Indonesia kembali berduka. Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,4 yang disusul dengan tsunami, mengguncang wilayah Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) pukul 17.02 WIB. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di 27 km Timur Laut Donggala, Sulawesi Tengah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengumumkan jumlah korban yang tewas akibat gempa sekaligus tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah mencapai 832 orang. Sejumlah 821 korban jiwa ditemukan di Kota Palu, sementara 11 korban tewas di Donggala.

 

Seluruh pihak tentu berharap tidak ada lagi gempa bumi susulan yang terjadi. Namun, ini bukan berarti tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan  oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Proses evakuasi serta keterbatasan sarana dan prasarana di lokasi pengungsian dapat mencetus sejumlah penyakit menular. Tak heran, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan, agar petugas dan relawan yang turun tangan untuk membantu korban bencana, sangat memperhatikan sanitasi demi meminimalisasi risiko wabah penyakit pascatsunami.

Baca juga: Waspada Tanda Datangnya Tsunami!

 

Inilah sejumlah penyakit yang patut diwaspadai menjadi wabah di daerah yang baru tertimpa bencana alam:

 

1. Kolera dan Diare

Dua penyakit pencernaan ini disebarkan oleh air serta makanan yang terkontaminasi bakteri. Wabah kolera dan diare sangat mudah terjadi bila pasokan air bersih kurang atau tercemar. Negara yang paling berisiko mengalami endemik kolera adalah dua kawasan Asia Selatan yang paling sering dihantam tsunami, yaitu Sri Lanka dan India Selatan. Kemungkinan besar, bakteri kolera menyebar luas di area rawa yang dipenuhi hutan bakau. Pada wilayah ini, wabah kolera sering terjadi setelah banjir, ketika bakteri kolera dapat mencemari pasokan air minum warga.

 

Jika terjadi wabah kolera dan diare, maka selain mengobati korban dengan penanganan standar, perlu juga dilakukan pengawasan di area bencana tentang kebersihan makanan dan minuman, pasokan air bersih, dan sanitasi. Diare dapat berkembang di belahan dunia mana saja, khususnya bila negara tersebut baru saja terkena bencana tsunami. Sebagai contoh, saat terjadi banjir bandang di Republik Rakyat Mozambik, Afrika pada tahun 2000, diare menjadi masalah yang umum mewabah.

Baca juga: Jangan Panik, Ikuti Langkah Ini saat Terjadi Gempa! 

 

2. Malaria

Malaria disebabkan parasit Plasmodium yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Endemik malaria sangat rentan berkembang di negara-negara beriklim tropis dan subtropis yang mengalami banjir bandang ataupun tsunami. Contohnya, India, Sri Lanka dan Indonesia.

 

3.Tifus

Penularan penyakit tifus mudah terjadi akibat makanan yang tercemar bakteri Salmonella typhi. Masa inkubasi penyakit yang disebabkan oleh kondsi sanitasi yang buruk ini, umumnya terjadi sekitar 10-20 hari. Jadi pascastunami, baru 10-20 hari kemudian biasanya muncul korban tifus.  Korban membutuhkan perawatan intensif agar infeksi di saluran cerna tidak berlanjut menjadi fatal.

 

Untuk menghindari penularan penyakit ini, pasien harus diisolasi dan petugas medis yang menangani harus mengikuti standar prosedur khusus. Wabah tifus akan mudah menyerang kawasan dengan kondisi kebersihan yang buruk, seperti pengungsian akibat bencana alam seperti tsunami.

 

4. Infeksi Pernapasan

Secara umum, korban tsunami sangat berisiko mengalami masalah infeksi pernapasan. Hal ini dipicu oleh pencemaran udara dan lingkungan yang kurang kondusif pasca-bencana. Infeksi disebabkan oleh bakteri atau virus dan ditularkan melalui percikan air ludah saat batuk atau bersin. Secara umum, negara manapun yang terkena tsunami dan penduduknya mengungsi, berisiko tinggi untuk mengalami masalah infeksi pernapasan, terutama jika harus tinggal di lingkungan yang padat serta memiliki pasokan selimut dan pakaian hangat yang minim.

 

5. Demam berdarah

Demam berdarah seperti dilansir dari The Guardian, ternyata tidak hanya menjadi endemik di negara tropis di musim hujan saja. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini dapat terjadi di area bencana tsunami terutama di negara yang langganan mengalami endemik demam berdarah, diantaranya Bangladesh, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Pencegahan yang dilakukan sama dengan pencegahan demam berdarah secara umum, yaitu dengan meminimalisir tempat-tempat penampungan air yang rentan menjadi sarang nyamuk Aedes. 

 

Hingga berita ini ditulis, pemerintah telah meninjau sejumlah titik di kota Palu dan sekitarnya untuk memantau proses evakuasi, penyediaan sarana air bersih dan sanitasi, serta perbaikan lokasi yang mengalami kerusakan parah. Semoga pemulihan bencana alam ini dapat dilaksanakan dengan baik agar para korban terhindar dari penularan penyakit yang tidak diharapkan. (TA/AY)

Baca juga: Bagaimana Menjaga Kesehatan Selama di Pengungsian?