Pernahkah mendengar istilah food insecurity? Istilah yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai ketahanan pangan ini adalah kondisi ketika anak tidak memiliki atau mendapatkan akses makanan bernutrisi. Berdasarkan penelitian dari American Heart Association's Joint Hypertension 2018 Scientific Sessions, anak yang mengalami ketahanan pangan memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi ketimbang anak yang mendapatkan asupan nutrisi terpenuhi.

 

Penelitian ini menunjukkan bahwa hipertensi bisa dipengaruhi oleh kondisi seseorang sejak kecil. Kalau di masa kecil kebutuhan nutrisi tidak tercukupi, risiko terkena hipertensi ketika dewasa akan sangat tinggi. Yang dimaksud dengan dewasa di sini adalah usia yang sangat muda, yaitu 20-30 tahun. Hal ini berbahaya, karena hipertensi bisa menjadi awal dari sejumlah penyakit berat, misalnya kerusakan jantung dan ginjal.

 

Kalau mau tahu lebih dalam tentang fakta ini, berikut penjelasan lengkapnya!

 

Baca juga: 6 Gejala Hipertensi yang Kerap Disepelekan

 

Hubungan Ketahanan Pangan pada Anak dan Hipertensi

Menurut portal American Heart Association, penelitian di Amerika Serikat mempelajari hubungan antara ketahanan pangan dan tekanan darah dari 2007-2014 pada 7.215 anak berusia 8-17 tahun. Dari penelitian tersebut, mereka mengidentifikasi bahwa ada sejumlah anak berusia 13 tahun ke atas yang memiliki tekanan darah tinggi. Angka sistolik mereka adalah 120 mmHg atau lebih, sementara angka diastoliknya adalah 80 mmHg atau lebih.

 

Dari penelitian tersebut, ahli menemukan:

  • Lebih dari 1/5, tepatnya 1.460 dari 7.125 anak, mengalami ketahanan pangan.
  • Lebih dari 12% anak memiliki tekanan darah tinggi.
  • Di antara jumlah anak yang mengalami  ketahanan pangan, 14.4% di antaranya memiliki tekanan darah tinggi.

 

Saat ahli ikut mempertimbangkan faktor lain, seperti obesitas, mereka menemukan bahwa ketahanan pangan semakin meningkatkan risiko anak terkena tekanan darah tinggi.

 

Baca juga: Melon Bisa Menurunkan Risiko Hipertensi, Lho!

 

 

 

Dampak Lain terhadap Kesehatan Anak

Menurut portal Michigan State University Extension, penelitian lain menemukan bahwa ketahanan pangan juga memiliki sejumlah dampak negatif lain terhadap kesehatan anak. Dampak negatif ini dapat mengganggu kemampuan mereka untuk beraktivitas dengan normal, seiring dengan perkembangannya.

 

Beberapa dampak tersebut adalah:

  • Anak-anak yang kurang nutrisi memiliki risiko tinggi lebih untuk sering dirawat di rumah sakit .
  • Anak-anak yang kurang nutrisi berisiko lebih tinggi terkena penyakit kronis, seperti anemia dan asma.
  • Anak-anak yang kurang nutrisi akan sering memiliki masalah kesehatan oral.

 

Ketahanan pangan pada anak juga menyebabkan kualitas fisik yang rendah di masa depan, sehingga mengganggu aktivitas harian mereka, seperti sekolah dan berinteraksi sosial dengan orang lain.

 

Juga Menyebabkan Perubahan Sikap pada Anak

Anak-anak yang kekurangan nutrisi juga memiliki risiko tinggi memiliki masalah perilaku dan sosial. Menurut penelitian, anak-anak yang mengalami ketahanan pangan berisiko memiliki sikap lambat dan tidak disipilin di sekolah. Penelitian juga menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kekurangan nutrisi cenderung memiliki masalah perilaku, seperti suka bertengkar, hiperaktif, agresif, kekhawatiran, dan perubahan mood.

 

Baca juga: Gaya Hidup Sehat Tingkatkan Kualitas Hidup Penderita Hipertensi

 

Akses mendapatkan makanan sehat sangat vital dalam perkembangan anak. Terbukti dari sejumlah penelitian yang sudah disebutkan di atas, ketahanan pangan dapat menyebabkan hipertensi serta sejumlah masalah kesehatan fisik dan psikologis ketika anak sudah dewasa. 

 

Informasi ini penting, karena ketahanan pangan masih menjadi masalah di Indonesia. Tentunya, hal ini akan meningkatkan jumlah kasus hipertensi di Indonesia, yang memang terus meningkat setiap tahunnya. (UH/AS)

 

Turunkan Tekanan Darah dengan Olahraga Ini