Mums mungkin pernah mendengar anak yang kecanduan gadget? Atau jangan-jangan Mums mengalami sendiri. Gadget holic atau kecanduan gadget dalam arti negatif, saat ini banyak dialami oleh anak-anak dan remaja di seluruh dunia. Seorang anak dikatakan mengalami kecanduan gadget, jika kebiasaannya main gadget sudah menimbulkan perilaku adiksi. Misalnya anak tidak mau makan, tidak mau mandi, bahkan bolos sekolah. Setiap bangun tidur yang dicari pertama kali adalah gadget. Dari sisi perilaku, emosi anak menjadi tidak stabil, terutama jika keinginannya bermain gadget tidak terpenuhi.



Jangan dibiarkan saja Mums! Kecanduan bermain di depan layar, entah itu melalui handphone, komputer, tablet atau game, dampaknya tidak ringan. Psikolog Febria Indra Hastati M.Psi, dari Brawijaya Clinic Kemang, memaparkan hal tersebut dalam acara talkshow dan workshop tentang “Atasi Kecanduan Gadget pada Anak” yang diadakan oleh Teman Bumil dan Mom and Jo di Jakarta (2/9).



Berikut ini penjelasan lengkapnya, Mums!



Semua Berawal dari Orangtua

Menurut Febria, anak adalah peniru ulung. Kecanduan gadget tidak terjadi dalam semalam. “Awalnya, anak meniru kebiasaan orangtua yang selalu memegang handphone di manapun di dalam rumah dengan alasan urusan pekerjaan. Anak akan mencontoh orangtuanya, dan orangtuanya akan permisif karena anak menjadi tenang karena sibuk dengan gadgetnya. Lama kelamaan anak tidak bisa lepas dari gadget,” jelas Febria.



Penyebab lain adalah tidak adanya aturan di dalam rumah. Anak dibiarkan bermain gadget sampai larut malam, sambil tidur, atau sambil makan. Orangtua melakukan pembiaran dan justru merasa terbantu karena tidak perlu repot mengawasi anak. Ini yang oleh Febria disebut gadget menjadi babysitter.



Biasanya, lanjut Febria, keluarga yang seperti ini tidak membiasakan komunikasi dalam keluarga, tidak ada kontak mata apalagi sentuhan kasih sayang ibu dan ayah ke anak. Dengan kata lain, semua sibuk dengan gadget masing-masing. 



Pada sebagian keluarga, gadget diberikan dengan mudah sebagai bentuk ego dan gengsi orangtua. “Setiap ada handphone keluaran terbaru, anak diberikan tanpa ada prestasi. Bukan sebagai hadiah hanya gengsi orangtua,” tambahnya.

Baca juga: Sering Bermain Gadget? Hati-hati Terkena Sindrom Text-Neck

 

Dampak Buruk Kecanduan Gadget


Ketika anak sudah pada tahap kecanduan, dampaknya bisa ke fisik, psikologis, dan emosi anak. Bahkan pada tahap kecanduan berat, gadget dapat merusak otak. Secara fisik anak menjadi tidak bugar karena tidak banyak bergerak, dan berisiko mengalami obesitas. “Postur tubuh juga buruk karena sering membungkuk atau trlalu sering dalam posisi tiduran. Aliran darah tidak lancar sehingga sering kesemutan, sakit tengkuk, leher, hingga pergelangan tangan,” jelas Febria.



Dampak terhadap psikologis anak juga tidak baik, yakni muncul perilaku primitif seperti ngamuk ketika kebutuhan bermain gadget tidak terpenuhi. Hal ini karena otak yang kecanduan sudah meberikan perintah untuk menemukan handphone saat itu juga. 



Dalam jangka panjang akan terjadi gangguan pikiran dan perilaku. Anak cenderung tidak terasah kecerdasan emosinya karena jarang bergaul dengan teman sebaya. Belum lagi bicara jika anak tak sekadar kecanduan tetapi sudah terpapar konten kekerasan dan konten dewasa sebelum waktunya.



Sebuah riset menunjukkan, ada peningkatan kekerasan melalui media daring (online) hingga 51% pada anak. Hanya 33% orangtua yang mengawasi anak bermain gadget sehingga 12% anak di bawah 18 tahun terbukti kecanduan internet. 

Baca juga: Prince George dan Princess Charlotte Dilarang Bermain Gadget


Solusi untuk gadget holic

Febria memberikan solusi mengatasi kecanduan gadget pada anak yang dimulai dari orang tua. Pertama, batasi penggunaan gadget dan sebagai gantinya berikan mainan edukatif seperti puzzle, balok, origami, krayon, atau game board. “Anak hanya boleh bermain gadget di akhir pekan dan batasi akses internet, dan dilarang bermain gadget di ruang makan atau tempat tidur sehingga orangtua bisa tetap mengawasi dan mendampingi.” kata Febria.



Selain itu, cek history browsing secara berkala dan berikan informasi tentang konten internet pada anak. Sebaiknya jelaskan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti si Kecil. Paling penting, ganti aktivitas bermain gadget dengan aktivitas bersama keluarga di luar rumah.


Direktur Mom and Jo, Endah Wulansari, menjelaskan, untuk membantu Mums dan Dads mengatasi kecanduan gadget pada anak, Mom n Jo memiliki program baru berupa terapi gadget holic. Terapi ini terutama untuk memperbaiki dampak buruk gadget terhadap postur dan penglihatan di Kecil. 

 

Dijelaskan Wulan, salah satu gangguan postur anak yang kecanduan gadget adalah test neck, yang disebabkan karena anak selalu menunduk ke bawah dengan sudut 60 derajat untuk menatap layar smartphone mereka. Akibatnya, beban otot leher akan bertambah seberat 60 pounds atau sekitar 27 kg.  

Untuk mencegah kerusakan postur lebih lanjut, Wulan mengajarkan bagaimana melatih gerakan agar anak tidak semakin bungkuk. Gulung handuk sampai cukup kokoh. Tidurkan anak di atasnya dengan posisi handuk sampai sebatas leher. Latihan ini bermanfaat meredakan ketegangan di area leher dan tulang belakang. 

Gadget juga menyebabkan eye strain atau ketegangan pada mata. “Lakukan pijatan ringan pada area seputar mata saat mata lelah, kemudian gerakkan bola mata ke atas bawah samping kanan dan kiri. Sedangkan untuk melatih lebar pandangan, katupkan kedua telapak tangan di depan mata, kemudian tarik kedua telapak tangan ke arah luar, namun mata tetap fokus di tengah dan tidak mengikuti gerakan tangan. Gerakan ini untuk melatih lebar pandangan yang bisa terganggu ketika terlalu banyak bermain gadget,” jelas Wulan.

 

Mom n Jo, lanjut Wulan, sedang mensosialisasikan program diet radiasi, untuk mengurangi dampak radiasi layar pada anak, yang dapat berpengaruh pada gangguan tumbuh kembangnya. Banyak latihan yang ditawarkan melalui program ini. 

Baca juga: Tips Mengatasi Anak yang Kecanduan Game



Beberapa gerakan bisa dilakukan sendiri di rumah, misalnya menidurkan anak di atas bantalan handuk di punggung untuk mencegah gangguan tulang belakang. Memijat area di seputar mata saat mata lelah, dan meregangkan tangan ke atas dan ke samping. “Kami sedang mensosialisasikan program diet radiasi, untuk mengurangi dampak radiasi layar pada anak, yang dapat berpengaruh pada gangguan tumbuh kembangnya,” ujar Wulan.



Jadi Mums, sebelum terlambat mulai sekarang dampingi si Kecil saat bermain gadget. Internet memang sangat membantu dan dapat menjadi sarana belajar jika digunakan dalam porsi yang benar. Jika sudah berlebihan dan menjadi candu, saatnya intervensi orang tua. (AY/OCH)