Ada alasan mengapa ASI disebut sebagai liquid gold alias cairan emas. ASI memiliki komponen untuk meningkatkan sistem imun bayi. Nah, komponen tersebut akan merespons kebutuhan bayi, agar bisa menjadi makanan yang terbaik bagi si Kecil di awal-awal kehidupannya.

 

Yup, dilansir melalui todaysparent.com, ASI sangat ajaib, karena dapat berubah-ubah sesuai kebutuhan si Kecil. ASI dapat mengubah komposisi, warna, hingga rasanya. Jadi tidak hanya Superman yang bisa berubah, ASI pun juga bisa!

 

1. ASI berubah seiring pertumbuhan bayi

Di awal-awal, ASI akan diproduksi bersamaan dengan kolostrum, yang bertekstur kental seperti madu dengan komponen-komponen imunologi untuk memproteksi bayi yang baru lahir. “Pada dasarnya, ini semacam vaksinasi pertama bagi bayi,” jelas Taya Griffin, konsultan laktasi bersertifikat internasional.

 

Ia menambahkan bahwa ada salah satu booster imun yang paling besar disebut dengan secretory immunoglobulin A (SIgA) di dalamnya. SIgA berfungsi melapisi organ dalam, serta sistem pencernaan, pernapasan, dan reproduksi. “SIgA tidak memperbolehkan bakteri dan patogen memasuki usus, jadi melindungi bayi dari dalam ke luar,” tutur Griffin.

 

Kandungan beberapa nutrisi, misalnya laktosa dan lemak pada kolostrum, lebih rendah dibandingkan dengan ASI. Namun protein dan potassium di dalamnya lebih tinggi, karena didesain untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan tubuh bayi baru lahir.

Baca juga: Ibu Menyusui Minum Kopi, Boleh atau Tidak?

 

Setelah membekali si Kecil dengan sistem kekebalan tubuh awal dan membersihkan usus dari mekonium pada 2-3 hari pertama, ASI akan berubah dan meningkatkan volumenya. Ini dikenal dengan ASI transisi (transitional milk). ASI transisi akan diproduksi selama 3-7 hari, lalu bertransformasi menjadi ASI matang (mature milk) di minggu ke-2.

 

Menurut Ashley Pickett, konsultan laktasi bersertifikat internasional, ASI matang di tahun pertama kehidupan bayi tidak berbeda dari kolostrum. Sifatnya sama, hanya saja teksturnya lebih encer dan volumenya lebih banyak.

 

Perubahan besar berikutnya terjadi ketika si Kecil menginjak tahapan balita. Volume ASI yang diproduksi akan berkurang, sehingga lebih terkonsentrasi pada komponen-komponen imunologi saja. “ASI mulai berkurang karena bayi sudah bisa makan dan minum, jadi hanya mengandung lebih banyak antibodi dan lemak yang lebih tinggi,” ujar Attie Sandink, konsultan laktasi bersertifikat yang juga berprofesi sebagai perawat.

 

Itulah mengapa Mums direkomendasikan oleh Canadian Paediatric Society dan World Health Organization (WHO) untuk menyusui si Kecil sampai ia berusia 2 tahun atau lebih. Pasalnya, selain mendapatkan nutrisi dari makanan solid, ia juga mendapatkan booster imun dari ASI.

 

2. ASI berubah selama percepatan pertumbuhan dan sakit

Di tahun pertama, ASI akan konsisten mengandung protein, lemak, dan gula. Namun, tingkat kandungannya dapat mengalami sedikit perubahan akibat beberapa faktor. Misalnya pola diet Mums, bakteri dan virus di lingkungan, dan kebiasaan bayi menyusu.

 

Teresa Pitman, pemimpin La Leche League dan tim penulis The Womanly Art of Breastfeeding, mencatat bahwa bayi akan menyusu lebih sering selama masa percepatan pertumbuhan (growth spurt). Di masa ini, akan terjadi peningkatan kandungan lemak di dalam ASI.

 

ASI juga berubah ketika si Kecil atau Mums sedang sakit. Faktanya, para peneliti percaya ketika bayi sakit, ia akan memberikan sinyal melalui air liurnya kepada tubuh ibu. ASI yang keluar pun akan mengandung antibodi yang spesifik untuk melawan penyakit tersebut. Ajaib, bukan? Begitu pula ketika Mums sakit, tubuh Mums akan memproduksi ASI dengan kandungan antibodi lebih banyak, lalu menyalurkannya kepada si Kecil sebagai proteksi.

 

3. ASI berubah saat siang dan malam hari

Berdasarkan keterangan para ahli, ASI dapat berubah ketika siang dan malam hari. Banyak ibu menyadari kalau volume ASI yang keluar lebih banyak dan alirannya lebih deras di pagi hari. Menurut Pickett ini bisa jadi dikarenakan tingginya level prolaktin, yakni hormon yang memproduksi ASI. Sedangkan ASI di malam hari didesain untuk membantu si Kecil terlelap. “ASI di malam hari mengandung lebih banyak serotonin dan elemen lain, untuk membantu bayi tertidur,” ungkap Sandink.

Baca juga: Kenali Manfaat Fenugreek sebagai Booster ASI

 

4. ASI berubah selama proses menyusui

Mums mungkin mendengar bahwa di awal menyusui ada ASI yang disebut foremilk, yang teksturnya lebih encer. Sedangkan ASI yang terakhir disebut hindmilk, yang terksturnya jauh lebih kental. Itu benar adanya, karena lemak di dalam ASI akan meningkat secara bertahap selama proses menyusui. Namun, bukan berarti hindmilk lebih baik daripada foremilk. Griffin menyarankan, Mums menyusui si Kecil di satu payudara dalam waktu yang lama, agar ia mendapatkan kedua komposisi ASI tersebut.

 

 

5. ASI berubah warna

ASI memiliki rentang warna yang lebar. Sandink menuturkan, ada yang warnanya kebiruan, kuning, krem, bahkan oranye! Dan, semuanya normal dan baik untuk si Kecil. Obat-obatan, jelas Pickett, dapat memengaruhi warna ASI Mums. Sebagai contoh, antibiotik minocycline bisa mengubah warna ASI menjadi hitam. Jangan khawatir, ini aman diminum si Kecil, tetapi Mums perlu memberitahukannya kepada dokter.

 

Yang perlu menjadi perhatian adalah ketika ASI berubah warna menjadi pink, merah, atau seperti warna karat. Pasalnya, ini mengindikasikan adanya darah di dalam ASI Mums. Bisa jadi hal tersebut disebabkan oleh masalah pada puting atau payudara. Meski ASI masih aman dikonsumsi oleh si Kecil, ada baiknya Mums memeriksakan diri ke dokter atau konsultan laktasi. Setidaknya, mereka bisa membantu mencari tahu penyebabnya dan menanganinya.

 

Jika tidak ada indikasi nyeri puting atau puting retak, tetapi ASI mengandung darah, saya khawatir ada masalah pada payudara ibu. Sebaiknya pergi ke dokter dan lakukan ultrasound,” jelas Pickett. Terkadang, kanker dan penyakit lain bisa menyebabkan darah mengalir melalui ASI.

 

6. ASI berubah rasa

Makanan yang dikonsumsi dapat mengubah rasa ASI Mums. Dalam jurnal Physiology and Behaviour pada tahun 2008, rasa mentol bertahan paling lama dalam ASI. Sedangkan rasa pisang hanya bertahan sejam setelah dimakan.

 

Studi yang dipublikasikan Pediatrics pada tahun 2001 menunjukkan, jika ibu senang minum jus wortel selama menyusui bayinya, maka saat besar mereka lebih memilih sereal dengan rasa wortel ketimbang sereal rasa lain. Jadi, efek makanan di dalam ASI dapat berefek pada indra lainnya.

 

Percaya tidak percaya, studi dalam jurnal Metabolites pada tahun 2016 memaparkan bahwa mengonsumsi bawang putih mentah dapat mengubah bau ASI. Komposisi ASI juga berdampak pada rasanya. Semakin tinggi kadar sodium dalam kolostrum, maka ASI akan terasa asin.

 

Nah, itulah 6 perubahan yang bisa dilakukan ASI demi memenuhi kebutuhan si Kecil. Hebat ya, Mums! Jadi, jangan takut si Kecil kekurangan nutrisi hanya karena mengonsumsi ASI. Mantapkan hati untuk menyusui si Kecil selama 6 bulan pertama, kemudian lanjutkan hingga usianya 2 tahun. (AS/AY)

Baca juga: 10 Tahapan Inisiasi Menyusu Dini Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia