Penyakit

Inkontinensia Usus (Bowel Incontinence)

Deskripsi

Design by asier_relampagoestudio / Freepik 

Bowel Incontinence atau inkontinensia usus adalah ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar (BAB), sehingga menyebabkan feses tidak dapat ditahan dari dubur dan bocor. Spektrum inkontinensia usus berkisar dari kebocoran sesekali feses saat buang gas hingga hilang kontrol total untuk BAB.

 

Ada 5 faktor risiko yang dapat menyebabkan Anda rentan mengalami inkontinensia usus, yaitu:

  1. Usia. Walaupun masalah ini dapat terjadi pada segala usia, namun paling umum menyerang orang setengah baya dan yang sudah tua.

  2. Perempuan. Inkontinensia usus disebut-sebut dapat menjadi komplikasi ketika persalinan. Namun, hampir semua perempuan baru mengalaminya ketika mencapai usia 40 tahun ke atas.

  3. Kerusakan saraf. Orang-orang dengan diabetes atau sklerosis multipel, kondisi yang dapat merusak saraf-saraf untuk mengontrol BAB, berisiko mengalami inkontinensia usus.

  4. Demensia. Masalah inkontinensia usus kerap terjadi pada orang-orang dengan penyakit Alzheimer dan demensia.

  5. Penyandang disabilitas. Umumnya mereka sulit pergi ke toilet di waktu yang tepat untuk BAB. Kecelakaan yang menyebabkan disabilitas biasanya juga merusak saraf pada dubur. Selain itu, tidak aktif bergerak bisa menyebabkan konstipasi, yang berujung pada inkontinensia usus.

 

Pencegahan

 Design by asier_relampagoestudio / Freepik

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya inkontinensia usus adalah:

  1. Terhidrasi setiap waktu

    Dehidrasi dapat menyebabkan konstipasi. Karenanya, selalu minum air putih ketika tubuh merasa haus, mengonsumsi 2 liter atau sekitar 6-8 gelas air setiap harinya (kecuali jika dokter menyarankan untuk mengurangi asupan cairan), serta minum air lebih banyak saat cuaca panas atau setelah berolahraga berat. Jus buah, teh, kopi, dan susu boleh dikonsumsi. Namun untuk teh dan kopi, perlu dibatasi pengonsumsiannya dalam sehari.

  2. Mengonsumsi makanan kaya serat

    Penting untuk selalu menjaga pola makan agar usus Anda tetap sehat. Makanan tinggi serat tidak akan tercerna dan dibuang melalui feses. Ini bermanfaat bagi usus untuk terus bergerak serta menghindari konstipasi. Gandum, buah, dan sayur merupakan beberapa jenis makanan yang kaya akan serat.

  3. Berolahraga

    Rutin bergerak dan berolahraga akan menstimulasi aktivitas otot usus (peristalsis). Ini juga mampu menjaga berat badan serta mengurangi tekanan pada otot dasar panggul, yang berperan terhadap kontrol saluran kemih dan usus. Jika tidak sempat berolahraga, berjalan kakilah selama 30 menit dalam sehari.

  4. Memiliki kebiasaan buang air yang baik

    Pergilah ke toilet ketika tubuh mengirim sinyal ingin BAB lalu biarkan feses keluar dengan sendirinya, tanpa Anda harus memaksa mengejan. Lalu, postur tubuh ketika buang air besar juga perlu diperhatikan. Taruh siku Anda di atas lutut, tonjolkan perut, dan luruskan tulang belakang. Apabila aman dilakukan, tempatkan kaki di atas bangku kecil.

  5. Terapkan pola hidup sehat

    Anda sebaiknya selalu menjaga berat badan ideal, berkonsultasi kepada dokter secara berkala, dan tidak merokok.

 

Gejala

 Design by asier_relampagoestudio / Freepik

Kebanyakan orang dewasa mengalami inkontinensia usus hanya saat terserang diare. Tetapi bagi sebagian orang yang menderita inkontinensia usus berulang atau kronis, akan sulit menahan BAB. Feses pun langsung keluar tanpa sempat ke toilet. Ada pula tipe inkontinensia usus yang menyebabkan orang-orang tidak sadar ingin BAB. Ini dikenal dengan inkontinensia pasif. Inkontinensia usus cenderung terjadi bersamaan dengan masalah usus lainnya, seperti diare, konstipasi, dan kembung.

 

Penyebab

 Design by asier_relampagoestudio / Freepik

Saat mengalami inkontinensia usus, akan terjadi gangguan sistem saraf pengatur otot katup anus atau gangguan fungsi katup anus. Feses encer juga dapat menyebabkan BAB sulit untuk ditahan, namun umumnya hanya sesekali.

Kerusakan otot atau kerusakan saraf juga menjadi penyebab umum masalah ini. Kerusakan otot atau kerusakan saraf dikaitkan dengan penuaan atau diakibatkan proses melahirkan.

 

Diagnosis

 Design by asier_relampagoestudio / Freepik

Jika Anda mengalami inkontinensia usus, jangan merasa malu dan berkonsultasilah kepada dokter untuk mendapatkan penanganan. Setelah berkonsultasi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu mengecek kekuatan otot katup anus dengan memasukkan jari yang sudah dilapisi sarung tangan ke dalam rektum.

Tes lain yang dilakukan ialah pemeriksaan feses untuk mengidentifikasi infeksi atau penyebab lain dan endoskopi. Prosedur endoskopi dilakukan dengan memasukkan alat optik berbentuk slang melalui mulut menuju lambung, duodenum, dan usus dua belas jari.

 

Penanganan

 Design by asier_relampagoestudio / Freepik

Makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi konsistensi feses. Jika disebabkan oleh konstipasi, direkomendasikan mengonsumsi banyak cairan dan mengonsumsi makanan kaya serat. Jika dipicu oleh diare, makanan tinggi serat meningkatkan massa feses dan menurunkan kandungan air pada feses. Jika diakibatkan oleh kerusakan otot katup anus, umumnya direkomendasikan program latihan dan terapi tertentu untuk mengembalikan kekuatan otot tersebut.

Untuk pengobatan, bergantung pada penyebabnya. Pilihan obat yang diberikan antara lain obat anti-diare, seperti loperamide hidroklorida, difenoksilat, dan atropin sulfat. Obat pencahar, misalnya metilselulosa dan psyllium, juga terkadang perlu diberikan untuk melancarkan BAB. Jika konstipasi kronis menjadi penyebab inkontinensia usus, maka bulking agent, seperti dextranomer micro dan hyaluronate sodium dalam 0,9% NaCl, akan diinjeksikan langsung ke dalam lubang anus.

 

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...