Mengalami abortus spontan atau keguguran di kehamilan yang amat ditunggu-tunggu kadang menyisakan proses adaptasi yang tidak mudah. Pascakeguguran, seorang wanita tak hanya menjalani masa pemulihan secara fisik, tetapi juga harus menghadapi rasa kehilangan, sedih, kecewa, rasa bersalah, dan sebagainya.

 

Dampak fisik dan psikologis ini tak jarang memengaruhi hubungan dengan pasagan, termasuk dalam hubungan intim. Trauma membuat wanita ragu untuk memulai kembali melakukan hubungan seks dengan pasangan. Pertanyaannya, sampai kapan? Bila tidak diatasi dengan baik, tentu dapat memengaruhi kehidupan seks suami istri.

 

Lalu, kapankah waktu yang tepat untuk mulai berhubungan intim pascakeguguran? Dan dukungan apa saja yang bisa pasangan suami istri berikan untuk mengatasi rasa duka? Simak penjelasan selengkapnya.

Baca juga: Inilah Beberapa Penyebab Terjadinya Keguguran

 

Konsultasikan masalah fisik 

Secara fisik, wanita sebenarnya sudah siap berhubungan seksual kembali sekitar 2 minggu setelah keguguran atau setelah masa menstruasi pertama, sebagaimana dilansir dari Mayo Clinic. Namun biasanya masih ada gejala sisa dari keguguran seperti perdarahan ringan, nyeri, dan sebagainya. Karenanya, sebaiknya masa "puasa" berhubungan seks ditunda, setidaknya  selama 2-6 minggu pasca-keguguran. Tujuannya, tak lain demi mencegah terjadinya infeksi. Namun, rentang waktu tersebut tergantung dari kondisi keguguran yang dialami.

 

Kamu bisa mengonsultasikan hal ini pada dokter kandungan. Di klinik, dokter dapat melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk menentukan apakah ada atau tidaknya kondisi infeksi yang berisiko pada organ reproduksi. Jika menurut dokter kondisi kesehatan tubuhmu sudah benar-benar aman, maka tidak masalah bagi Kamu dan pasangan untuk mulai aktif berhubungan seks kembali.

 

Ada kasus dokter memang melarang pasien untuk kembali hamil dalam rentang waktu tertentu dikaitkan dengan riwayat keguguran yang dialami. Maka perlu dilakukan prosedur untuk menunda kehamilan sementara waktu. 

Baca juga: Tips Menjaga Pernikahan saat Menghadapi Masalah Psikologis

 

Lewati Luka bersama Pasangan

"Perempuan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap keguguran," ungkap Catherine Monk, Ph.D., psikolog medik di Columbia University Medical Center. "Dukungan terbaik yang bisa dilakukan oleh pria adalah menerima bahwa reaksi apapun yang ditunjukkan oleh pasangannya setelah mengalami keguguran, sangatlah wajar."

 

Penting bagi pria untuk memastikan pasangannya tidak hanya siap berhubungan seks secara fisik, namun juga secara emosional. Berikan perhatian-perhatian sederhana yang membuat pasanganmu merasa berarti, utuh, dan dihargai.

 

Bagi wanita, perlu dilatih berdamai dengan kenyataan. Lakukan semua hal yang dibutuhkan untuk mencapai tahapan ini. Jauhi perasaan menyalahkan diri sendiri. Fakta dari American Pregnancy Association menunjukkan, bahwa sebagian besar penyebab keguguran yang terjadi pada trimester pertama kehamilan disebabkan oleh kelainan kromosom. Jadi, jangan bebani hatimu dengan rasa bersalah yang tak usai.

 

Jangan malu untuk membicarakan perasaan yang Kamu rasakan bersama pasangan. Memendam rasa sedih terkadang hanya akan mencetus lebih banyak permasalahan. Sebaliknya, bersikap ikhlas dan terbuka justru dapat menghadirkan kekuatan yang mungkin tidak Kamu duga sebelumnya bersama pasangan.

 

Tidak perlu ragu jika pasangan membutuhkan sesi konseling khusus dengan psikolog atau terapis seks yang berpengalaman. Para ahli ini dapat membantu mengatasi perasaan ataupun trauma. (TA/AY)

Baca juga: Ikhlas Menerima Keguguran