Melihat rambut dengan berbagai warna mungkin membuat si Kecil penasaran untuk ikut mengubah warna rambutnya. Meski terlihat menarik, namun apakah mewarnai rambut pada anak aman? Kapankah sebenarnya waktu yang tepat mewarnai rambut pada anak?

 

Menurut Kendall Ong, pemilik Mane Attraction Salon di Amerika Serikat, seperti dikutip dari sheknows.com, rambut anak biasanya lebih rentan terhadap kerusakan faktor kimia dan lingkungan daripada rambut orang dewasa. “Hormon memainkan peran utama dalam perkembangan rambut dan kulit anak,” tambah Kendall.

 

Ia menambahkan bahwa rambut bisa berubah, dari lurus menjadi bergelombang, begitu juga sebaliknya. Warna rambut pun bisa berubah. “Rambut anak-anak banyak berubah. Warna, ketebalan, tekstur bisa melalui berbagai perubahan sejak lahir hingga ia mengalami pubertas,” ujarnya.

 

Baca juga: Seberapa Amankah Mewarnai Rambut?



Lalu, apakah aman mewarnai rambut pada anak? “Sebelum anak mengalami pubertas, rambut biasanya lebih tipis dan rapuh. Akibatnya, rambut dapat rusak dengan mudah bahkan oleh formula warna rambut yang paling lembut sekalipun,” ungkap Bonnie Harmon yang merupakan stylist di Fantastic Sams di Amerika Serikat.

 

Senada dengan Bonnie, Dr. Sejal Shah yang merupakan dokter spesialis kulit berbasis di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa sangat tidak disarankan mewarnai rambut anak hingga usianya 16 tahun atau telah memasuki masa pubertas. Hal ini karena rambut anak lebih sensitif dan belum siap untuk menerima bahan-bahan kimia pewarnaan rambut.




 



Dampak Bahan Kimia di Balik Pewarna Rambut 

Menurut Dokter Spesialis Kulit Dr. Margarita Lolis, seperti dikutip dari goodhousekeeping.com, bahan-bahan kimia pewarna rambut dapat merusak rambut. “Amonia, hidrogen peroksida, dan zat kimia seperti paraphenylenediamine (bahan pewarna rambut permanen) dapat menyebabkan reaksi yang sangat buruk pada rambut anak,” tambahnya.

 

Kulit kepala anak juga rentan terhadap bahan-bahan yang digunakan untuk mewarnai rambut. “Kulit kepala anak-anak lebih lembut dan sensitif sehingga lebih rentan terhadap reaksi alergi. Reaksi alergi ini bisa menyebabkan rambut rontok, gatal-gatal, bengkak, rasa terbakar, hingga sulit untuk bernapas,” ungkap Bonnie.

 

Baca juga: Ladies, Jangan Lakukan 3 Hal Ini untuk Mencegah Rambut Rusak



“Saya tidak akan mewarnai rambut pada kulit kepala anak yang berusia di bawah 16 tahun, apalagi jika itu pewarnaan permanen. Pada kulit kepala, warna rambut dapat dnegan mudah menembus kulit dan masuk ke dalam darah. Memang belum ada bukti (penelitian) yang mengatakan bahwa ini berbahaya, namun kita lebih baik waspada,” ungkap Frank Friscioni, pemilik Oscar Blandi Salon di Amerika Serikat.

 

Kenapa Tidak Menggunakan Hair Chalk?

Saat ingin mewarnai rambut anak, apalagi menggunakan pewarna rambut permanen, Kendall Ong merekomendasikan untuk menunggu si Kecil hingga remaja. “Warna dan highlight rambut permanen itu mengandung bahan yang dapat merusak rambut,” tegasnya lagi.

 

Namun, jika si Kecil begitu penasaran untuk mewarnai rambutnya, stylist asal Amerika Serikat, Frank Friscioni menyarankan untuk menggunakan hair chalk dengan berbagai warna. “Hair chalk ini akan membuat anak-anak puas dengan warna rambut yang diinginkannya. Selain itu, hair chalk juga tidak akan menyebabkan masalah dan bahkan tidak terkena kulit kepala saat diaplikasikan,” tambahnya.

 

Baca juga: Bahayakah Mewarnai Rambut Saat Hamil?



Kendall Ong bahkan menyarankan untuk memilih hair chalk yang dapat hilang setelah dikeramas. “Pewarna rambut ini sifatnya sementara dan akan baik-baik saja untuk semua jenis rambut,” ungkap Kendall. Selain memilih pewarna rambut yang bersifat hanya sementara, hal yang tidak kalah penting ialah pemilihan warna.

 

“Coba hair chalk beserta warna yang dipilih pada rambut. Lihat reaksinya selama 48 jam. Jika terjadi reaksi alergi, itu berarti tidak cocok dan jangan digunakan. Lebih baik mencari produk yang aman,” Bonnie mengingatkan. (TI/AY)