jika Anda memiliki diabetes tipe 2, penyakit jantung, penyakit peredaran darah, atau penggunaan beta blockers (obat darah tinggi dan detak jantung yang cepat).
  • Disfungsi ereksi. Juga dikenal dengan sebutan impotensi, yaitu ketidakmampuan untuk menahan ereksi. Hal ini dapat meningkatkan risiko benign prostatic hyperplasia.
  • Gaya hidup. Obesitas atau gaya hidup tidak aktif dapat meningkatkan risiko benign prostatic hyperplasia. Penting untuk aktif secara fisik.

 

Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH) dapat dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta rendah lemak. Hindari juga konsumsi daging merah. Berikut ini contoh-contoh makanan dengan kadar serat tinggi:

  • Kacang hijau
  • Beras merah
  • Gandum
  • Brokoli
  • Kubis
  • Lobak
  • Bayam
  • Apel

Gejala

Sulit berkemih, harus mengedan saat berkemih, nyeri perut bawah, rasa tidak lampias setelah berkemih.

 

Baca juga: Fakta Seks bagi Penderita Kanker Prostat

Penyebab

Saat pria semakin bertambah usia, mereka dapat mengalami benign prostatic hyperplasia. Walau penyebab benign prostatic hyperplasia masih belum diketahui pasti, dipercaya bahwa perubahan dalam keseimbangan hormon dan faktor pertumbuhan sel dapat menyebabkan kondisi tersebut. Selain itu, pria dapat mengalami kondisi ini akibat genetik, terutama pada kondisi serius yang membutuhkan operasi pada pria di bawah usia 60 tahun.

Diagnosis

Ada beberapa jenis tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit BPH, antara lain:

  • Tes urine. Tes ini dilakukan jika dokter mencurigai gejala yang dirasakan oleh pasien bukan disebabkan oleh BPH, melainkan oleh kondisi lainnya, seperti infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
  • Tes darah. Komponen yang diperiksa dalam tes ini adalah protein prostat spesifik antigen (PSA), yaitu suatu protein yang dihasilkan prostat. Jika kadar PSA pasien tinggi, maka kemungkinan pasien menderita BPH juga besar. Jika kenaikan tersebut terjadi secara signifikan, maka peluang pasien untuk terkena kanker prostat juga ada.
  • Tes kelancaran aliran urine. Dalam pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan kateter yang dilengkapi kamera ke dalam saluran kemih pasien. Melalui monitor, dokter akan dapat melihat besarnya tekanan di dalam kandung kemih dan seberapa baik kinerja organ tersebut saat pasien berkemih.
  • CT urogram. Metode pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan saluran kemih pasien, misalnya apakah ada kerusakan pada saluran tersebut, atau apakah ada penyumbatan yang disebabkan kondisi selain BPH, seperti penyakit batu kandung kemih atau batu ginjal.
  • USG transrektal atau USG melalui dubur. Melalui pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara ini dokter akan mendapatkan gambar kelenjar prostat dan bagian di sekelilingnya secara lebih rinci, guna mengetahui apakah pasien menderita BPH atau kondisi lainnya seperti kanker.

 

Selain untuk memastikan bahwa gejala yang dirasakan oleh pasien adalah akibat BPH dan bukan disebabkan oleh kondisi-kondisi lainnya, tes-tes lebih lanjut juga dapat membantu dokter memberikan pengobatan yang tepat.

Penanganan

Berbagai macam perawatan yang tersedia untuk terapi BPH, termasuk obat-obatan, terapi minimal invasif dan operasi. Pilihan pengobatan terbaik tergantung pada beberapa faktor, termasuk:

• Ukuran prostat.

• Usia.

• Kesehatan secara keseluruhan.

• Ketidaknyamanan atau gangguan yang dialami.

 

Baca juga: Pria, Lakukan 8 Tips Berikut untuk Mencegah Kanker Prostat!

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...