Beberapa hari yang lalu, saya mengalami kemungkinan keracunan makanan, walaupun saya tidak tahu pasti makanan apa yang berpotensi menyebabkan masalah ini. Pada awalnya, perut terasa melilit, sehingga saya hanya bisa meringkuk dan mencari posisi yang nyaman.

 

Saya menghabiskan malam itu dengan beristirahat di kamar karena nyeri yang dirasakan menyulitkan saya untuk beraktivitas. Kemudian, gejalanya disusul dengan muntah sebanyak 3 kali sekitar 6 jam setelah makan. Hal ini cukup aneh sebab biasanya makanan hanya transit di lambung dalam 3-4 jam setelah makan.

 

Mungkin pada saat itu memang pencernaan saya sedang bermasalah, sehingga pergerakan fungsinya menjadi lebih lama. Saya merasa sangat lemas. Namun karena masalah ini terjadi pada dini hari, saya malas berobat ke rumah sakit. Saya tahu ini salah. Seharusnya saya segera pergi ke rumah sakit karena ada risiko dehidrasi. Pasalnya setelah muntah, tubuh saya menolak dimasukkan makanan lagi.

 
Baca juga: Yuk, Atasi Sembelit dengan Konsumsi 6 Makanan Ini!

 

Memang tidak semua nyeri perut yang disertai dengan mual, muntah, dan BAB cair berkaitan dengan keracunan makanan. Perlu dilihat kemungkinan makanan yang dikonsumsi dalam 48 jam terakhir. Apakah kira-kira ada makanan yang kurang bersih atau kurang matang, yang dicurigai menjadi penyebab keracunan makanan?

 

Apalagi jika kita mengkonsumsi makanan itu bersama orang lain, biasanya mereka juga mengalami hal yang serupa. Dalam kasus yang saya alami, kemungkinan saya makan ikan yang kurang matang, sehingga menyebabkan keracunan.

 

Apa saja gejala keracunan makanan?

Gejala nyeri perut, mual, muntah, dan BAB cair sering terjadi ketika mengalami keracunan makanan. BAB cair sendiri tidak disarankan untuk dihentikan saat itu juga karena sebaiknya isi perut yang kotor harus dibuang. Feses yang keluar bisa jadi disertai dengan lendir atau darah. Perut juga bisa terasa tidak nyaman, seperti nyeri atau kembung.

 
Baca juga: Kesalahan Membuat Salad Hingga tak Lagi Sehat

 

 

Namun yang perlu diperhatikan adalah saat BAB cair keluar, apakah penderita bisa minum untuk menggantikan cairan yang terbuang. Kalau ketika keracunan makanan Kamu juga mengalami mual dan muntah sehingga tidak bisa menggantikan asupan yang keluar, mungkin diperlukan obat muntah. Bisa juga diberikan cairan pengganti berupa cairan infus, untuk menurunkan risiko dehidrasi.

 

Pada pengalaman saya ketika mengalami keracunan makanan, gejala yang kerap muncul adalah mual sehingga sulit untuk minum dan makan. Gejala ini bisa bertahan beberapa hari. Pada keadaan yang berbahaya, yakni ketika asupan cairan dalam tubuh berkurang, penderita bisa menjadi lemas, mengalami penurunan kesadaran, dan gangguan orientasi (contoh: tidak tahu sedang apa dan sedang di mana) sehingga dapat membahayakan nyawa.

 

Makanan apa saja yang bisa menjadi sumber keracunan makanan?

Makanan yang dapat dicurigai antara lain daging yang tidak matang, seafood yang mentah, makanan kaleng, keju dan telur yang sudah tidak baik, susu basi, dan sebagainya. Namun jika gejala hanya dialami oleh satu orang ketika dikonsumsi bersama-sama, penyebab lain di luar keracunan makanan harus dipertimbangkan.

 

Baca juga: Bolehkah Mums Makan Seafood saat Menyusui?

 

Apa yang perlu dilakukan?

Pada beberapa keadaan, diperlukan pemeriksaan feses untuk melihat kemungkinan infeksi. Jika disertai demam, penderita bisa melakukan cek darah. Hal yang penting adalah menjaga status cairan di dalam tubuh sekaligus mengonsumsi obat-obatan mual, nyeri perut, dan sebagainya. Pada beberapa keadaan, diperlukan terapi antibiotik, yang dapat dikonsumsi sesuai anjuran dokter.

 

Itulah beberapa hal yang perlu Kamu perhatikan jika mengalami keracunan makanan. Untuk lebih lengkapnya, Kamu bisa menanyakan perihal masalah ini melalui online consultation bersama ahlinya di GueSehat.com. Jangan sampai ketinggalan jadwalnya, ya!

 
Baca juga: 5 Makanan untuk Kesehatan Penis