Geng Sehat, coba jawab dengan jujur pertanyaan ini. Berapa kali Kamu mandi dalam sehari? Apakah Kamu terbiasa mengganti seprei setiap minggu, atau hanya ketika sudah bau? Bagaimana dengan handuk? Apakah diganti setiap hari Sabtu, atau yah sampai warnanya tidak karuan? 

 

Ya, tidak dapat dipungkiri saat ini kita hidup di zaman yang sangat mendewakan kebersihan. Bahkan sabun hingga pembersih lantai pun harus bersifat antibakteri. Semua produk pembersih berlomba mengklaim dapat membasmi 99,9% kuman. Maka kita semua pun memiliki pemikiran bahwa bakteri dan mikroba itu jahat, dan harus dibasmi sampai tak bersisa.

 

Tetapi tahukah Gengs, beberapa ilmuwan mengatakan bahwa hidup terlalu higienis itu salah, karena dapat mempercepat gejala asma dan alergi. Penjelasan dengan bahasa sederhana kira-kira begini; sistem imun kita terdiri dari sel-sel imun yang bertugas menghalau datangnya kuman. Ketika tubuh Kamu terpapar kuman, sel-sel imun sibuk atau sangat aktif menangkap dan menjinakkan kuman tersebut agar tidak terjadi infeksi.

 

Jika tubuh Kamu tidak pernah terpapar kuman atau bakteri, karena selalu hidup di lingkungan super bersih, sel-sel imun tubuh Kamu tidak terlatih. Sel imun yang  memang didesain untuk selalu aktif ini kemudian menjadi bodoh dan bereaksi berlebihan saat ada paparan benda asing. Padahal benda asing ini tidak mengancam, misalnya hanya berupa debu atau bulu binatang. Kamu pun mengalami reaksi alergi. Untuk lebih jelasnya, simak awal mula muncul teori higienitas dan kaitannya dengan alergi berikut!

Baca juga: Yuk, Mengenal Lebih Dalam tentang Alergi terhadap Hewan

 

Tidak Semua Mikroba Itu Buruk

Dilansir dari bbc.com, tidak semua mikroba itu buruk. Ya, ada bakteri yang memang menyebabkan penyakit bahkan mematikan. Tetapi lebih banyak lagi bakteri yang sangat bermanfaat untuk lingkungan dan kesehatan kita. Mereka bahkan hidup di tubuh kita, dan memiliki tugas mulia. Misalnya membuat vitamin di usus kita, melapisi kulit kita sehingga terlindung dari mikroba berbahaya, dan membantu kita mencerna makanan.

 

Di luar tubuh kita, bakteri baik membantu menguraikan sampah organik, membuat separuh oksigen di bumi yang kita hirup, dan memperbaiki kadar nitrogen di udara. Intinya, bakteri membuat bumi sebagai planet yang dapat didiami manusia! Hidup terlalu bersih dengan mematikan semua bakteri adalah gaya hidup yang tidak tepat Gengs! Dampak terlalu bersih ini ternyata cukup mengerikan.

Baca juga: Virus, Senjata Baru Lawan Bakteri Kebal Antibiotik

 

 

Mengapa Penyakit Alergi Semakin Meningkat?

Pada tahun 1989, ahli epidemi penyakit dari Inggris, David Strachan, menjadi orang pertama yang menunjukkan bahwa paparan infeksi di masa anak-anak justru akan memberikan pertahanan yang baik terhadap alergi di kemudian hari. Ini adalah ide yang dikenal sebagai ‘hipotesis kebersihan’.

 

Alergi pada dasarnya adalah rusaknya sistem kekebalan tubuh kita, dimana sel kekebalan gagal mengenali substansi yang sebenarnya tidak berbahaya sebagai ancaman besar. Tubuh kita, kata Dorothy Matthews, ahli biologi dari Russell Sage College di Troy, New York, menjadi bereaksi berlebihan bahkan terhadap mikroba yang menguntungkan. Hal ini karena sistem kekebalan tubuh kita lupa bagaimana hidup damai bersama mereka.

 

Jika "hipotesis kebersihan" ini benar, maka dapat menjelaskan alasan di balik kenaikan dengan cepat kasus asma dan alergi selama 20 tahun terakhir. Di negara-negara Barat, fenomena ini sudah terjadi dimana kasus asma dan alergi sangat tinggi. Biaya perawatan alergi sangat mahal dan bisa berlangsung seumur hidup. Di Indonesia, penyakit alergi belum setinggi di negara maju, karena masih lebih tinggi penyakit infeksi, terutama pada anak. Ini juga menjelaskan, kaitan antara infeksi dan alergi yang saling bertolak belakang. Ketika kasus alergi tinggi, biasanya penyakit infeksi turun. Sebaliknya saat kasus infeksi tinggi, maka kasus alergi umumnya rendah.

 

Tentu saja, selain hidup terlalu bersih ada faktor lain yang berperan, misalnya tren kesehatan masyarakat seperti meluasnya penggunaan air yang dimurnikan, penggunaan antibiotik yang berlebihan, dan perubahan dalam lingkungan kita seperti tingkat polusi yang lebih tinggi.

Baca juga: Waspada, Jumlah Bakteri Tuberkulosis (TB) yang Kebal terhadap Obat Meningkat!

 

Kekuatan Setelah Sakit

Penelitian sudah menunjukkan bukti. Anak-anak yang dibesarkan di lingkungan yang tidak terobsesi dengan kebersihan ternyata memiliki tingkat alergi dan asma yang lebih rendah. Bakteri tertentu juga aktif melindungi mereka dari gangguan pencernaan dan bahkan beberapa jenis kecemasan dan depresi. "Paparan mikroba penting agar sel-sel imun kita terlatih dan lebih efektif menjaga semua bentuk peradangan tetap terkendali," kata Thom McDade, ahli biologi dari Northwestern University di Evanston, Illinois.

 

Jadi Gengs, hidup terlalu bersih dapat menyebabkan malformasi sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan berbagai macam penyakit peradangan. Anak yang tidak pernah terpapar kuman, atau terkena infeksi di masa kecilnya akibat orang tuanya sangat menjaga kebersihan, akan memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, rentan sehingga mudah alergi.

 

Lantas apakah kita membiarkan anak-anak terinfeksi dengan hidup jorok? Ini juga tidak sepenuhnya benar. Hiduplah sewajarnya. Biarkan anak-anak bermain di luar rumah dengan bebas tanpa perlindungan berlebihan. Bermain tanah, pasir, atau duduk di rumput selain baik untuk eksplorasi juga memberikan kesempatan anak bersentuhan dengan mikroba yang tidak berbahaya, sekaligus melatih daya tahan tubuh mereka. (AY/WK)

Baca juga: Biarkan Si Kecil Bermain Kotor-kotoran Demi Tumbuh Kembangnya



 Mitos dan Fakta Alergi Makanan - Guesehat